Tujuan Utama Columbus Bukan Taklukkan Benua Amerika, Tetapi Yerusalem?

Cristophorus Columbus disebut punya ambisi taklukkan Yerusalem.

AP Photo/Mahmoud Illean
Warga Palestina menghadiri perayaan hari raya Idul Fitri di Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Jumat, (21/4/2023). Perayaan Idul Fitri di Masjid Al-Aqsa berlangsung dengan aman. Ribuan warga Palestina tumpah ruah memenuhi area kompleks Masjid Al-Aqsa.
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Karibia, 26 Desember 1492. Dalam ekspedisi perdananya, Cristophorus Columbus menuliskan dalam jurnal yang dikenal sebagai Diario bahwa dia ingin mencari sebanyak mungkin emas dan rempah-rempah di Dunia Baru, “Dalam jumlah yang sangat besar, sehingga penguasa akan mempersiapkan penaklukan Makam Kudus (Holy Sepulchre). Sehingga, saya meminta kepada Yang Mulia agar membelanjakan semua hasil keuntungan dari ekspedisi saya ini untuk penaklukan Yerusalem.” 

Baca Juga


Penguasa yang disebut Columbus dalam jurnal ekspedisinya ke Benua Amerika itu tentu saja adalah Raja Ferdinand dan Ratu Isabela, pemimpin Spanyol yang telah mendanai ekspedisinya, pasangan pemimpin Kristen yang berhasil mengakhiri dominasi kaum Muslim dan Yahudi dari Spanyol. 

Kalimat dalam jurnal itu juga menunjukkan bahwa bukan kali itu saja Columbus menyebutkan niat utamanya mencari peruntungan dari penjelajahan ke Dunia Baru adalah demi penaklukan Yerusalem dan itu bukanlah ekspedisi terakhir.

Ketika bertemu dengan warga asli Benua Amerika, Columbus ingin mereka diperlakukan dengan baik agar mau memeluk agama Kristen. Tapi, walau mereka sudah mendatangi berbagai tempat yang belum pernah dikunjungi orang Eropa, Columbus terus berlayar untuk menemukan daratan utama agar bisa menemukan komoditas berharga, seperti rempah-rempah dan emas. Banyak sejarawan akhirnya menilai Columbus memang terobsesi untuk mengejar harta dalam ekspedisinya ke Amerika. 

Emas memang menjadi salah satu tujuan utama. Tapi, motif sesungguhnya yang mampu menggerakkan Columbus menempuh pelayaran yang mahaberat itu kembali terkuak dalam suratnya pada 4 Maret 1493 yang ditujukan kepada Raja Ferdinand dan Ratu Isabela, sebelum Columbus pulang dari pelayaran pertamanya. 

“Dalam tujuh tahun dari hari ini, saya akan sanggup membayar Yang Mulia untuk menyediakan lima ribu kavaleri dan 50 ribu tentara berjalan kaki untuk perang menaklukkan Yerusalem. Untuk tujuan inilah penjelajahan ini dilakukan.”

Hampir 10 tahun kemudian, Columbus masih saja terpaku pada tema penaklukan Yerusalem. Sebuah surat yang ditulis pada Februari 1502 kepada Paus Aleksander VI menyebutkan, “Perjalanan ini dilakukan dengan tujuan untuk membelanjakan dana yang telah diinvestasikan untuk membantu kuil suci dan Gereja Suci,” sambil kembali menyebut jumlah kuda dan pasukan yang diharapkan tersedia. Kemungkinan, surat itu tak pernah dikirimkan.

Baca juga: Zionis Israel akan Hancur Binasa 3 Tahun Lagi? Prediksi Syekh Ahmad Yasin Kembali Viral

Dalam surat lain yang disebut sebagai Lettera Rarissima bertanggal 7 Juli 1503 di Hispaniola dan ditujukan kepada penguasa Spanyol, Columbus menceritakan mengenai kejadian pada pelayarannya yang keempat. Pada akhir surat, tema penaklukan Yerusalem lagi-lagi muncul. “Yerusalem dan Gunung Sion akan dibangun kembali oleh tangan-tangan umat Kristen, sesuai dengan apa yang difirmankan Tuhan lewat mulut Nabinya di Kitab Mazmur Pasal 14.”

Lalu, pada 19 Mei 1506, satu hari sebelum kematiannya, Columbus mengesahkan Majorat atau surat wasiat yang aslinya sudah ditulis sejak 22 Februari 1498 dan ditambahkan isinya pada 25 Agustus 1505. Wasiatnya menyebut tentang pendirian pundi dana untuk pembebasan Yerusalem.

 

Sejak awal, Columbus memang terobsesi terhadap Yerusalem sebagai tujuan utama dari empat ekspedisinya ke Benua Amerika yang berlangsung empat kali itu. Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Wisconsin-Madison John Phelan mengungkapkan, harapan mengenai penaklukan Yerusalem dengan memanfaatkan emas yang ditemukan di Dunia Baru mungkin telah diucapkan Columbus kepada Ferdinand dan Isabela sebelum dia berangkat berlayar dari Palos, 3 Agustus 1492.

Baca juga: Mengapa Malaikat Jibril Disebut Ruh Kudus dalam Alquran?

Namun, mungkin saja ide ini telah dicetuskan lebih dini, yaitu selama pengepungan Granada pada 1489, benteng terakhir kekuasaan Muslim di Spanyol. Saat itu, duta besar Sultan Mesir (Dinasti Mamluk) datang meminta pasukan Spanyol menghentikan peperangan atau Muslim akan menghancurkan Holy Sepulchre, sebutan lain untuk Yerusalem.

Sejarawan Universitas Wisconsin-Milwaukee Abbas Hamdani menyebut, 1492 merupakan tahun yang sangat krusial dalam sejarah Eropa, Muslim, dan Amerika. Pada 2 Januari, Granada jatuh mengakhiri kekuasaan Muslim di Spanyol selama-lamanya. Lalu, pada 12 Oktober, Columbus “menemukan” Amerika. Columbus telah membuka jalan bagi era penjelajahan, ekspansi, dan kolonisasi oleh bangsa Eropa yang menjadi pengantar munculnya era Renaisans.

Namun, motif utama penjelajahan dalam suasana abad pertengahan itu sering diabaikan, yaitu keinginan Columbus melancarkan kembali Perang Salib baru untuk merebut Tanah Suci Yerusalem dari tangan kaum Muslim.

Keinginan itu tak hanya sebatas menguasai kembali tanah tempat Yesus lahir dan mendakwahkan ajarannya, tapi demi memenuhi sebuah nubuat yang sangat diimani oleh Columbus.

Ramalan itu disebutkan dalam Injil Kitab Wahyu yang menyebutkan bahwa dipeluknya ajaran Kristen oleh seluruh penduduk Bumi serta penaklukan kembali Yerusalem merupakan prasyarat untuk kembalinya Yesus Kristus ke dunia sebelum akhir zaman. Dan, Columbus merasa dirinya bakal punya peranan penting dalam peristiwa itu.

Religiusitas Columbus memang tak pernah tampak dalam publikasi sejarah populer. Padahal, bukti-bukti tertulis dari Diario dan kesaksian anggota keluarga dan koleganya memberi bukti tak terbantahkan.

 

Diario menceritakan bahwa sepanjang pelayaran pertama menuju Dunia Baru itu Columbus kerap sekali melantunkan doa dan menjaga jam-jam sembahyang (jam kanonikal) di kapal, terutama waktu doa Prime, Terce, Vesper, dan Compline. “Saat waktu Vesper, semua awak kapal dikumpulkan. Doa singkat dibacakan. Salve Regina dinyanyikan.”  

Peta Palestina versi arogansi Trump - (Republika)
Peta Palestina versi arogansi Trump - (Republika)

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler