Grup K-Pop NewJeans Kolaborasi dengan McDonalds, Muncul Seruan Boikot Produknya

Boikot McDonalds muncul saat mereka mendonasikan makanan gratis untuk tentara Israel.

EPA-EFE/YONHAP
Grup K-pop NewJeans. Muncul seruan boikot kolaborasi terbaru antara McDonalds dan NewJeans.
Rep: Adysha Citra Ramadani/Umi Nur Fadhilah Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warganet Korea menyerukan boikot produk kolaborasi terbaru antara McDonald's dan grup Kpop NewJeans. Seruan boikot ini berkaitan dengan dukungan yang diberikan oleh McDonald's kepada Israel.

Baca Juga


Kolaborasi antara McDonald's dan NewJeans pertama kali diumumkan pada Juni lalu untuk sebuah kampanye spesial. Kampanye yang dilakukan di 10 wilayah Asia ini bertujuan untuk mempromosikan menu sandwich ayam serta McNugget dari McDonald's.

Melalui kolaborasi ini, para penggemar NewJeans juga berkesempatan untuk mendapatkan kemasan makanan edisi khusus bertema NewJeans. Mereka juga berpeluang untuk membeli merchandise edisi terbatas yang berisikan stiker atau photocard para anggota NewJeans. Beberapa lokasi McDonald's bahkan menyediakan grafis dan standee NewJeans. 

Kerja sama antara McDonald's dan NewJeans terus berlangsung selama beberapa bulan. Belum lama ini, McDonald's Singapura juga mempromosikan menu kolaborasi baru dengan NewJeans yaitu Korean Sweet and Spicy Chicken serta Dark Chocolate Sea Salt Frappe.

Di awal kolaborasi, banyak penggemar yang merasa gembira dan menyambut baik beragam menu kolaborasi McDonald's dan NewJeans. Namun saat ini, banyak warganet yang justru menyerukan boikot terhadap keseluruhan menu McDonald's, termasuk menu kolaborasi terbaru antara McDonald's dengan NewJeans.

"Jangan beli ini (menu kolaborasi New Jeans), mereka jelas-jelas mencoba memanfaatkan penggemar Kpop/NewJeans untuk mengakhiri boikot," tulis seorang warganet di X, seperti dikutip oleh Republika.co.id pada Rabu (6/10/23).

Banyak warganet lain yang menyerukan hal serupa. Mereka menekankan bahwa boikot ini hanya ditujukan kepada McDonald's, bukan NewJeans.

Bukan boikot NewJeans melainkan produknya...lanjutkan membaca>>

 

"Pertama-tama, saya ingin jelaskan bahwa (boikot) ini bukan tentang NewJeans. Kedua, terus lanjutkan boikot terhadap perusahaan ini (McDonald's)," ujar warganet lain di X.

Seruan boikot terhadap McDonald's pertama kali muncul saat McDonald's Israel mendonasikan makanan gratis untuk tentara Israel, setelah Hamas melakukan serangan pada 7 Oktober lalu. Israel kemudian melakukan upaya genosida terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.

Kemarahan warganet memuncak saat Israel meluncurkan serangan ke tempat-tempat yang tak seharusnya menjadi sasaran. Beberapa di antaranya adalah rumah sakit, kamp pengungsian, serta rumah ibadah.

Per Selasa (7/11/23), setidaknya ada 10.022 warga Gaza yang terbunuh. Sebanyak 4.104 di antaranya merupakan anak-anak.

"Gaza telah menjadi kuburan untuk anak-anak," ujar Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, seperti dilansir Reuters.

McDonald's di beberapa negara lain seperti Uni Emirat Arab, menekankan bahwa restoran cepat saji McDonald's beroperasi dengan model franchise. Mereka juga menyatakan akan mendonasikan uang untuk membantu warga Palestina di Gaza. Akan tetapi, tak semua warganet menerima pernyataan tersebut dan memilih untuk tetap memboikot.

Seperti dilansir Koreaboo, hingga saat ini McDonald's pusat belum menunjukkan dukungan untuk warga Palestina yang menderita di Gaza. Sebaliknya, sejumlah pelanggan justru menemukan kemasan sandwich dari McDonald's yang berwarna putih dan biru, seperti bendera Israel. Warganet menilai kemasan tersebut mengindikasikan arah dukungan McDonald's.

Oleh karena itu, warganet dari berbagai negara mengajak orang-orang untuk terus melakukan boikot. Mereka meminta warganet untuk tidak tergoda dengan kolaborasi terbaru antara McDonald's dan NewJeans.

"Ingatlah, NewJeans sudah dibayar untuk promo ini. Memboikot McDonald's tidak akan memberikan dampak terhadap mereka (NewJeans)," ungkap warganet. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler