Petani Indonesia Mayoritas Lulusan SD, Angka Kesejahteraan Makin Rendah
Petani lulusan Sarjana hanya 1,82 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, salah satu penyabab turunnya produktivitas pertanian Indonesia dari tahun ke tahun adalah latar belakang pendidikan petani Indonesia yang rendah. Sehingga, minimnya inovasi dan upaya percepatan teknologi pertanian terhambat karena persoalan ini.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar menjelaskan hampir 75 persen tenaga kerja pertanian pendidikannya paling tinggi sekolah dasar. Rendahnya sektor pertanian dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan.
Hampir 75 persen tenaga kerja pertanian pendidikannya paling tinggi sekolah dasar. Sedangkan, para petani yang mampu menuntaskan pendidikan hingga gelar sarjana hanya 700 ribu orang atau hanya 1,82 persen dari jumlah petani yang ada di Indonesia.
"Data Februari 2023 menunjukan, sebagian besar tenaga kerja pertanian hanya menamatkan pendidikan di sekolah dasar," kata Amalia, Senin (4/12/2023).
Selain itu, jumlah petani saat ini masih didominasi oleh kelompok tua. Usia petani saat ini mayoritas di usia 40-60 tahun.
"Pekerja pertanian cenderung menua dan ini menjadi perhatian kita bersama untuk mendorong regenerasi tenaga kerja di sektor pertanian," ujar Amalia.
Hal ini menjadi tantangan besar yang berimbas pada upah ril buruh tani saat ini. Upah rill buruh tani saat ini tercatat hanya Rp 51.453.
"Upah ril buruh tani yang juga cenderung melemah. Upah nominal meningkat, tapi tidak bisa menggambarkan tingkat kesejahteraan petani. Upah riil ini cenderung menurun," kata Amalia.
Hal ini membuat tingkat kesejahteraan petani juga makin terpuruk. BPS mencatat saat ini kemiskinan Indonesia terutama di wilayah pedesaan mencapai 12,22 persen.
"Pada umumnya, pedesaan ini didominasi perekonomiannya oleh sektor pertanian," ujar Amalia.
Ia mencontohkan, di Nias Utara, 52,95 persen PDB Nias bergantung pada sektor pertanian. Namun, hari ini tingkat kemiskinannya mencapai 21,79 persen.
"Tingkat kemiskinan masih tinggi justru di wilayah yang perekonomiannya justru ditopang dari sektor pertanian," kata Amalia.