Apa ISIS dan dari Mana Berasal, Bela Kepentingan Zionis Israel?
ISIS tak ada bersuara dalam kasus Zionis Israel
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Setelah runtuhnya rezim Saddam Husein, masyarakat negara ini berkali-kali melalui proses pesta demokrasi memilih pemimpin. Belakangan ini bangsa Irak melalui sebuah pemilihan umum yang sukses memilih pejabat tinggi negara.
Berjalannya demokrasi secara mulus di Irak tentu saja membuat para musuh umat Islam yang tidak gembira dengan kemajuan bangsa Irak, mengarahkan kelompok garis keras dan ekstremisme bernama "Islamic State of Iraq and Syria - ISIS" ke negara ini.
Kelompok tersebut yang pendekatannya sama sekali jauh berbeda dari nilai-nilai Islam dan kemanusiaan berhasil menduduki beberapa kota dari negara Irak dengan melakukan pembunuhan dan pembasmian terhadap umat Muslim negara tesebut.
Apa ISIS dan berasal dari mana?
Perubahan nama kelompok Alqaidah ke kelompok-kelompok bagian dari Alqaidah yang mengandung nama menyeluruh "pengikut mazhab Suni yang radikal" adalah tema yang diangkat oleh media-media Barat sejak 1981.
Hal ini terjadi di mana pada kenyataannya anggota kelompok tersebut adalah orang-orang Arab dan non-Arab yang menamakan diri sebagai Muslim dan mereka diperalat oleh negara-negara hegemonik dengan tujuan-tujuan tertentu.
Propaganda media-media Barat untuk menamakan kelompok garis keras ini sebagai kelompok pembela kaum Suni dimulai pada saat kelompok-kelompok teroris di Suriah gagal mencapai keberhasilan untuk menguasai negara tersebut.
Maka, negara-negara hegemonik yang memegang andil atas kelompok garis keras tersebut mengarahkan mereka ke Irak dengan nama yang baru, yaitu ISIS. Kelompok ini hanya mengincar kepentingan Barat, yaitu mendapat andil atas bangsa Irak dan menguasai kekayaan nasional negara besar ini.
Masyarakat kawasan kini dihadapkan pada fitnah negara-negara Barat yang bernama pertikaian antara pengikut berbagai mazhab Islam. Henry Kissinger (mantan menteri luar negeri Amerika) setelah kekalahan negaranya dalam perang Vietnam menyuarakan sebuah pendekatan baru terhadap negara-negara benua Asia di mana dalam pendekatan ini para penduduk Asia harus diadu domba untuk membunuh satu sama lain.
Terlihat dengan jelas...
Terlihat dengan jelas bahwa para musuh umat Muslim di dunia tidak memikirkan tentang kemajuan negara-negara kawasan dan proses demokrasi di negara-negara tersebut.
Mereka hanya mementingkan kepentingan mereka dan rezim Zionis Israel dengan menyebarkan fitnah di antara berbagai kalangan umat Muslim. Tidak ada ajaran fikih, ritual agama, ayat kitab suci Alquran, dan hadis yang membenarkan pembunuhan manusia-manusia tidak berdosa.
Pendekatan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok ISIS bertentangan dengan ajaran Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan persaudaraan.
Iran sangat prihatin atas penyebaran terorisme di dunia, khususnya berbagai bentuk kekerasan yang menamakan diri sebagai gerakan agamis.
Dan, ini adalah alasan mengapa Teheran melalui Presiden Hasan Rouhani mengusulkan Dunia Menentang Kekerasan dan Ekstremisme (World Against Violence and Extremism /WAVE) pada sesi ke-68 Majelis Umum PBB di New York, di mana seluruh negara anggota PBB secara bulat menyetujui usulan tersebut.
Penulis berpendapat bahwa kerja sama antara berbagai negara dunia dan konteks WAVE dapat menjadi jalan keluar yang menyeluruh bagi berbagai gerakan kekerasan dan ekstremisme disebabkan perang melawan kekerasan dan ekstremisme adalah perang yang bersifat kolektif.
Persatuan adalah kunci, kunci yang dapat melawan penyebaran beragam bentuk fitnah di antara umat Muslim. Semoga semangat bulan suci Ramadhan dapat mengantarkan kita semua ke persatuan abadi. Amin.
*Naskah ini tayang di Harian Republika, karya Mahmoud Farazandeh, Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia pada 2014