Tentara Israel Takut Menjelajahi Terowongan di Gaza
Militer Israel mengandalkan robot pelacak untuk menjelajahi terowongan di Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Setelah menemukan lorong yang diduga sebagai pintu masuk ke terowongan Hamas di bawah rumah sakit yang dievakuasi di Gaza utara, insinyur militer Israel mengisi lorong itu dengan gel yang meledak dan meledakkan detonatornya.
Ledakan itu melanda gedung tersebut dan menimbulkan asap yang keluar dari setidaknya tiga titik di sepanjang jalan terdekat di distrik kota Beit Hanoun.
“Gel itu menyebar dan meledakkan apa pun yang telah mereka tunggu di terowongan,” kata seorang perwira militer kepada wartawan pada sebuah pengarahan di Pangkalan Angkatan Darat Zeelim di Israel selatan.
Untuk memetakan bunker dan terowongan yang menurut kedua belah pihak membentang ratusan kilometer di bawah Gaza, tentara memilih robot pelacak dan teknologi lain yang dioperasikan dari jarak jauh. “Saya pikir ada metode lain yang sedang dikembangkan. Di situlah kreativitas dan inovasi berguna," ujar petugas yang tidak mau diidentifikasi berdasarkan aturan pengarahan tersebut.
Menurut petugas tersebut, kebijakan Israel adalah tidak mengirimkan personel ke arah lain untuk menghadapi para pejuang Palestina. Para pejuang Palestina, ungkapnya, memiliki keuntungan karena mereka mengenal dengan baik kondisi lorong-lorong yang sempit, gelap, kurang ventilasi.
"Kami tidak mau turun ke sana. Kami tahu mereka meninggalkan banyak bom samping (alat peledak rakitan)," ujarnya.
Dia menuturkan, salah satu bom yang dipasang pada penutup lorong akses ke terowongan bawah tanah telah menewaskan empat anggota pasukan cadangan khusus Israel pekan lalu.
Menurut sumber keamanan, Hamas memiliki terowongan yang berfungsi untuk penyerangan, penyelundupan dan penyimpanan. Lusinan lorong dapat mengarah ke setiap terowongan pada kedalaman antara 20 dan 80 meter.
Menghancurkan sebuah benteng relatif mudah dan cepat. “Peleton mana pun dapat melakukannya," ujar perwira militer.
Militer Israel mengatakan pekan lalu, bahwa 130 lubang telah dihancurkan sejauh ini, namun tidak menyebutkan jumlah terowongan yang dihancurkan. Terowongan lebih sulit untuk diatasi.
Petugas tersebut mengatakan, beberapa ton gel diperlukan untuk meledakkan setiap beberapa ratus meter terowongan.
Petugas tersebut juga menambahkan, sekitar setengah dari lubang di zona operasi Beit Hanoun berhasil dihancurkan, namun dia mengakui bahwa lubang tersebut dapat dibangun kembali. “Sulit untuk mengatakan berapa banyak terowongan (yang hancur) karena semuanya terhubung,” ujarnya.
Hamas membantah menggunakan rumah sakit sebagai pelindung terowongan tersebut. Mereka menepis pernyataan Israel bahwa mereka memiliki pusat komando di bawah rumah sakit terbesar di Gaza Al Shifa yang digeledah pasukan Israel sejak Rabu (14/11/2023).
Menurut klaim Israel, Hamas membawa sekitar 240 orang kembali ke Gaza sebagai tawanan dalam serangan 7 Oktober. Salah satu dari segelintir sandera yang dibebaskan mengatakan dia dan setidaknya dua lusin sandera lainnya ditahan di sebuah terowongan.
Perwira militer itu mengatakan, kehati-hatian telah dilakukan agar tidak membahayakan terowongan yang mungkin berisi sandera. "Kami terkadang mendapat indikasi bahwa ini (target) mungkin ada kaitannya dengan sandera. Lalu kami tahu untuk tidak menyerang kecuali kami mendapat persetujuan (yang jelas)," katanya.
Seperti sebagian besar wilayah utara Gaza, Beit Hanoun telah kosong dari warga sipil yang melarikan diri ke selatan. Perpindahan penduduk ini atas perintah Israel ketika mengirimkan pasukan darat untuk menghancurkan wilayah tersebut.
Dia mengatakan, kadang-kadang ledakan sekunder yang dipicu oleh ledakan penghancuran terowongan akan merobohkan sebuah bangunan beberapa ratus meter jauhnya. Dia pun mengeklaim, yang tersisa di wilayah itu hanya anggota hamas.
Para pejuang Palestina yang ditawan, menurutnya, telah memberikan informasi intelijen kepada Israel mengenai jaringan terowongan tersebut tetapi informasi ini terbatas. “Kebanyakan dari mereka tidak tahu tentang keseluruhan kota. Namun mereka tahu desanya sendiri, mereka tahu betul sistem terowongannya,” kata petugas itu.
Petugas tersebut mengatakan dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menghancurkan seluruh jaringan bawah tanah Gaza. “Saya pikir ini lebih rumit dibandingkan kereta bawah tanah di New York City,” katanya.