Israel Gunakan Perawat Gadungan untuk Benarkan Aksi Pembunuhan Bayi-Bayi di RS Al Shifa

Perawat tersebut menyebut Hamas telah mengambilalih RS Al Shifa.

Dr. Marawan Abu Saada via AP
Foto ini yang dirilis oleh Dr. Marawan Abu Saada menunjukkan bayi -bayi Palestina yang lahir sebelum waktunya di Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza pada hari Minggu, 12 November 2023. Ketika pihak berwenang Palestina mengusulkan evakuasi rumah sakit terbesar Gaza, para ahli memperingatkan bahwa mengangkut bayi yang rentan dan pasien lainnya berbahaya bahkan dalam keadaan terbaik.
Rep: Amri Amrullah Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Di Gaza, seorang anak terbunuh setiap 10 menit akibat serangan dari militer Israel. Pihak Israel tahu bahwa mereka berisiko kehilangan dukungan internasional atas pembantaian anak-anak yang terus berlangsung.

Baca Juga


Karena itu mereka beralih ke propaganda disinformasi di media sosial seperti membuat pernyataan palsu perawat gadungan di Gaza untuk mengaburkan informasi kematian bayi-bayi di RS Gaza. Cara propaganda lewat penyebaran informasi palsu di media sosial ini beberapa kali terungkap dengan ceroboh, namun diakui sering kali cukup efektif.

 

 

Dilansir kantor berita Aljazirah, pada 11 November, akun resmi berbahasa Arab yang dikelola oleh Kementerian Luar Negeri Israel mengunggah video seorang perawat, yang tampak gelisah, berbicara tentang Hamas yang menyerbu dan mengambilalih Rumah Sakit al-Shifa, kemudian mengambil semua bahan bakar dan pasokan medis yang dibutuhkan, termasuk morfin. 

Dia mengklaim bahwa karena Hamas telah mencuri morfin, dia tidak dapat menggunakannya untuk seorang anak berusia lima tahun yang mengalami patah tulang.

 

Perawat tersebut, yang tampak menangis dan tampak tertekan, mendorong warga sipil meninggalkan rumah sakit karena adanya ancaman. Suara bom terdengar dalam video tersebut.

Video tersebut, yang di-retweet ribuan kali, dan sangat jelas isi yang disampaikan palsu. Karena tidak ada staf di sekitarnya yang terlihat mengenali individu yang ditampilkan, sehingga menimbulkan keraguan akan identitas dan perannya. 

 

Tidak mengherankan, tokoh media Marc Owen Jones kemudian mengungkapkan bahwa suara bom itu dibuat-buat, hanya efek suara belaka.

 

Robert Mackey, seorang jurnalis dari lembaga penelitian Forensic Architecture, berbicara dengan tiga anggota staf Doctors Without Borders yang bekerja di Rumah Sakit al-Shifa, dan tidak ada satupun yang mengenalinya.

Sementara Aktivis Palestina juga mencatat bahwa aksen wanita tersebut tidak sesuai dengan dialek Palestina. Perawat itu berbicara dengan aksen non-Palestina, dan dialognya tampaknya sangat mirip dengan apa yang dikatakan militer Israel tentang Hamas yang mencuri semua bahan bakar dari rumah sakit.

Selain itu, penempatan logo Kementerian Kesehatan Palestina yang terkesan sangat ingin ditonjolkan merupakan upaya yang dibuat-buat untuk menyesatkan atau menciptakan 'jebakan' sebagai sumber intelijen terbuka.

Dari semua itu yang menambah kecurigaan adalah efek suara bom yang terdengar di audio, dan mantel putihnya yang sangat bersih serta riasan wajahnya yang sempurna, yang semuanya tampak tidak pada tempatnya dalam suasana yang seharusnya mengerikan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler