Selain Ngaji, Santri Perlu Tekuni Industri Robotik

Santri punya potensi untuk memajukan industri robotik.

ANTARA/Patrik Cahyo Lumintu
Ilustrasi santri ngaji.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Tokyo University of Science Hiroshi Kobayashi memancing minat santri Indonesia untuk menekuni industri robotik.

Baca Juga


Sebuah pakaian eksoskeleton berbentuk seperti ransel yang dapat membantu gerak motorik lansia dan penyandang disabilitas di negeri Sakura diboyong ke Jakarta, beberapa waktu lalu.

"Hampir 80 persen populasi di Jepang merupakan orang-orang lanjut usia, maka lewat produk ini kami membantu orang-orang di sekitar untuk lepas dari rasa ketidakberdayaan yang dirasakan di usia senja," ujar Kobayashi dalam seminar bertajuk "Peningkatan Kompetensi Santri dalam Pembuatan Produk Kreatif dan Pengembangan Wirausahawan Syariah melalui Penguasaan Teknologi".

Menolong orang lain adalah rasa kemanusiaan yang tidak akan bisa digantikan oleh teknologi buatan mana pun, katanya.

Rasa kemanusiaan itu mesti menyertai diri seorang ilmuwan dalam setiap proses perancangan teknologi yang ingin dia ciptakan sehingga dapat membuahkan hasil yang bermanfaat bagi manusia.

Para lansia kini bisa menggunakan otot buatan yang terbuat dari tabung karet yang dibungkus jaring nilon yang mengembang saat diisi dengan udara bertekanan.

Hal ini menyebabkan nilon membuat tabung menjadi lebih pendek dan menghasilkan gaya tarik yang kuat sehingga dapat membantu tugas-tugas manual yang membutuhkan kekuatan dan mengurangi tekanan di punggung saat mengangkat benda berat.

Setelan pakaian ini memungkinkan pemakainya untuk mengangkat sesuatu yang beratnya mencapai 30 kilogram.

Pakaian eksoskeleton dirasakan bermanfaat untuk perbaikan postur tubuh sebelum dan sesudah menggunakan alat.

Salah satunya disampaikan Teguh Wibowo (45), peserta seminar Hiroshi Kobayashi asal Bandung, Jawa Barat, yang berkesempatan berdiskusi serta menjajal pakaian eksoskeleton buatan sang inovator secara langsung.

Teguh menyampaikan produk pakaian bantu tersebut dapat menjadi solusi bagi kebanyakan orang, terutama yang pernah mengalami cedera otot seperti dirinya.

Namun harga produk yang mencapai 1.100 dolar AS, menurut Teguh, masih bisa diturunkan lagi agar menyesuaikan kondisi ekonomi kebanyakan masyarakat di Indonesia.

Muhammad Asy'ari Akbar selaku pimpinan pondok pesantren Minhajurrosyidin Jakarta mengatakan konsep alat yang dibuat atau diamalkan oleh Hiroshi Kobayashi ternyata masih satu nafas dengan ajaran akhlak yang diterima santri di pondok pesantren.

Salah satunya bagaimana akhlak terhadap orang tua, terhadap penyandang disabilitas, dan bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain.

Ketika pakaian bantu tersebut menjadi lebih terjangkau, tak menutup kemungkinan bahwa pakaian bergaya fiksi ilmiah itu akan umum digunakan di Indonesia oleh kalangan penyandang disabilitas dan lanjut usia dengan masalah mobilitas, atau mungkin relawan bencana dan petugas perawatan mungkin dalam waktu yang tak akan lama.

Para santri diminta menangkap ide-ide kreatif lain yang memudahkan manusia sesuai dengan nilai-nilai yang disabdakan Rasulullah Muhammad SAW bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler