Hamas Bebaskan 13 Sandera Israel

Sandera yang dibebaskan Hamas termasuk delapan anak-anak dan lima orang perempuan.

Lebanon Israel Palestinians
Hamas menyerahkan 13 sandera warga Israel dan warga asing ke Komite Palang Merah Internasional (ICRC). (ilustrasi)
Rep: Lintar Satria Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan Hamas menyerahkan 13 sandera warga Israel dan warga asing ke Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Setelah gangguan sikat dalam kesepakatan yang dimediasi Qatar dan Mesir.

Kesepakatan pembebasan sandera digelar setelah sempat tertunda karena perselisihan mengenai pasokan bantuan ke utara Gaza. "ICRC menerima tiga belas warga Israel dan empat warga asing dan mereka dalam perjalanan ke Rafah," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al Ansari di media sosial X, Sabtu (25/11/2023).

Tayangan televisi menunjukkan kendaraan Palang Merah berjalan menuju Rafah perbatasan antara Gaza dan Mesir. Pejabat Palestina yang mengetahui kesepakatan ini mengatakan Hamas melanjutkan gencatan senjata selama empat hari yang menjadi jeda pertama perang yang sudah berlangsung selama empat pekan.

Al Ansari mengatakan rintangan dan penundaan singkat pembebasan sandera ini berhasil diatasi setelah Qatar dan Mesir menghubungi kedua belah pihak. Ia menambahkan Israel membebaskan 39 warga Palestina sebagai balasannya.

Di antara sandera yang dibebaskan Hamas termasuk delapan anak-anak dan lima orang perempuan. Warga Palestina yang dibebaskan dari penjara Israel terdiri dari 33 anak-anak dan enam perempuan.

Juru bicara Dewan Keamanan Gedung Putih Adrienne Watson mengatakan Presiden AS Joe Biden berbicara dengan Emir Qatar Sheik Tamim bin Hamad Al Thani mengenai pembebasan sandera. Sekitar tiga setengah jam usai pembicaraan melalui sambungan telepon itu, Gedung Putih mendapat informasi dari Qatar kesepakatan sudah kembali ke jalurnya dan ICRC bergerak untuk menerima para sandera.

Sebelumnya Hamas mengatakan mereka menunda pembebasan sandera tahap kedua yang dijadwalkan pada Sabtu kemarin sampai Israel memenuhi semua persyaratan gencatan senjata. Termasuk berkomitmen untuk mengizinkan truk-truk bantuan masuk ke Gaza utara.

Dilansir laman Reuters, juru bicara Hamas Osama Hamdan mengatakan sampai Jumat (24/11/2023) lalu, hanya 65 dari 340 truk bantuan yang memasuki Gaza yang telah mencapai Gaza utara. Ia mengatakan ini "kurang dari setengah dari yang disepakati Israel."

Brigade Al-Qassam juga mengatakan Israel gagal menghormati persyaratan pembebasan tahanan Palestina. Komisaris Palestina untuk tahanan, Qadura Fares mengatakan Israel tidak membebaskan tahanan berdasarkan senioritas, seperti yang diharapkan.

Pada stasiun televisi Channel 13, Menteri Pertanian Israel  Avi Dichter, anggota kabinet keamanan Israel, mengatakan Israel "mematuhi kesepakatan" dengan Hamas yang dimediasi Qatar.

Israel mengatakan 50 truk berisi makanan, air, perlengkapan tempat tinggal dan pasokan medis dikirim ke Gaza utara di bawah pengawasan PBB. Bantuan ini merupakan pengiriman bantuan signifikan pertama ke sana kantong pemukiman tersebut sejak perang dimulai.

Perselisihan singkat mengenai gencatan senjata ini menimbulkan kekhawatiran akan kelancaran pelaksanaan kesepakatan pembebasan sandera setelah 13 wanita dan anak-anak Israel dibebaskan oleh Hamas pada Jumat lalu. Sebanyak 39 wanita dan remaja Palestina dibebaskan dari penjara Israel. 

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler