Kisah Hudzaifah bin Yaman, Mata-Mata Muslim dan Penjaga Rahasia Rasulullah (2-Habis)
Hudzaifah bin al-Yaman Ra, Intel Muslim dan Penjaga Rahasia Rasulullah (2)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu keistimewaan Hudzaifah bin al-Yaman ialah menjadi pemegang rahasia Rasulullah Saw. Ia dikenal sebagai orang yang dipercaya oleh Rasulullah Saw dalam menyimpan rahasia.
Adz-Dzahabi dalam kitabnya Siyar A'lam an-Nubala menyebut Hudzaifah bin al-Yaman dengan sebutan “Shahibus Sirri" (pemilik rahasia). Sebutan itu memang sangat tepat diberikan kepada Hudzaifah bin al-Yaman karena ia salah satu sahabat yang dipercaya oleh Rasulullah Saw untuk menyimpan beberapa informasi penting dan rahasia. Dan, para sahabat pun mengakui keistimewaan Hudzaifah bin al-Yaman tersebut.
Dalam kitabnya, Adz-Dzahabi menuliskan dua rahasia penting yang disampaikan Rasulullah Saw kepada Hudzaifah. Rahasia pertama ialah tentang data orang-orang munafik di sekitar Rasulullah Saw. Rahasia kedua yakni tentang beberapa konspirasi yang direncanakan oleh orang-orang munafik itu terhadap kaum muslimin.
Riwayat dari Abu Dawud, Hudzaifah bin al-Yaman Ra. berkata, “Rasulullah Saw. pernah berdiri di hadapan kami (khutbah), tidak ada sesuatu pun yang bakal terjadi hingga datang Hari Kiamat kecuali beliau jelaskan saat (beliau berdiri) itu. Maka, hafallah orang yang hafal dan lupalah orang yang lupa. Dan, para sahabat telah mengetahui hal itu. Sungguh, aku dapat mengingat apa yang disampaikan saat itu, sebagaimana seorang laki-laki yang mengingat wajah orang yang pergi kemudian bertemu lagi."
Rizem Aizid dalam bukunya, The Great Sahaba mengatakan itulah dua riwayat yang menerangkan Hudzaifah bin al-Yaman merupakan salah satu sahabat yang diberi amanah menjaga rahasia Rasulullah Saw. Dua riwayat tersebut secara tersirat maupun tersurat menggambarkan dengan begitu gamblang kedudukan dan kecerdasan Hudzaifah. Ia memiliki pengetahuan yang luas mengenai dimensi-dimensi esoteris dalam Islam sejak awal.
Salah satu rahasia yang diamanatkan oleh Nabi SAW...
Salah satu rahasia yang diamanatkan oleh Nabi Saw ialah tentang keberadaan orang-orang munafik di Madinah. Dari seluruh sahabat Rasulullah Saw, hanya Hudzaifah yang mengetahui secara detail keberadaan orang-orang munafik di Madinah. Pengetahuannya akan keberadaan orang-orang munafik itu kemudian menyebabkan Umar bin Khattab, hanya bersedia menyalati jenazah bila Hudzaifah ikut menyalatkan jenazah itu.
Terkait dengan rahasia yang dipegang oleh Hudzaifah ini, pernah terjadi percakapan antara Umar bin Khattab dengannya. Umar menanyakan apakah di antara nama-nama orang-orang munafik itu ada namanya.
"Apakah namaku masuk dalam data orang-orang munafik yang disampaikan Rasulullah Saw kepadamu, wahai Hudzaifah?” kata Umar penasaran.
Dengan tegas, Hudzaifah menjawab “Tidak, ketahuilah wahai Umar, aku tidak akan memberitahukan informasi ini kepada siapapun setelah engkau,” Hudzaifah pun tidak memberitahukan nama di jajaran anak buah Umar yang munafik. Meski khalifah kedua itu mendesak agar diberi tahu nama orang-orang munafik itu, Hudzaifah tetap menyimpan rahasia tersebut dengan baik.
Umar bertanya kepada Hudzaifah...
Umar bertanya kepada Hudzaifah tentang keberadaan orang munafik di jajaran para pejabat pemerintahannya, "Apakah ada di antara pejabat-pejabat ku di berbagai daerah yang termasuk orang munafik?"
"Ya, ada satu," jawab Hudzaifah bin al-Yaman
Adapun nama pejabat yang munafik itu tidak diberitahukan Hudzaifah. Sebab, itu merupakan rahasia yang mesti ia pegang, dan ia sudah berjanji kepada Rasulullah Saw untuk mengunci rapat-rapat rahasia tersebut. Namun, meskipun Hudzaifah tidak membeberkan nama pejabat yang munafik itu, Umar mengetahui siapa orang yang dimaksud sehingga ia segera memecat orang itu dari jabatannya.
Kesaksian bahwa Hudzaifah bin al-Yaman merupakan seorang pemegang rahasia Rasulullah Saw, juga disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib. Sebagaimana dikutip Imam Adz Dzahabi, Ali bin Abi Thalib menyatakan sebagai berikut: “Ia (Hudzaifah) mengetahui data tentang orang-orang Munafik di sekitar Rasul, dan andai kalian bertanya kepada tentang konspirasi-konspirasi yang mereka rencanakan, niscaya ia (juga) mengetahuinya.”