Militer Israel Targetkan Jurnalis yang Sedang Siaran Langsung di Lebanon Selatan

Jurnalis Lebanon yang bekerja untuk Reuters terbunuh oleh serangan Israel bulan lalu.

AP Photo/Bilal Hussein
Para pelayat membawa jenazah videografer Reuters Issam Abdallah yang tewas akibat tembakan Israel pada Oktober 2023.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Militer Israel pada  Senin (13/11/2023) menargetkan jurnalis di Lebanon selatan, ketika pertempuran antara Hizbullah dan Israel meningkat di sepanjang perbatasan. Beberapa jurnalis yang mengenakan jaket pelindung dengan tulisan “Pers” dan sedang melaporkan secara langsung dari Desa Yaroun, di kota perbatasan di Bint Jbeil, diserang oleh Israel,

Salah satu video yang diperoleh Alarabiya English menunjukkan dampak dari serangan roket di dekat para jurnalis. Para wartawan mengatakan, mereka telah mengoordinasikan perjalanan mereka ke wilayah tersebut dengan pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) dan Angkatan Bersenjata Lebanon.

Israel telah membunuh puluhan jurnalis Palestina di tengah pengeboman yang intensif di Gaza. Israel juga mengatakan kepada kantor berita internasional dan lokal bahwa mereka tidak dapat menjamin keselamatan jurnalis mereka yang bekerja di Gaza.

Seorang jurnalis Lebanon yang bekerja untuk Reuters terbunuh oleh serangan Israel bulan lalu, ketika dia sedang merekam siaran langsung dari perbatasan selatan Lebanon. Para saksi di lokasi serangan mengatakan, Israel berada di balik serangan itu.

Baca Juga


Sementara Israel mengatakan pihaknya sedang menyelidiki insiden tersebut. Direktur eksekutif di Samir Kassir Foundation, Ayman Mhanna mengatakan, saat ini ada kecenderungan Israel menargetkan jurnalis karena kurangnya akuntabilitas atas semua serangan sebelumnya.

“Jadi, Israel percaya bahwa mereka memiliki semacam impunitas yang memungkinkan mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan terhadap semua warga sipil, termasuk jurnalis, karena mereka tahu betul bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang akan meminta pertanggungjawaban mereka,” kata Mhanna, dilansir Alarabiya English, Senin (13/11/2023).

Mhanna juga merujuk pada komentar yang dibuat oleh influencer Israel di media sosial dan beberapa pejabat Israel yang mengancam akan menargetkan jurnalis. Meskipun mereka mungkin tidak mempunyai kekuasaan, Mhanna mengatakan hal ini secara langsung berkontribusi pada iklim yang menormalisasi gagasan untuk menyerang jurnalis.

“Dan sayangnya, sebagian besar mitra internasional Israel menutup mata terhadap komentar dan perkembangan ini," kata Mhanna.

Menurut Federasi Jurnalis Internasional, setidaknya 34 jurnalis dan pekerja media Palestina gugur dan banyak wartawan yang terluka dan hilang. Sementara Badan pengungsi Palestina PBB, UNRWA, mengatakan, 101 rekannya telah terbunuh di Gaza. Sebagian besar kematian tersebut disebabkan oleh pengeboman Israel terhadap wilayah Gaza.

“Sepertinya ada kebutuhan bagi Israel untuk menargetkan mereka yang melaporkan apa yang terjadi di lapangan,” ujar Mhanna. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler