Masyarakat Lebih Pilih Jual Tanah, Lahan Pertanian Makin Sempit

Saat ini jumlah petani di Indonesia makin menurun selama satu dekade terakhir.

ANTARA/Ahmad Subaidi
Foto udara persawahan di antara perumahan di Kecamatan Sekarbela, Mataram, NTB, Kamis (21/7/2022). Data Dinas Pertanian Kota Mataram mencatat lahan pertanian di kota Mataram menurun sebanyak 15 hektare pada 2022 yakni dari 1.513 hektare menjadi 1.498 hektare.
Rep: Intan Pratiwi Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kini lahan pertanian makin minim. Luasan lahan pertanian saat ini makin turun selama satu dekade terakhir.

Sestama BPS Atqo Mardiyanto menjelaskan saat ini lahan pertanian berada di angka 87,5 juta hektare. Seperti misalnya di Jogja, kata Atqo, banyak lahan sawah yang lebih banyak dijual oleh masyarakat.

"Banyak yang dijual. Tadinya lahan itu untuk pertanian, tapi saat ini makin berkurang. Tadinya warisan tapi saat diwariskan tidak untuk lahan pertanian," kata Atqo di Ritz Caltron, Senin (4/12/2023).

Atqo juga menjelaskan hal ini juga memengaruhi banyak petani yang lebih memilih menjadi petani gurem. Hal ini ditunjukan dari jumlah petani gurem yang meningkat 19,54 persen atau sebanyak 16,89 juta petani.

"Rumah Tangga Usaha Pertanian Gurem adalah rumah tangga yang menggunakan/menguasai lahan (pertanian dan tempat tinggal) kurang dari 0,50 hektar," kata Atqo.

Selain persoalan lahan, saat ini jumlah petani di Indonesia makin menurun selama satu dekade terakhir. Terlebih, angkatan muda tak banyak beralih untuk menjadi petani.

Di mana saat ini petani didominasi oleh generasi X atau usia di atas 43 tahun dengan komposisi 42,39 persen dari total petani. Sementara generasi milenial mencakup 25,61 persen.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler