Jaga Ketersediaan Pasokan, Badan Pangan Percepat Realisasi Impor Beras

NFA mendorong percepatan realisasi impor beras untuk menjaga stok cadangan beras.

Republika/Putra M. Akbar
Pekerja saat bongkar muat beras impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/10/2023).
Rep: Intan Pratiwi Red: Ahmad Fikri Noor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) mendorong percepatan realisasi impor beras untuk menjaga stok cadangan beras pemerintah (CBP) tetap aman sesuai target pemerintah. Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, percepatan realisasi importasi beras ini dilakukan secara terukur untuk memastikan ketersediaan beras aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya masyarakat berpendapatan rendah. 

Baca Juga


“Jadi, hari ini kita lakukan importasi, tapi importasi yang terukur karena tetap menjaga harga di tingkat petani berada di atas biaya produksi dan margin petani. Harga di tingkat petani jangan sampai jatuh, sehingga petani tetap semangat berproduksi,” ujar Arief dalam siaran persnya, Senin (13/11/2023).

Arief menambahkan, importasi yang dilakukan pemerintah hanya untuk pemenuhan stok CBP yang harus dimiliki oleh Perum Bulog dalam mengamankan stabilitas pasokan dan harga beras. Ia pun menegaskan penggunaan CBP hanya diperuntukan ke program-program pemerintah dalam rangka intervensi pasar dan bantuan ke masyarakat.

“Cadangan beras kita pastikan harus di atas 1 juta ton secured. Ini nomor satu ketersediaan dulu. Kalau harga di hilir tentunya kita tekan dengan upaya Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Sesuai dengan arahan Bapak Presiden Joko Widodo, program bantuan pangan beras ini juga diperpanjang dari hingga Desember 2023 dan nanti di tahun depan juga kita akan siapkan untuk bantuan pangannya hingga Juni 2024,” ungkap Arief.  

Lebih lanjut, perkembangan stok CBP yang ada saat ini berada di angka 1,3 juta ton. Per 13 November, sumber pengadaan CBP yang bersumber dari dalam negeri sejumlah 912,5 ribu ton. Selanjutnya total CBP yang telah disalurkan telah capai 2,1 juta ton dalam berbagai bentuk program antara lain SPHP 885 ribu ton, bantuan pangan beras tahap pertama 640 ribu ton, bantuan pangan beras tahap kedua 537 ribu ton, golongan anggaran 69 ribu ton, dan tanggap darurat 2,3 ribu ton. 

“Sekali lagi, tugas NFA itu adalah melakukan kalkulasi kebutuhan stok nasional secara komprehensif dan memastikan ketersediaan telah tercukupi atau diperlukan pasokan dari sumber lainnya. Lalu, apabila terlihat ada gejolak harga di masyarakat, kita terus gelontorkan stok dalam bentuk intervensi pemerintah dan bantuan pangan beras guna menekan harga,” papar Arief.

“CBP di akhir tahun ini kita targetkan dapat terjaga di 1,2 juta ton. Kita juga akan siapkan untuk menyerap hasil dalam negeri pada saat panen raya yang kemungkinan ada di Mei dan Juni tahun depan. Ini karena produksi dalam negeri harus menjadi nomor satu untuk penguatan ketersediaan stok,” sambungnya.

Adanya kemungkinan mundurnya masa panen raya yang menjadi pada Mei dan Juni tersebut disebabkan masa tanam yang terlambat akibat kemarau. Namun ia mengaku tetap optimis produksi dalam negeri dapat memperkuat CBP.

“Jadi 70 persen untuk tanaman padi itu ada di semester pertama, lalu semester kedua itu sisa panen. Dengan itu, semester pertama panen harus berhasil, mulai dari bibitnya, benihnya, dan sumber airnya. Kita semua tentu ingin sumber CBP diperkuat dari dalam negeri agar para petani terus termotivasi berproduksi,” ungkap Arief.

Percepatan realisasi importasi juga terus digenjot Perum Bulog dengan memperbanyak destinasi pelabuhan penerima. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, pihaknya berkoordinasi dengan Pelindo yang melayani tiga shift (24 jam), sehingga mampu mempercepat layanan bongkar pada kapal beras dimaksud. 

“Untuk percepatan realisasi impor beras ini kita langsung tujukan kepada 28 pelabuhan penerima di seluruh Indonesia. Tadinya hanya 17 pelabuhan, namun dalam rangka percepatan, kita tambah 11 pelabuhan lagi jadi total ada 28 pelabuhan penerima,” ujar Budi. 

Untuk diketahui situasi harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) menunjukan adanya tren penurunan. Pada 1 Oktober harga beras medium (IR 64 III) berada di angka Rp 11.331 per kg. Ini mengalami penurunan 332 poin pada harga per 9 November yang tercatat berada di Rp 10.999 per kg dengan jumlah stok beras sebesar 32.047 ton. 

Sementara pantauan harga beras di tingkat konsumen sesuai Panel Harga Pangan NFA, juga terlihat tren penurunan harga. Pada 1 Oktober tercatat harga rata-rata semua provinsi untuk beras medium berada di angka Rp 13.220 per kg. Ini mengalami depresiasi 50 poin pada 12 November menjadi Rp 13.170 per kg.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler