'Guru tak Akan Bisa Digantikan oleh Teknologi'

Guru didorong untuk jadi lebih inovatif dalam pembelajaran.

dokpri
Ikatan Alumni (IKA) UNJ bersama Dompet Dhuafa mengadakan Edu Action Fest 2023 di Gedung Ki Hadjar Dewantara Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Jumat (24/11/2023).
Red: Fernan Rahadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ikatan Alumni (IKA) UNJ bersama Dompet Dhuafa mengadakan Edu Action Fest 2023 di Gedung Ki Hadjar Dewantara Universitas Negeri Jakarta, Jumat (24/11/2023). Acara tersebut merupakan bagian perayaan Hari Cinta Guru 2023. 


Wakil Ketua Umum IKA UNJ Uswadindalam sambutannya mengungkapkan acara ini akan terbagi menjadi lima kegiatan. Termasuk diantaranya talkshow, penganugerahan pahlawan pendidikan kepada Conny Semiawan, launching buku, sosialisasi kartu alumni, dan penganugerahan guru. 

Menurut Uswadin, IKA UNJ  memanfaatkan momentum Hari Guru 2023 ini dengan penganugerahan gelar pahlawan pendidikan kepada  alm Prof Conny Semiawan. "Dia adalah guru bangsa. Mudah-mudahan Prof Conny bisa jadi pahlawan nasional karena jasa-jasanya,” ucapnya.

Sementara itu, General Manager Pendidikan Dompet Dhuafa, Rina Fatimah memandang acara ini sebagai upaya memajukan program keguruan dan perkembangan teknologi pendidikan yang ada. Dalam peringatan Hari Guru tahun ini, Rina berharap guru dapat berdampingan dengan perkembangan teknologi yang ada. Bagaimanapun baginya teknologi pendidikan tidak akan dapat menggantikan peran guru. 

"Kita tahu bahwa perkembangan teknologi canggih hari ini, tapi jangan lupakan guru itu punya persona, dan karakter dalam dirinya. Apa pun perubahan yang terjadi, jangan sampai persona sebagai guru berkurang," ucapnya.

Dalam diskusi yang sama, Rektor UNJ Prof Komarudin mendorong guru untuk jadi lebih inovatif dalam pembelajaran. Bagi Komarudin, sejauh pengamatannya kini, tabiat guru menjadi makin tidak inovatif. "Kebanyakan copy paste jarang inovasi, saya bikin disertasi menemukan guru sekolah bagus pun masih begitu,”"ungkapnya.

Ia juga mengkritik tunjangan besar guru di kota seperti Jakarta. Seharusnya, menurut Komarudin, tunjangan tersebut dialokasikan untuk pengembangan profesionalitas dan kemampuan pedagogis guru, tidak diberi serta-merta saja. 

Meski begitu, Komarudin tetap percaya diri guru tidak akan tergantikan teknologi. Namun dalam perkembangan teknologi yang begitu cepat ini, baginya penting untuk guru terus berkreasi. "Saya yakin tidak akan tergantikan. Coba lihat di Jepang, Jerman, apakah tergantikan? Kan tidak. Untuk pekerjaan teknis mungkin. Tapi pekerjaan yang menyentuh kemanusiaan tidak bisa,” ungkapnya. 

Senada dengan Rektor UNJ, Guru Besar Teknologi Pendidikan, Robinson Situmorang berharap guru juga bisa menyikapi perkembangan teknologi yang ada. Sehingga guru dapat mengintegrasikan teknologi tersebut dalam proses dan tujuan pembelajaran. 

Kepala Prodi Teknologi Pendidikan UNJ tersebut juga turut mendorong pemerintah untuk menciptakan suatu desain pembelajaran yang dapat menginovasikan kurikulum. Sebab baginya, guru maupun calon guru tidak pernah diajarkan untuk mendesain pembelajaran yang dapat berjalan efektif dan efisien. "Jadi saya berharap bagaimana desain pembelajaran menjadi matkul wajib bagi orang orang pendidikan. Baru bisa berinovasi soal kurikulum," katanya.

"(Teknologi) itu alat, bagaimana integrasikan tujuan pembelajaran bisa efektif dan efisien. Tapi itu tidak pernah menggantikan guru sebagai manusia. Jadi jangan coba-coba menggantikan guru pakai robot," lanjutnya.

Sementara itu CEO Skolla Edtech, Devlin Hazrian Saleh menyoroti teknologi pendidikan tidak hanya perihal pembelajaran saja. Lebih jauh, Devlin melihatnya dari sisi ketersediaan fasilitas penunjang pembelajaran. "Dalam aspek masalah pendidikan adalah terbatasnya fasilitas pendidikan. Pihak sekolah, kesulitan mengetahui potensi peserta didik, guru dan kecocokan diantaranya," ucap Devlin.

Baginya persoalan pendidikan juga tidak hanya terkait siswa dan guru saja. Keberhasilan proses pembelajaran, menurut Devlin, ditentukan oleh tiga hal, yaitu siswa, guru dan orang tua siswa. 

Agung Pardini, seorang penggiat pendidikan melihat teknologi pendidikan harus juga menyesuaikan di mana pendidikan itu diterapkan. Baginya, kearifan lokal penting juga dikedepankan dalam pendidikan. “Jadi bagaimana dengan pendidikan mereka yang berada di wilayah pertanian maupun perikanan dapat memanfaatkan sumber dayanya lewat pendidikan," ucapnya.

Sebab, lingkaran setan kemiskinan yang terjadi di Indonesia membuat kita menjadi negara terbelakang. "Maka kalau kita ingin mengentaskan kemiskinan, jangan pakai BLT, tapi menyediakan kebutuhan akan pendidikan," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler