Alasan Jenderal Bakri Syahid Menulis Tafsir Alquran Bahasa Jawa

Brigjen Bakri Syahid merupakan tokoh militer yang menulis tafsir Al Huda.

Republika.co.id
Brigjen Bakri Syahid merupakan tokoh militer yang menulis tafsir Al Huda. Foto: Ilustrasi Alquran
Rep: Muhyiddin Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Penulisan kitab tafsir Alquran yang di masyarakat Indonesia selama ini umumnya ditulis para ulama dan kiai pesantren. Karya-karya itu pun telah banyak memberikan sumbangsih pada khazanah tafsir di Bumi Nusantara.

Baca Juga


Namun, ternyata ada pula kitab tafsir yang ditulis oleh tokoh yang memiliki latar belakang militer, yaitu Brigjen Drs H Bakri Syahid. Beliaulah yang menulis sebuah kitab tafsir, yakni Al-Huda: Tafsir Qur'an Bahasa Jawi.

Bakri Syahid adalah seorang putera asli Yogyakarta yang lahir di kampung Suronatan, Kecamatan Ngampilan pada 16 Desember 1918 M. Nama aslinya adalah Bakri, sedangkan tambahan nama Syahid diambil dari nama ayahnya, Muhammad Syahid.

Bakri berasal dari lingkungan keluarga Muhammadiyah angkatan perintis. Ia merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara. Keenam saudara kandungnya itu berturut-turut bernama Siti Aminah, Lukman Syahid, Zapriyah, Siti Wafiyah, Ismiyati, dan Dukhoiri.

Keluarga Bakri dikenal sebagai keluarga yang agamis. Karena itu, Bakri pun tumbuh dan berkembang dengan nilai-nilai agama, memiliki keimanan dan keislaman yang kokoh, serta memiliki kearifan dalam hidup bermasyarakat.

Dalam buku 100 Tokoh Muhammadiyah yang Menginspirasi dijelaskan bahwa kitab Al-Huda yang diterbitkan Bagus Arafah tersebut merupakan kitab tafsir utuh 30 juz berbahasa Jawa-Latin ini. Sebelum naik cetak, naskahnya juga telah diperiksa ulang oleh Kiai Penghulu KRT H Wardan Dipaningrat dan Ustadz Rahmat Qasim.

Kitab tafsir al-Huda ini ditulis oleh Bakrie Syahid atas permintaan dari orang-orang Suriname. Penulisan kitab Tafsir Al-Huda dimulai sejak Bakri Syahid menjadi Asisten Sekretaris Presiden Republik Indonesia.

Bakri Syahid menulis kitab tersebut secara diam-diam tanpa diketahui oleh sahabat-sahabat ataupun saudaranya sendiri. Namun, tidak diketahui secara pasti mengapa Bakri menulisnya secara diam-diam kala itu. Namun yang jelas, ia menulis kitab tafsir tersebut ketika ia sedang aktif menjadi anggota militer sampai menduduki jabatan rektor IAIN Sunan Kalijaga pada 1972-1977.

Penulisan kitab Tafsir Al-Huda tersebut berawal dari kegelisahannya ketika sarasehan di kediaman Syekh Abdul Manan di kota Makkah dan Madinah. Dalam sarasehan tersebut, ia tidak sendiri, tetapi ada beberapa kolega yang berasal dari Suriname dan masyarakat Jawa yang bermukim di Singapura.

Dalam pertemuan tersebut terungkap lah beberapa keprihatinan terhadap karya kitab tafsir Jawa yang menggunakan bahasa Latin. Hingga akhirnya, Bakri Syahid termotivasi untuk menulis sebuah kitab tafsir yang kemudian diberi nama Tafsir Al-Huda dan diterbitkan pada 1979.

Tidak hanya Tafsir Al-Huda, banyak karya lainnya yang telah dihasilkan Bakri Syahid, seperti buku Tata Negara RI, Ilmu Jiwa Sosial, Kitab Fiqih, dan Kitab Aqoid. Karya-karya tersebut ditulis ketika Bakri masih menjadi mahasiswa. Sedangkan buku Pertahanan Nasional dan Ideologi Negara Pancasila ditulis Bakri ketika menjadi menjadi pejabat di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler