Lahirkan 283 Guru Besar, Muhammadiyah Perkuat Universitas Sebagai Pusat Berkeadaban
Muhammadiyah berkomitmen untuk menguatkan akhlak mulia dalam berbangsa.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) telah mengukuhkan Ma'mun Murod sebagai guru besar, Kamis (9/11/2023). Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir mengucapkan selamat kepada Prof Ma'mun yang juga menjabat sebagai rektor UMJ.
"Pengukuhan guru besar ini menandakan bahwa Perguruan Tinggi Muhammadiyah terus menghasilkan dosen-dosen yang selain memperoleh gelar akademik, doktor, juga kepangkatan akademik tertinggi, ya ini profesor," ujar dia pada Jumat (10/11/2023).
Tercatat saat ini Muhammadiyah telah melahirkan sekitar 283 guru besar. Nantinya akan ada banyak guru besar yang akan dikukuhkan di berbagai Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Dengan guru besar ini tentu bukan sekadar ritual untuk pengukuhan, melainkan memperkuat universitas sebagai pusat akademik, pusat keilmuan untuk membangun kehidupan yang lebih cerdas, lebih berkeadaban.
"Kampus itu kan memiliki peran yang sangat strategis, terutama dalam membangun akhlak, anak bangsa yang sampai kapanpun Indonesia itu memerlukan generasi bangsa yang nanti akan menjadi elite bangsa,"ujar dia.
Menurut Prof Haedar, kemajuan sebuah bangsa tidak cukup dengan kemajuan fisik, kemajuan bangsa tidak cukup dengan kemajuan intelektual tapi juga kemajuan bangsa harus di pondasi oleh kemajuan moral, etik, akhlak. Karena manusia itu memang berbeda dengan makhluk lain justru pada akhlaknya, pada moralnya, pada etiknya.
Kehidupan bangsa bahkan bisa hancur karena nir-etik, nir-moral, nir-akhlak. Sehingga karena nir-etik, nir-moral, dan nir-akhlak lalu menghalalkan segala cara. Dan ketika politik dan kehidupan kebangsaan termasuk ekonomi menghalalkan segala cara, maka rusaklah kehidupan.
"Kami berharap bahwa ilmu politik,dimana Pak Ma'amun Murod ini bidangnya dan seluruh ahli ilmu politik diharapkan sumbangsinya untuk mencerdaskan kehidupan politik bangsa untuk memperadabkan politik bangsa," ujar dia.
Karena Indonesia yang berdasar Pancasila di mana agama hidup, kebudayaan luhur hidup itu juga memerlukan bangunan keadaban luhur. Inilah peran ilmu politik maupun ilmu-ilmu lainnya di mana ilmu jangan sampai berada di menara gading tetapi ilmu itu harus mencerahkan peradaban.
UMJ itu sebagai kampus tertua di Muhammadiyah ini usianya ke-68 yang dulu pernah memberi gelar honoris causa di bidang ilmu tauhid kepada Bung Karno atau Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia dan juga anggota serta pimpinan Muhammadiyah. Tentu juga punya tonggak sejarah yang penting di dalam membangun bangsa ke depan.
"Kita berharap bahwa UMJ juga terus memainkan perannya bagaimana usaha mencerdaskan kehidupan bangsa dan sekali lagi juga membangun masyarakat ilmu itu terus dilakukan," ujar dia.
Indonesia masih ketinggalan sebenarnya di dalam hal kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan menciptakan masyarakat ilmu. Kita masih menjadi masyarakat yang komunalistiknya tinggi, sosialnya tinggi, tetapi untuk sampai pada taraf masyarakat ilmu itu masih jauh dari harapan.
Artinya, kita harus mempertinggi kualitas baca, kualitas semangat berilmu dari masyarakat kita. Politik bahkan kontestasi pemilu juga membutuhkan masyarakat yang cerdas memilih dan kritis memilih.