In Picture: PBB: Agresi Israel ke Selatan Gaza Bisa Paksa 1 Juta Penduduk Mengungsi ke Mesir
Saat ini Israel memfokuskan serangan ke wilayah Gaza selatan.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Komisaris Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini mencemaskan terus berlanjutnya agresi Israel ke wilayah selatan Jalur Gaza. Dia mengatakan, serangan Israel ke selatan Gaza dapat menyebabkan 1 juta penduduk Gaza yang mengungsi di sana, termasuk 900 ribu orang yang berlindung di gedung-gedung PBB, mencoba menerobos ke perbatasan Mesir.
“Jalur Gaza sudah dikenal sebagai salah satu tempat paling padat di dunia. Dan sekarang, mayoritas penduduknya pindah ke selatan. Jadi, terdapat konsentrasi populasi yang hampir seluruhnya di separuh wilayah – sebuah wilayah yang tidak dapat mendukung keberadaan seperti itu bahkan karena kekurangan air,” kata Lazzarini dalam sebuah wawancara dengan the Guardian dan dipublikasikan akun X resmi UNRWA, Sabtu (2/12/2023).
Dia mengingatkan bahwa lebih dari 1 juta penduduk Gaza diperintahkan mengungsi ke wilayah selatan jika hendak terhindar dari gempuran serangan udara. “Namun sebagian besar orang terbunuh di wilayah selatan,” ujarnya.
Lazzarini mengungkapkan bahwa konsep zona aman sepihak di selatan bagi warga sipil, jika tidak disetujui oleh Hamas, akan penuh risiko. “Kami memiliki 1 juta orang, 1 juta orang berada di instalasi PBB, termasuk 100 ribu di utara. Mereka datang untuk mencari perlindungan,” ucapnya.
Dia menambahkan, fasilitas-fasilitas PBB yang digunakan penduduk Gaza untuk berlindung sudah diketahui titik lokasinya. Namun, hampir 100 fasilitas tersebut tetap terdampak serangan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal itu telah menyebabkan lebih dari 200 orang terbunuh dan 900 lainnya terluka di instalasi PBB.
“Sekarang, kami diberitahu, atau kami mendengar, bahwa masyarakat harus bergerak lebih jauh ke barat daya jika serangan terjadi di Khan Younis. Namun Anda tidak dapat menyatakan suatu wilayah aman secara sepihak di zona perang,” kata Lazzarini.
Dia mengingatkan Gaza bukanlah Hamas. “Anda mempunyai organisasi bernama Hamas dan Anda mempunyai populasi, dan populasi ini beragam, dinamis, tidak bisa disamakan dengan Hamas. Ini adalah populasi yang hidup di bawah kekuasaan Hamas selama 17 tahun terakhir. Apakah ini berarti seluruh penduduk – separuhnya adalah anak-anak, separuhnya lahir setelah Hamas berkuasa – harus menanggung akibatnya?” ucap Lazzarini.
Lazzarini menambahkan, hal tersebut harus diatasi oleh mereka yang bertujuan menumpas atau melenyapkan Hamas. “Apa yang kami katakan adalah bahwa tujuan ini tidak boleh mengorbankan penduduk sipil. Itulah alasan mengapa Anda memiliki aturan perang. Alasan mengapa Anda memiliki hukum humaniter internasional,” katanya.
Militer Israel terus membombardir wilayah selatan Jalur Gaza dengan serangan udara sejak gencatan senjata dengan Hamas berakhir pada Jumat (1/12/2023) lalu. Israel sebelumnya diketahui telah memaksa lebih dari 1 juta penduduk Gaza mengungsi dari utara ke selatan sejak pecahnya pertempuran dengan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Wilayah selatan Gaza menghadapi gempuran keras serangan Israel pada Sabtu (2/1/12/2023). Khan Younis menjadi daerah yang paling terdampak. Menurut keterangan beberapa saksi dan petugas medis, pada Sabtu lalu jet tempur Israel menyerang daerah dekat Rumah Sakit (RS) Khan Younis Al-Nasser sebanyak enam kali. RS tersebut dipenuhi ribuan pengungsi dan ratusan orang terluka. Banyak di antara mereka merupakan pasien yang dievakuasi dari rumah sakit di Gaza utara.
“Malam yang mengerikan. Ini adalah salah satu malam terburuk yang kami habiskan di Khan Younis dalam enam pekan terakhir sejak kami tiba di sini. Kami terlalu takut mereka (pasukan Israel) akan memasuki Khan Younis,” kata warga Gaza, Samira, yang memiliki empat anak.
Menurut keterangan sejumlah warga, serangan udara Israel ke Khan Younis turut menargetkan area terbuka dan bangunan tempat tinggal. Tiga masjid di daerah tersebut tak luput dari bidikan dan ikut hancur terhantam serangan Israel. Militer Israel telah menjatuhkan selebaran dari udara ke wilayah timur Khan Younis.
Selebaran tersebut memerintahkan penduduk di empat kota untuk mengungsi. Tak seperti sebelumnya, penduduk tidak diminta untuk mengungsi ke wilayah lain di Khan Younis, tapi lebih jauh ke selatan, yakni Rafah yang berbatasan dengan Mesir.
Sementara itu di Deir Al-Balah, agresi Israel pada Sabtu kemarin membunuh sembilan orang, termasuk anak-anak. Seorang warga Gaza bernama Yamen mengaku cemas karena serangan Israel telah mulai merambah wilayah selatan. “Ini adalah taktik yang sama yang mereka gunakan sebelum memasuki Gaza dan wilayah utara,” ujarnya.
“Kemana setelah Deir Al-Balah, setelah Khan Younis? Saya tidak tahu kemana saya akan membawa istri dan enam anak saya,” kata Yamen menambahkan.
Pada Sabtu lalu, militer Israel mengatakan bahwa dalam 24 jam terakhir serangan gabungan pasukan darat, udara, dan laut telah menghantam 400 sasaran Hamas. Serangan tersebut diklaim membunuh sejumlah anggota Hamas. Namun tak disebutkan perkiraan jumlahnya.
Sejak memulai agresinya ke Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu, serangan Israel telah membunuh lebih dari 15 ribu orang. Sebanyak 10 ribu di antaranya merupakan perempuan dan anak-anak. Sementara korban luka melampaui 33 ribu orang.