Menlu Palestina: Tindakan Israel di Gaza Bukan Perang, Melainkan Pembantaian

Israel dan Hamas sepakat memperpanjang gencatan senjata selama tujuh hari.

Republika/Iman Firmansyah
Menlu Palestina Riyad al-Maliki
Rep: Kamran Dikarma Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Menteri Luar Negeri Palestina Riyad Al-Maliki mengatakan, apa yang dilakukan Israel di Jalur Gaza bukanlah peperangan, melainkan pembantaian. Dia mendesak agar jeda kemanusiaan yang saat ini diterapkan Hamas dan Israel di Gaza ditingkatkan menjadi gencatan senjata.

Baca Juga


Al-Maliki mengungkapkan, sudah lebih dari 15 ribu warga Palestina di Gaza terbunuh sejak Israel melancarkan agresi pada 7 Oktober 2023. Dari total korban jiwa, 10 ribu di antaranya merupakan perempuan dan anak-anak. “Ini bukan perang. Ini adalah pembantaian yang tidak dapat dibenarkan oleh siapa pun. Ini harus diakhiri,” ujar Al-Maliki saat menghadiri pertemuan di Dewan Keamanan PBB untuk membahas situasi di Gaza, Rabu (29/11/2023), dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.

Dia menambahkan, tak ada seorang pun yang aman di Gaza saat ini, termasuk anak-anak, dokter, jurnalis, staf PBB, dan pekerja kemanusiaan. “Mereka dibunuh dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah modern,” ujarnya.

“Kami memerlukan perlindungan internasional dan tindakan internasional untuk mengakhiri impunitas guna mencegah terulangnya kejahatan yang terjadi setiap hari dan mencolok ini. Apa yang dialami rakyat kami saat ini adalah akibat dari kegagalan komunitas internasional dalam memberikan perlindungan dan akuntabilitas,” kata Al-Maliki.

Menurut dia, Israel tidak mencari keamanan seperti yang selama ini digaungkan untuk menjustifikasi serangan-serangannya. Sebab jika Israel menghendaki keamanan, kata Al-Maliki, Tel Aviv akan memilih dan mengupayakan perdamaian.

Al-Maliki menekankan bahwa Gaza memiliki tempat istimewa dalam sejarah nasional Palestina. Dia mengatakan bahwa wilayah yang sudah diblokade Israel sejak 2017 itu tidak akan pernah bisa dihapus. Rakyat Palestina tidak bisa tercerabut darinya.

“Tidak ada Palestina tanpa Gaza. Gaza berdarah, Gaza menderita, Gaza sakit, tapi Gaza tetap hidup. Dan Palestina hidup. Bebaskan Palestina. Itulah satu-satunya jalan menuju perdamaian,” ujar Al-Maliki.

Sejak 24 November lalu, Hamas dan Israel menerapkan gencatan senjata. Gencatan senjata tersebut akan berakhir pada Kamis (30/11/2023) pukul 07.00 waktu Gaza atau pukul 12.00 WIB. Sepanjang gencatan senjata diberlakukan, kedua belah pihak melakukan pertukaran antara sandera dan tahanan. Sepanjang gencatan senjata, Hamas dan kelompok perlawanan Palestina lainnya di Gaza telah membebaskan lebih dari 80 sandera. Sebanyak 60 di antaranya merupakan warga Israel yang terdiri atas perempuan dan anak-anak.

Ketika melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, Hamas disebut menculik setidaknya 240 orang. Sebagian besar dari mereka merupakan warga sipil, yang terdiri dari warga Israel, warga Israel berkewarganegaraan ganda, dan warga asing.

Sebagai imbalan atas pembebasan para sandera oleh Hamas, Israel sejauh ini telah membebaskan 180 tahanan Palestina dari penjara-penjara di Tepi Barat. Sejauh ini, jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat agresi Israel sejak 7 Oktober 2023 telah menembus 15 ribu jiwa. Mereka termasuk 6.000 anak-anak dan 4.000 perempuan. Sedangkan korban luka mencapai 33 ribu orang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler