Debat Capres-Cawapres, Pentingnya Menghindari Sikap Menghakimi dalam Berdebat

Debat sendiri bukanlah sebuah tujuan.

ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Pekerja menyelesaikan tempat yang digunakan untuk debat capres dan cawapres Pemilu 2024 di Gedung KPU, Jakarta, Senin (11/12/2023). KPU akan menggelar lima kali debat yang diselenggarakan pada tanggal 12 dan 22 Desember 2023, 7 dan 14 Januari 2024 serta 4 Febuari 2024.
Rep: Umar Mukhtar Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 12 Desember 2023 akan digelar debat calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres). Dalam Islam, ada adab berdebat yang bisa menjadi tuntunan.

Berdebat bertujuan meyakinkan lawan bicara, bukan untuk menghakimi pemikirannya. Dalam perdebatan, tidak menutup kemungkinan Anda yang salah dan dia yang benar.

Baca Juga



Ketika seseorang berdebat dengan menghindari sikap menghakimi, maka lawan debat pun akan membuka pikiran untuk menyimpulkan pemikirannya dan mendengarkan berbagai argumentasi yang disampaikan kepada dirinya.

Jika lawan debat berusaha mendukung argumentasinya untuk membatalkan argumentasi Anda tetapi gagal, dia tidak punya pilihan selain mengikuti argumentasi Anda, selama argumentasi tersebut bisa mengalahkannya. Inilah yang diharapkan dalam sebuah perdebatan.

Allah SWT berfirman:

قُلْ لَّا تُسْـَٔلُوْنَ عَمَّآ اَجْرَمْنَا وَلَا نُسْـَٔلُ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ

"Katakanlah, “Kamu tidak akan dimintai tanggung jawab atas apa yang kami kerjakan dan kami juga tidak akan dimintai tanggung jawab atas apa yang kamu kerjakan." (QS. Saba' ayat 25)

Berdasarkan ayat tersebut...

Berdasarkan ayat tersebut, pemikiran seseorang digambarkan sebagai sesuatu yang dikerjakannya, yang kemudian diulas untuk menilai dengan gambaran yang tepat, dengan tujuan untuk mengetahui apakah pemikirannya termasuk sebuah petunjuk atau bukan.

Terkait bagaimana mengetahui apakah itu membuahkan petunjuk, ini bergantung pada hasil perdebatan atau dialog, bukan pada argumentasi yang telah diberikan.

Selain itu, dalam berdebat, juga perlu untuk meminta penjelasan lebih lanjut dari lawan debat. Ini bertujuan untuk memunculkan argumentasi atau bukti yang dimiliki lawan bicara itu.

Salah satunya cara meminta penjelasannya adalah dengan memberinya pertanyaan atau dengan meminta ditunjukkan bukti. Hal ini sebagaimana tercantum pada Surat Saba' ayat 24 dan 27:

۞ قُلْ مَنْ يَّرْزُقُكُمْ مِّنَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ قُلِ اللّٰهُ ۙوَاِنَّآ اَوْ اِيَّاكُمْ لَعَلٰى هُدًى اَوْ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

"Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah, “Allah,” dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata." (QS. Saba' ayat 24)

Adapun dalam ayat 27 Surat Saba':

قُلْ اَرُوْنِيَ الَّذِيْنَ اَلْحَقْتُمْ بِهٖ شُرَكَاۤءَ كَلَّا ۗبَلْ هُوَ اللّٰهُ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

"Katakanlah, “Perlihatkanlah kepadaku sembahan-sembahan yang kamu hubungkan dengan Dia sebagai sekutu-sekutu(-Nya), tidak mungkin! Sebenarnya Dialah Allah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana." (QS. Saba' ayat 27)

Dalam melakukan perdebatan...

Dalam melakukan perdebatan, Islam juga memberikan tuntunan agar dialog tersebut diakhiri dengan kesimpulan atau hasil. Debat sendiri bukanlah sebuah tujuan, kecuali jika dialog tersebut membuahkan hasil.

Jika debat tanpa hasil, maka hanya membuang-buang waktu dan dapat menyebabkan dan kecurigaan. Hal ini dapat dilihat kembali pada ayat 27 Surat Saba':

قُلْ اَرُوْنِيَ الَّذِيْنَ اَلْحَقْتُمْ بِهٖ شُرَكَاۤءَ كَلَّا ۗبَلْ هُوَ اللّٰهُ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

"Katakanlah, “Perlihatkanlah kepadaku sembahan-sembahan yang kamu hubungkan dengan Dia sebagai sekutu-sekutu(-Nya), tidak mungkin! Sebenarnya Dialah Allah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana." (QS. Saba' ayat 27)

Hasil atau kesimpulan yang terkandung dalam ayat itu ialah "Sebenarnya Dialah Allah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana." (QS. Saba' ayat 27)

sumber : Alukah
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler