Naskah Khutbah Jumat: Jalan Keselamatan
Iman merupakan syarat mutlak agar seorang hamba memperoleh keselamatan.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Safwannur, Alumnus Ponpes Ihyaaussunnah Lhokseumawe dan Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Yogyakarta
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إلهَ إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ وَلَا رَسُوْلَ بَعْدَهُ.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى رَسُوْلِ اللَّهِ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَلآَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُصِيْ نَفْسِيْ وَ إِيَّكُمْ بِتَقْوَ اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ. تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Setiap manusia pasti menginginkan keselamatan dalam hidupnya dan tidak ingin celaka. Terlebih lagi orang beriman, keselamatan dunia dan akhirat menjadi dambaannya.
Untuk mendapatkan keselamatan itu tentu setiap individu harus berusaha sebaik mungkin. Jika ingin selamat di dunia, maka dia harus menghindarkan dirinya dari hal-hal yang dapat mencelakakannya. Begitu pula jika ingin selamat di akhirat, maka dia harus melakukan amalan-amalan yang dapat mengantarkannya ke jalan keselamatan itu.
Keselamatan di akhirat berupa terbebas dari azab neraka dan diberi anugerah surga merupakan cita-cita tertinggi setiap orang yang beriman. Tetapi, ada syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai itu semua. Alquran telah menunjukkan rute agar manusia selamat di jalan kehidupan. Petunjuk tersebut harus menjadi pegangan bagi orang beriman agar tidak tergelincir ke dalam jurang kebinasaan.
Selanjutnya...
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Pertama, beriman dan berjihad. Iman merupakan syarat mutlak agar seorang hamba memperoleh keselamatan di hari kemudian.
Keimanan itu harus diwujudkan dengan semangat jihad fi sabilillah. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ . تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih. Engkau beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya.” (Q.S. ash-Shaff [61]:10-11).
Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah menyebutkan, perniagaan yang dimaksud dalam ayat ini adalah perjuangan di jalan Allah. Oleh sebab itu, manusia harus beriman kepada Allah dan Rasul-Nya yang diwujudkan dengan meningkatkan iman dan senantiasa memperbaruinya setiap saat.
Selain itu, manusia juga berjihad yakni senantiasa bersungguh-sungguh untuk mencurahkan apa yang dimiliki berupa tenaga, pikiran, waktu, dan dengan harta dan jiwa masing-masing di jalan Allah.
Quraish Shibab menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kata tijarah dalam ayat ini adalah amal-amal saleh. Memang Alquran sering kali menggunakan kata itu untuk makna tersebut. Hal ini disebabkan karena motivasi beramal saleh oleh banyak orang adalah untuk memperoleh ganjaran, persis seperti perniagaan yang dijalankan seseorang guna meraih keuntungan.
Selanjutnya...
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Kedua, bertaqwa kepada Allah. Ketaqwaan menjadi keharusan untuk mencapai ridha Allah sehingga berhak untuk menjadi penghuni surga-Nya.
Keistimewaan yang diberikan kepada orang bertaqwa adalah terselamatkan dari pedihnya azab neraka. Allah berfirman:
وَيُنَجِّي اللَّهُ الَّذِينَ اتَّقَوْا بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita.” (Q.S. az-Zumar [39]: 61).
Buya Hamka dalam tafsir al-Azhar menyebutkan bahwa perjalanan hidup untuk mencapai taqwa tidak selalu bertemu jalan datar bertabur kembang semata. Bahkan sebaliknya, duri dan onak, akar dan rotan kadang menjadi penghalang di tengah jalan perjuangan.
Jalan keimanan tidak luput dari ujian dan rintangan. Apabila manusia mampu melewatinya, maka naiklah martabat taqwanya. Artinya dia telah memperoleh kemenangan yang menyelamatkannya dari azab.
Selanjutnya...
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ketiga, berpegang teguh dengan ajaran Alquran. Ini adalah jalan keselamatan yang pasti dalam lalu lintas kehidupan, karena Alquran merupakan pedoman hidup yang utama bagi orang beriman.
Tidak ada petunjuk yang lebih utama selain Alquran yang sudah terjamin kebenarannya. Allah berfirman:
يَّهْدِيْ بِهِ اللّٰهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهٗ سُبُلَ السَّلٰمِ وَيُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ بِاِذْنِهٖ وَيَهْدِيْهِمْ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
“Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus.” (Q.S. al-Maidah [5]: 16).
Alquran merupakan pelita yang menerangi jalan kehidupan manusia. Segala macam persoalan yang dihadapi manusia ada solusinya dalam Alquran.
Oleh karena itu, orang yang mengikuti petunjuk Alquran tidak akan tersesat dalam hidupnya. Sebaliknya, orang yang jauh dari Alquran, maka kehidupan yang dia jalani tidak terarah kepada jalan yang benar.
Selanjutnya...
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Semoga kita menjadi hamba Allah yang memperoleh keselamatan baik di dunia maupun di akhirat, hingga memperoleh tempat istimewa di sisi-Nya kelak. Oleh sebab itu, kita harus senantiasa istiqamah untuk mencari jalan keselamatan itu berdasarkan petunjuk kitab suci Alquran.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا اللهُ مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِـرُ الله لِيْ وَلَكُمْ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ أَرْشَدَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، أَمَّا بَعْدُ؛
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ, رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَاْرحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُونَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفُ رَّحِيْمٌ، رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمّا يَصِفُونَ. وسَلامٌ عَلى المُرْسَلِينَ. والحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العالَمِينَ.