Pendukung Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran Diibaratkan Seperti Bejana Berhubungan

"Kemungkinan besar yang masuk ke putaran dua Prabowo versus Anies," ujar Burhanuddin.

Republika/Fauziah Mursid
Tiga bakal calon presiden Prabowo Subianto, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo usai dijamu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (30/10/2023).
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menyebutkan potensi suara pendukung pasangan capres-cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka bagaikan bejana berhubungan yang saling terkait. Jika satu pasangan itu mengalami kenaikan suara, yang satu lagi pasti mengalami penurunan.

Baca Juga


"Kalau pola seperti ini berlanjut, di mana basis pola pemilih Jokowi di Ganjar pindah ke Pak Prabowo sementara pemilih Anies tetap atau naik secara landai, maka suara antara Ganjar dan Pak Prabowo seperti bejana berhubungan," katanya saat ditemui di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Rabu (29/11/2023).

Berdasarkan survei, Burhanuddin mengatakan, ketika suara pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka meningkat, maka yang biasanya menjadi korban adalah suara dari pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Hal tersebut, kata dia, ditandai dengan hasil survei yang dikeluarkan oleh Polling Institute yang mencatat adanya penurunan suara pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD dari 36 persen ke 24 persen.

"Sementara Mas Anies minimal tetap suaranya dan (kalau) tidak ada satu pun calon yang mendapatkan 50 persen plus satu, kemungkinan besar yang masuk ke putaran dua adalah Prabowo versus Anies," ujarnya.

Meski demikian, Burhanuddin menegaskan agar masyarakat jangan terlalu terburu-buru dalam mengambil kesimpulan, karena masih terdapat waktu sekitar dua setengah bulan untuk melakukan kampanye sebelum proses pemungutan suara. Selain itu, ia juga menyebutkan apa yang dipaparkannya adalah hasil dari survei yang dilakukan dalam beberapa waktu terakhir, sehingga analisis yang dilakukannya tidak dapat menjadi acuan pasti terkait apa yang akan terjadi pada 2024 mendatang.

"Toh survei akan berlangsung terus menerus untuk mengecek pergerakan suara. Siapa yang mengira termasuk saya, saya sendiri tidak mengira setelah pendaftaran Prabowo-Gibran, ternyata suara Pak Prabowo malah naik," tambahnya.

Kendati demikian, ia menegaskan sampai saat ini belum ada satu pun lembaga survei yang memberikan analisis akan terjadinya pilpres satu putaran. "Pak Prabowo juga belum tentu aman, karena suaranya belum mencapai 50 persen. Artinya satu putaran meskipun mungkin, tetapi per hari ini masih belum terjadi," ucap Burhanuddin.

Komik Si Calus : Jaga Indonesia - (Republika/Daan Yahya)

 

Berbicara terpisah, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurniasyah mengatakan hasil survei elektabilitas dari suatu lembaga survei tidak dapat dipandang sebagai indikator yang dapat diyakini dalam jangka panjang. Pernyataannya ini merujuk pada hasil-hasil survei yang belakangan dirlis lembaga survei seusai ditetapkannya tiga pasangan capres-cawapres.

"Survei hanya dapat diyakini sebagai gambaran umum saja," kata Dedi dalam diskusi daring bertajuk "Survei Yang Membagongkan" dipantau di Jakarta, Sabtu, pekan lalu.

Menurut dia, partai politik dan politisilah yang sejauh ini memanfaatkan hasil survei popularitas atau elektabilitas secara vulgar yang kemudian dikembangkan dengan propaganda. Oleh karena itu, ia menilai tidak ada lembaga survei yang ingin menghilangkan proses demokrasi.

"Justru dengan adanya lembaga survei proses demokrasi bisa tumbuh," ujar Dedi

Dedi menjelaskan, bahwa peran lembaga survei yang paling menonjol itu berkaitan dengan popularitas dan elektabilitas kontestan politik dan prediksi kemenangan berdasarkan hitung cepat. Dedi menilai, tidak perlu dilakukan pengawasan lembaga survei secara mendetail guna menghindari intervensi dari pihak-pihak tertentu.

"Bukan kami menolak transparansi, tetapi hanya menjalankan sesuai koridor metodologis supaya kualitas survei itu terjaga," ujarnya. 

Dalam diskusi  yang sama, Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia Neni Nur Hayati menyampaikan, bahwa pendanaan survei elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden perlu diaudit untuk menjaga independensi hasil penelitian tersebut.

"Lembaga survei itu seharusnya dapat bekerja secara independen," kata Neni.

Neni berpandangan lembaga survei harus independen dalam melakukan penghitungan ilmiah sesuai metode statistik yang berlaku. Menurut dia, masih banyak lembaga survei yang tidak mau menunjukkan dari mana sumber dana yang mereka dapatkan.

"Jadi, soal pendanaan (lembaga survei), ketika dilaporkan ke KPU itu tidak transparan dan akuntabel, serta tidak rasional," tambahnya.

Komik Si Calus : Dinasti - (Daan Yahya/Republika)

Pada pekan lalu, Polling Institute merilis survei terbaru elektabilitas capres cawapres. Hasilnya, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming unggul, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar naik dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD turun.

Peneliti Polling Institute, Kennedy Muslim, mengatakan, untuk data top of mind pemilihan capres Prabowo Subianto mendapatkan 37,5 persen. Disusul Anies Baswedan dengan 21,8 persen dan Ganjar Pranowo dengan 18,9 persen.

Untuk simulasi tiga pasangan, Prabowo-Gibran yang mendapat 37,8 persen awal Oktober, 36,2 persen akhir Oktober, kini meraih 43,2 persen. Lalu, Anies-Muhaimin 19,1 awal Oktober, 20,2 akhir Oktober, kini 24,3 persen.

"Analisisnya, ada sebagian pendukung basis lama dari Pak Prabowo yang pindah ke pendukung Pak Anies dan Muhaimin setelah pemilihan Gibran sebagai cawapres Pak Prabowo," kata Kennedy, Kamis (23/11/2023).

Sementara, Ganjar-Mahfud mengalami penurunan elektabilitas. Mulai dari 29,1 persen pada awal Oktober, 29,0 persen pada akhir Oktober dan kini 24,1 persen setelah penetapan nomor urut pasangan capres-cawapres.

"Survei awal dan akhir Oktober, pasangan Ganjar-Mahfud elektabilitasnya relatif stabil. Setelah ada kepastian Gibran menjadi cawapres Prabowo, ada migrasi lima persen tergerus sampai 24,1 persen," ujar Kennedy.

Untuk responden yang tidak tahu atau tidak jawab mengalami penurunan. Dari 14,0 persen awal Oktober, 14,6 persen akhir Oktober, tapi setelah penetapan nomor urut 8,4 persen yang tidak tahu atau tidak menjawab.

Meski begitu, Kennedy berpendapat, survei ini cukup menggambarkan pula kalau Pilpres 2024 berpeluang berlangsung dalam dua putaran. Pasalnya, pasangan Prabowo-Gibran saja yang unggul masih belum sampai 50 persen.

Pengambilan sampel untuk survei dilakukan 15-17 November 2023, setelah penetapan nomor urut pasangan 14 November 2023. Dilakukan kepada 1.496 responden dengan margin of error 2,6 dan tingkat kepercayaan 95 persen. 

Angka Elektabilitas Capres-Cawapres November 2023 - (infografis Republika)

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler