7-Eleven Gelar Dukungan untuk Israel, Akankah Bernasib Seperti McDonald?

7-Eleven menawarkan diskon 50 persen kepada tentara Israel

Antara/Muhammad Iqbal
Jaringan toko serba ada 7-Eleven di Israel adalah salah satu pendukung terbesar kampanye militer saat ini di Gaza
Rep: Mabruroh Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Jaringan toko serba ada 7-Eleven di Israel adalah salah satu pendukung terbesar kampanye militer saat ini di Gaza. Tepat setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, 7-Eleven menawarkan diskon 50 persen kepada tentara Israel yang direkrut untuk operasi militer di Gaza.

"Kita semua adalah satu. Kami ingin mengirim bala bantuan ke semua pejuang dan untuk pasukan keamanan dan penyelamatan yang berada di garis depan," kata kutipan dari postingan media sosial oleh 7-Eleven Israel, dilansir dari Malaysia Now, Jumat (8/12/2023).

Postingan itu mirip dengan pengumuman McDonald's Israel tentang makanan gratis untuk tentara yang ditugaskan di Gaza. Selain diskon khusus dan dukungan moral, toko 7-Eleven di Israel juga memasang papan reklame di luar cabang mereka, mendesak orang Israel untuk mengirim dukungan sebagai bentuk solidaritas.

"Bagikan dengan kami di komentar atau kirim pesan pribadi kepada kami, dan kami akan menampilkannya secara langsung di layar di semua cabang kami!" kata postingan mereka bulan lalu, mendesak publik untuk mengirim gambar, lagu, dan salam kepada tentara Israel yang berada di garis depan.

Namun pesan-pesan itu mungkin menjadi bumerang di toko 7-Eleven di seluruh dunia, sama seperti McDonald's Israel. Dukungan McDonald's Israel memicu gerakan boikot di seluruh dunia Muslim, dan beberapa ibu kota Barat yang telah melihat aksi unjuk rasa pro-Palestina yang sangat besar dalam beberapa minggu terakhir.

MalaysiaNow sedang mencoba untuk menghubungi 7-Eleven untuk tanggapan.

Sejak Israel membombardir Gaza dan aksi tersebut didukung McDonald, aksi boikot pun tak terhindarkan. Banyak gerai McD diberbagai negara yang langsung menegaskan diri tak terkait dengan Israel dan beroperasi secara independen.

Di antara mereka adalah McDonald's Malaysia, yang telah berusaha keras untuk meyakinkan konsumen lokal bahwa perusahaan tersebut tidak ada hubungannya dengan konflik di Gaza.

Tetapi meskipun kampanye media sosial serta eksekutif puncak memulai dorongan PR termasuk bertemu dengan para pemimpin agama Islam, kampanye boikot terhadap McDonald's tampaknya telah berhasil. Gerai McD di seluruh negeri berdiri hampir kosong bahkan selama jam sibuk.

Nasib serupa menimpa Starbucks Malaysia, yang kafe-kafenya di seluruh negeri telah secara lugas memberi dukungan ke Israel. Sahamnya jatuh, mengakibatkan kerugian total sekitar 12 miliar dolar yang dianggap sebagai dampak atas penjualan yang buruk, pemogokan pekerja selain kampanye boikot.

Di Malaysia, Starbucks dan 7-Eleven masing-masing berada di bawah Berjaya Food dan Berjaya Retail, keduanya dimiliki oleh Berjaya Corporation, konglomerat yang terkait dengan miliarder terkemuka Vincent Tan.

Sejak Oktober ketika konflik Gaza dimulai, harga saham Berjaya Food telah turun 17 persen. Bulan lalu, Berjaya Starbucks mengakui penjualannya telah dipengaruhi oleh "konflik di Timur Tengah", mengungkapkan harapan bahwa mereka akan kembali normal.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler