Gara-gara Perubahan Iklim, Muncul Virus 'X' yang Diprediksi Lebih Mematikan
Ilmuwan mengeluarkan peringatan mengerikan bahwa virus Faktor X.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Dunia masih dalam masa pemulihan dari pandemi corona mematikan yang menewaskan hampir tujuh juta orang seluruh dunia. Namun para ilmuwan telah mengeluarkan peringatan mengerikan bahwa virus ‘Faktor X’ yang lebih mematikan mungkin bersembunyi di lapisan es Bumi, menunggu untuk dilepaskan.
Lebih buruk lagi, mereka mengatakan perubahan iklim telah membuat sejumlah penyakit mematikan yang telah terbengkalai selama ratusan ribu tahun semakin besar kemungkinannya untuk terbebas seiring dengan pemanasan global yang terus berlanjut.
Dilansir MailOnline, Rabu (15/11/2023), hal ini terjadi karena tanah beku atau lapisan es bercampur dengan sejumlah besar spesies mikroba yang tidak aktif, banyak di antaranya yang hampir tidak diketahui oleh para ilmuwan. Para ahli memperingatkan hal ini juga dapat memicu keluarnya penyakit-penyakit yang telah punah seperti cacar atau patogen yang pernah menimbulkan malapetaka di kalangan nenek moyang kita.
“Ada Faktor X yang sebenarnya tidak banyak kita ketahui,” kata Birgitta Evengard, seorang profesor penyakit menular di Universitas Umea di Swedia, kepada Newsweek. “Jauh di dalam lapisan es, pasti mikroba, terutama virus dan juga bakteri, yang sudah ada di Bumi jauh sebelum Homo sapiens ada,” ujar dia.
Menurut ahli virologi Jean-Michel Claverie, dari Universitas Aix-Marseille, mungkin juga virus purba yang menginfeksi dan menyebabkan kepunahan Neanderthal atau mammoth juga berada di dalam lapisan es ini. Ketika ditanya apa lagi yang tersembunyi di tundra yang membeku, Claverie mengatakan kepada Newsweek, “Virus dari penyakit yang sudah punah seperti cacar; antraks yang selalu ada, melalui daerah yang terkontaminasi spora; dan juga percepatan penyebaran penyakit yang sudah diketahui [ada] di wilayah Arktik saat ini seperti tularemia, infeksi bakteri serius, atau ensefalitis yang ditularkan melalui kutu.”
Para ilmuwan telah menyoroti enam patogen beku yang mereka yakini merupakan ancaman terbesar bagi umat manusia. Baru tahun lalu, tim ahli juga mengumumkan bahwa mereka telah menghidupkan kembali virus berusia 48.500 tahun yang ditemukan di lapisan es Siberia yang mencair.
Virus ini merupakan salah satu dari tujuh jenis virus di lapisan es yang telah dibangkitkan kembali setelah ribuan tahun. Yang termuda telah dibekukan selama 27.000 tahun, dan yang tertua, Pandoravirus yedoma, dibekukan selama 48.500 tahun.
Meskipun virus ini tidak dianggap sebagai risiko bagi manusia, para ilmuwan memperingatkan bahwa patogen lain yang terpapar oleh es yang mencair bisa menjadi ‘bencana’ dan menyebabkan pandemi baru. Peringatan datang pada tahun 2016, ketika gelombang panas di Siberia mengaktifkan spora antraks mematikan yang membunuh seorang anak laki-laki Berusia 12 tahun dan ribuan Hewan.
Istilah ‘permafrost’ mengacu pada bumi yang telah membeku selama dua tahun atau lebih berturut-turut, meskipun beberapa wilayah di Siberia tetap membeku selama lebih dari 650.000 tahun. Para ahli memperkirakan bahwa seperempat belahan bumi utara berada di atas lapisan es, namun sebagian besar wilayah kini mencair seiring pemanasan dunia.
Suhu Bumi sudah 1,2 derajat Celcius lebih hangat dibandingkan masa pra-industri, dan para ilmuwan telah memperingatkan bahwa Arktik akan mengalami musim panas tanpa es pada tahun 2030-an.
Tim Clarverie pertama kali menghidupkan kembali virus pada tahun 2014, dengan fokus pada tahun 2014, dengan fokus pada alasan keamanan pada virus yang hanya dapat menginfeksi amuba. Sejak tahun 2019 saja, dia telah menemukan 13 virus baru dan memperingatkan bahwa patogen kuno yang tidak diketahui dapat menimbulkan dampak ‘bencana’ bagi umat manusia.