Bagnaia Ungkap Tantangan Vs Para Pembalap Ducati Lain untuk Raih Gelar Juara Dunia MotoGP

Bagnaia memimpin 13 poin dari Martin di posisi kedua klasemen pembalap MotoGP.

EPA-EFE/RUNGROJ YONGRIT
Pembalap tim Ducati Lenovo asal Italia, Francesco Bagnaia.
Rep: Fitriyanto Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Francesco Bagnaia telah menjelaskan bagaimana rekan-rekannya di Ducati dapat mengakses datanya dan mengorek rahasia yang baru ditemukannya sehingga menjadi rintangan besar di tengah perebutan gelar juara dunia MotoGP 2023.

Ducati dijamin akan memenangkan kejuaraan 2023, dengan pembalap pabrikan Bagnaia, Jorge Martin dari Pramac, dan Marco Bezzecchi dari VR46, sebagai satu-satunya pesaing yang secara matematis mampu meraih kemenangan dengan tiga putaran tersisa.

Juara bertahan Bagnaia memimpin 13 poin dari Martin di posisi kedua klasemen menjelang MotoGP Malaysia akhir pekan ini. Bagnaia menjelaskan tantangan unik dalam menghadapi para pembalap Ducati lainnya.

"Saya rasa kami tidak memiliki keunggulan dalam hal pengalaman di kejuaraan ini. Saat ini, jika Anda cepat, semua orang melihat data Anda. Anda bertarung melawan yang lain. Bagi saya, ini bagus tapi juga sulit," ujar Bagnaia dikutip dari Crash, Selasa (7/11/2023). "Mungkin terkadang kami menemukan sesuatu yang berbeda dari mereka. Namun di sesi berikutnya mereka semua mencobanya! Saya tak ingin memikirkan kejuaraan. Saya akan menyerang seperti biasa, mengerahkan kemampuan terbaik saya, mencoba membuka jarak."

Bagnaia kini sudah terbiasa bertarung di papan atas. Berjuang untuk kejuaraan selama tiga tahun berturut-turut berarti ia dan tim telah melakukan pekerjaan yang sangat baik.

"Saya rasa ini bukan sebuah kegagalan, seandainya kami kalah. Akan sangat menyenangkan untuk menang karena saya tidak ingat banyak nama yang telah memenangkan gelar juara dua tahun berturut-turut. Ini akan menjadi luar biasa bagi saya," jelas Bagnaia. "Dalam hal tekanan, tahun lalu lebih tinggi setelah 15 tahun tanpa gelar untuk Ducati. Itu lebih intens dan saya merasakan beban di pundak saya."

Gelar perdana Bagnaia pada tahun lalu, dimenangkan setelah mengejar Fabio Quartararo dari tim Yamaha dengan selisih 92 poin yang merupakan sebuah rekor.

"Tahun lalu saya hanya berusaha keras tanpa beban. Kami sangat tertinggal dan penting untuk menyelesaikan balapan di depan. Tahun ini berbeda karena kami bertarung dengan motor lain seperti motor saya! Ini berbeda. Jorge Martin melakukan pekerjaan yang luar biasa. Caranya membalap adalah dengan mengerahkan segala kemampuannya," jelas Bagnaia.

Bagnaia tidak mendapatkan segalanya dengan caranya sendiri tahun ini. Performa yang sulit di pertengahan musim membuat para penggemar bertanya-tanya apakah kesalahan-kesalahan kembali merasuki penampilannya, dan ia mengalami kesulitan dengan Desmosedici-nya.

"Masalah saya dimulai di Misano pada pengereman," katanya. "Itu sulit. India, Jepang, saya berjuang keras untuk menemukan perasaan untuk bertarung. Menang lagi di Mandalika, dengan performa seperti ini, membantu kami untuk merasa menjadi yang terkuat."

Bagnaia merinci kelemahan lainnya. Timnya bekerja keras sepanjang akhir pekan untuk mempersiapkan diri menghadapi balapan yang panjang.

"Setiap kali, kami mempersiapkan diri dengan lebih baik dari yang lain dalam hal konsistensi dengan ban bekas. Ini bagus, tetapi terkadang tak membantu saya untuk melakukan time attack. Ini motivasi untuk bangkit kembali, mencoba untuk menang, mencoba untuk jadi yang teratas. Tiga kali di Q1 dan tiga kali saya finis di podium," jelas Bagnaia.

Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler