Jokowi Sampaikan Hasil KTT OKI ke Joe Biden

Presiden Jokowi akan menemui Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih.

AP/Alex Brandon
Presiden AS Joe Biden (kanan) dan Presiden RI Joko Widodo dalam sebuah kesempatan bersama beberapa waktu lalu.
Rep: Lintar Satria Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) akan bertemu Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Senin (13/11/2023) waktu setempat. Dalam pertemuan ini, Jokowi mengatakan, akan menyampaikan hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) terkait kondisi terkini di Palestina.

Baca Juga


"Alhamdulillah, KTT OKI menghasilkan resolusi yang berisi pesan yang sangat kuat untuk dunia. Dan, pesan inilah yang akan saya sampaikan kepada Presiden Biden esok hari, di mana ini adalah suara dari 57 negara atau sekitar sepertiga suara negara di dunia,” kata Jokowi dalam keterangan persnya di Washington DC, AS, Ahad (12/11/2023).

Dalam siaran pers Sekretariat Kabinet Indonesia mengatakan dalam kesempatan itu, Jokowi juga akan menyampaikan pesan dari Presiden Palestina Mahmoud Abbas. “Saya juga akan menyampaikan pesan dari Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang meminta saya secara khusus untuk menyampaikannya kepada Presiden Biden,” kata Jokowi Presiden.

Jokowi mengungkapkan, dalam pertemuan KTT Luar Biasa OKI yang berlangsung di Riyadh, Arab Saudi, tersebut, ia mengajak negara-negara anggota OKI untuk bersatu dan berada di barisan terdepan dalam memperjuangkan keadilan bagi rakyat Palestina.

“Gencatan senjata harus segera diwujudkan, bantuan kemanusiaan harus dipercepat dan diperbanyak, perundingan damai harus segera dimulai, fasilitas publik dan kegiatan kemanusiaan tidak boleh menjadi sasaran serangan, dan Israel harus bertanggung jawab atas kekejaman yang telah dilakukan,” katanya.

Terkait kondisi Rumah Sakit Indonesia di Palestina saat ini, Jokowi menekankan pentingnya menghormati hukum humaniter internasional. Hal itu disampaikan Presiden dalam KTT OKI maupun pertemuan bilateral dengan sejumlah pemimpin negara OKI,

“Saya ingin kembali tegaskan bahwa dari sejak awal terjadinya serangan, pemerintah telah dan akan terus berupaya untuk melindungi WNI serta fasilitas-fasilitas publik, termasuk Rumah Sakit Indonesia,” ujarnya.

Menutup pernyataannya, Presiden Jokowi menegaskan dukungannya kepada Menteri Luar Negeri RI untuk berperan aktif dalam mengupayakan perdamaian di Palestina.

“Saya juga ingin memberikan dukungan penuh untuk Menteri Luar Negeri Indonesia yang terpilih sebagai salah satu menlu yang diberikan kepercayaan oleh para pemimpin OKI untuk mengupayakan perdamaian di Palestina,” kata Jokowi.

Sementara para pejabat kesehatan dan orang-orang yang terjebak di dalam rumah sakit terbesar di Gaza menolak klaim Israel yang mengatakan mereka membantu bayi dan orang-orang di rumah sakit itu untuk dievakuasi. Para dokter dan warga yang mengungsi di rumah sakit mengatakan pertempuran terus berlanjut di luar fasilitas tersebut di mana inkubator-inkubator tidak berfungsi tanpa listrik dan persediaan obat-obatan yang sangat dibutuhkan mulai menipis.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak seruan gencatan senjata kecuali 240 sandera yang ditawan Hamas dalam serangan 7 Oktober dibebaskan. Sehari setelah Netanyahu mengatakan Israel mengerahkan "kekuatan penuh" dengan tujuan untuk mengakhiri kekuasaan Hamas selama 16 tahun di Gaza, warga melaporkan adanya serangan udara dan penembakan yang gencar, termasuk di sekitar Rumah Sakit Shifa.

Israel, tanpa memberikan bukti, menuduh Hamas menyembunyikan pos komando di dalam dan di bawah kompleks rumah sakit termasuk Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Hamas, staf rumah sakit dan pemerintah Indonesia membantah tuduhan tersebut.

"Mereka ada di luar, tidak jauh dari gerbang," kata Ahmed al-Boursh, seorang warga yang berlindung di rumah sakit al-Syifa.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan generator terakhir rumah sakit sudah habis pada Sabtu (11/11/2023). Tiga bayi lahir prematur dan empat pasien lainnya meninggal dunia.

Militer Israel mengaku menempatkan 300 liter bahan bakar di dekat al-Syifa untuk generator darurat agar rumah sakit bisa menghidupkan inkubator untuk bayi yang lahir prematur dan mengoordinasikan pengirimannya dengan staf rumah sakit. Tapi, militer Israel mengeklaim Hamas mencegah rumah sakit menerima bahan bakar itu.

Juru bicara Kementerian Kesehatan, Ashraf al-Qidra, membantah pernyataan tersebut dan juga mengatakan kepada Aljazirah bahan bakar tersebut tidak akan cukup untuk mengoperasikan generator selama satu jam. "Ini adalah ejekan terhadap pasien dan anak-anak," kata Al-Qidra.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler