Kritik untuk Gimik Gemoy dan Respons Kubu Prabowo-Gibran

Giring mengakui julukan Prabowo gemoy gimik untuk menarik perhatian pemilih muda.

Republika/ Febryan A
Momen Capres sekaligus Menteri Pertahanan Prabowo Subianto joget ketika ditanya soal cuti kampanye di Kantor KPU RI, Jakarta Pusat, Senin (27/11/2023).
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febryan A, Antara

Baca Juga


Belakangan kata gemoy diidentikkan sebagai julukan untuk calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto. Julukan itu kemudian memicu ragam reaksi atau pro-kontra.

Sebelumnya, Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman mengkritik penggunaan gimik politik gemoy dan santuy untuk meraup suara pemilih. Sohibul memang tak langsung menuding kubu Prabowo-Gibran, namun publik bisa menebak kepada siapa kritik itu ditujukan.

"Sekarang ada istilah gemoy, santuy, seakan-akan yang bisa memimpin negeri ini adalah mereka yang gemoy. Gemoy atau santuy ini tentu sesuatu yang tidak sehat," kata Sohibul dalam acara peluncuran kampanye PKS di Depok, Ahad (26/11/2023).

Menurut Sohibul penggunaan gimik boleh-boleh saja dalam politik. Namun, jangan hanya mengedepankan gimik dan saat bersamaan tidak mau adu gagasan.

Tidak hanya lawan politik, kalangan masyarakat sipil juga mengkritik penggunaan gimik-gimik dalam kampanye. Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengingatkan para pemilih muda untuk tidak mudah termakan dengan gimik pasangan calon presiden dan wakil presiden, terutama soal penampilan.

Menurut Titi, tipu daya capres-cawapres lewat penampilan itu biasanya dimanfaatkan untuk menghindari adu gagasan dan ketajaman program kerja.  "Ini bukan pemilihan idola yang hanya bisa didekati dengan suara yang bagus, tarian yang bagus, atau personal appearance yang menarik," kata Titi. 

Dia menjelaskan pemilih muda memiliki karakter berbeda dari segmen pemilih lainnya. Yakni, lebih mudah teralihkan dengan tampilan fisik atau gimik yang ditawarkan peserta Pilpres 2024.

Titi menganggap hal itu berbahaya karena ruang untuk menguji gagasan dan program para pasangan calon kepada pemilih muda semakin terkikis. Alhasil, lanjut Titi, para pemilih pemula yang berangkat dari usia 17 tahun tersebut hanya menjadi sebatas "ladang suara" yang harus dimenangkan para pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Para bakal capres mulai mengumbar janji politiknya. - (Republika)

 

 

Anggota Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha mengakui, julukan Prabowo gemoy atau menggemaskan adalah sebuah gimik politik. Kendati begitu, dia tak setuju dengan anggapan bahwa gimik gemoy itu mengalihkan perhatian masyarakat dari hal-hal substantif. 

"Justru, menurut saya, dengan adanya gimik seperti itu kan anak muda jadi pengin tahu. Anak muda kan sangat terbuka dengan era informasi pasti ngecek dong apa visi-misi dari Pak Prabowo-Gibran," kata Giring kepada wartawan di depan Kantor KPU RI, Jakarta Pusat, Senin (27/11/2023).

Dia melanjutkan, setelah melihat visi-misi Prabowo-Gibran, maka para pemilih muda kemungkinan melabuhkan pilihan kepada pasangan nomor urut 2 itu. Karena itu, Giring tak setuju dengan pernyataan elite PKS yang menyebut gimik gemoy itu tidak sehat.

Dalam kesempatan tersebut, mantan Ketua Umum PSI itu juga menjelaskan bahwa gimik gemoy itu muncul secara organik, bukan dibuat-buat. Istilah itu awalnya disematkan oleh warganet kepada Prabowo.

Mantan vokalis band Nidji itu menambahkan, julukan itu mulai beredar luas ketika Prabowo kader PSI meneriaki Prabowo gemoy dalam acara deklarasi dukungan PSI di Jakarta beberapa waktu lalu. Ketika itu, mantan Danjen Kopassus TNI AD itu merespons dengan kebingungan karena tidak tahu arti gemoy.

Diketahui, momen gemoy  terjadi ketika Prabowo berpidato dalam acara deklarasi dukungan PSI di Ballroom The Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Selasa (24/10/2023) malam. Pada salah satu bagian pidatonya, Prabowo bercerita soal dirinya telah memetik pengalaman berharga usai kalah berulang kali dalam pertarungan pilpres. 

Prabowo melanjutkan ceritanya dengan mengisahkan masa mudanya. "Jadi, saya waktu masih muda, sekarang agak muda ya kan? Ya emang gue tua? Enak aja lo,” kata Prabowo bergurau. 

Merespons candaan tersebut, sejumlah kader PSI menyebut Prabowo gemoy. “Gemoy, Pak,” teriak sejumlah kader PSI. 

Pria berusia 72 tahun itu ternyata tak mengerti bahasa anak muda itu. "Jadi apa? Gemoy? Apa itu gemoy?" kata Prabowo dan spontan disambut gelak tawa hadirin. 

Prabowo lalu melanjutkan pidatonya dengan mengakui dirinya sudah tidak lagi pemarah atau galak seperti dulu. Menurut mantan Danjen Kopassus itu, dirinya berubah karena sudah dua kali kalah sebagai capres Pilpres 2014 dan 2019. 

"Ada yang mengatakan 'Pak Prabowo sudah berubah ya, sekarang sudah banyak becandanya, sudah nggak galak lagi kayak dulu'. Ya namanya sudah dua kali kalah ya," kata Prabowo sembari tersenyum, lalu disambut gela tawa kader PSI.  

Komik Si Calus : Dinasti - (Daan Yahya/Republika)

 

 

Juru Bicara (Jubir) Tim Kampanye Nasional (TKN) Cheryl Anelia Tanzil menjelaskan, sebutan gemoy yang berarti menggemaskan untuk Prabowo Subianto merupakan julukan sayang dari para pendukungnya. Cheryl membantah julukan itu sebagai strategi kampanye yang diciptakan oleh tim sukses.

“Bagi generasi muda, Pak Prabowo muncul di ruang publik sebagai dirinya sendiri. Tampil beda dan apa adanya, yang mungkin tidak semua orang mengetahui sisi menggemaskannya itu," kata Cheryl, pekan lalu.

Cheryl menilai istilah gemoy dan santuy populer di kalangan Generasi Z (anak muda kelahiran 1997–2012) karena mereka bosan dengan sosok pemimpin yang berpura-pura. Para anak muda, yang nantinya juga menjadi pemilih dalam Pemilihan Umum 2024 menghendaki sosok pemimpin yang apa adanya.

Dari julukan gemoy itu, Cheryl berpendapat para anak muda melihat Prabowo sebagai sosok yang tampil apa adanya dan tidak berpura-pura “Pemilih hari ini sekarang bosan dengan pemilu yang dibawa ke arah saling serang, saling tuding. Istilah gemoy dan santuy jadi oase bagi pemilih sekarang bahwa berpolitik ternyata bisa dibuat asyik dan gembira” kata Cheryl.

Terlepas dari julukan gemoy itu, Cheryl, yang merupakan Wakil Komandan Tim Bravo TKN Prabowo-Gibran, menegaskan adu visi, misi, dan program tetap menjadi fokus utama memenangkan pasangan Prabowo-Gibran.

"Kampanye visi, misi, dan program tetap menjadi yang utama. Rakyat berhak mendapatkan pemimpin yang berkualitas dan memiliki arah visi yang jelas. Seperti program Pak Prabowo menggagas makan siang gratis di sekolah, Dana Abadi Pesantren, hingga gerakan minum susu untuk anak-anak di Indonesia. Itu misi menuju Indonesia Emas 2045. Ini yang utama,” kata Cheryl.

Ketua TKN Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani juga membantah pihaknya hanya menjual gimik Prabowo Subianto sebagai "Presiden Gemoy" kepada publik. Menurut dia, kesan gemoy bukan ide yang lahir dari tim sukses Calon Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. 

"Kan harus diingat, gemoy ini yang sekarang menjadi perhatian dan menarik perhatian para anak muda itu tumbuh secara organik loh bukan kami yang bikin ide gemoy," kata Rosan saat ditemui di rumah pemenangan Fanta Headquarter, Menteng, Jakarta Pusat, Ahad (26/11/2023).

Menurut dia, kesan "presiden gemoy" hanya menjadi alat untuk menarik perhatian para pemilih muda yang memang menjadi target utama TKN. Ketika perhatian pemilih mudah sudah didapatkan, maka pihaknya akan dengan mudah menawarkan program kerja Prabowo - Gibran kepada kaula muda. 

"Untuk mengetahui lebih banyak program pak Prabowo dan mas Gibran yang sudah tertuang di Asta Cita itu, nah tentunya anak-anak muda harus kita tarik atensinya," ujarnya.

Angka Elektabilitas Capres-Cawapres November 2023 - (infografis Republika)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler