Dokter Bedah Inggris: Militer Israel Gunakan Strategi Hancurkan Sistem Kesehatan Gaza

Rumah sakit di Gaza selalu menjadi target sasaran serangan militer Israel

AFP/Bashar Taleb
Kondisi Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
Rep: Dwina Agustin Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Dokter ahli bedah keturunan Inggris-Palestina, Dr Ghassan Abu Sittah, melihat penghancuran sistem kesehatan di rumah sakit Gaza adalah strategi militer Israel. Tindakan itu dinilai untuk memusnahkan penduduk Palestina di Gaza dengan memastikan tidak ada seorang pun yang selamat.

Baca Juga


"Perang saat ini berbeda dengan semua perang yang pernah saya alami. Bukan hanya di Gaza tetapi di wilayah seperti Yaman, Irak, dan Suriah," ujar Sittah dikutip dari Aljazirah.

Menurut dokter itu, startegi militer Israel di Gaza kali ini membuat pasien yang bertahan dari serangan pun pada akhirnya akan berguguran karena tidak mendapatkan pengobatan yang layak. "Ini sangat jelas bahwa itu adalah perang genosida," ujarnya.

Sittah mengatakan, saat ini terdapat 800 ribu orang yang tidak dapat mengakses layanan kesehatan di Gaza. Orang-orang yang terluka pun tidak dapat diobati dengan hanya bisa dibalut luka-luka yang ada.

"Terdapat lebih dari 500 orang yang terluka di dalam Rumah Sakit Al Ahli saat kami kehabisan obat-obatan, dan saya percaya, sangat percaya, ini merupakan bagian dari strategi militer dengan membuat pasien terluka meninggal dunia," ujar Sittah.

Organisasi Kesehatan Dunia  (WHO) mencatat, terdapat 335 serangan terhadap layanan kesehatan di wilayah pendudukan Palestina sejak 7 Oktober, termasuk 164 serangan di Jalur Gaza dan 171 serangan di Tepi Barat. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada 16 November, hanya sembilan dari 35 rumah sakit di wilayah kantong tersebut yang berfungsi meskipun hanya sebagian.

Kehancuran fasilitas kesehatan ini semakin mengkhawatirkan ketika pasukan militer Israel terus melakukan serangan dan blokade di rumah sakit. Dalam laporan terbaru, Rumah Sakit Indonesia menjadi target setelah sebelumnya Rumah Sakit al-Shifa sejak akhir pekan lalu.

"Pelayanan kesehatan bukanlah sebuah target," kata pernyataan WHO pada Selasa (21/11/2023).

Kapasitas tempat tidur rumah sakit di Gaza telah turun dari 3.500 tempat tidur sebelum 7 Oktober menjadi 1.400 tempat tidur. Dampak ini akibat dari serangan-serangan Israel dan kekurangan bahan bakar, obat-obatan, dan air bersih, serta sumber daya penting lainnya.

"Meninggalkan kesenjangan yang sangat besar bagi pasien yang mengalami cedera dan penyakit lainnya yang memerlukan rawat inap," ujar WHO. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler