Tau Iki Ora, Kekayaan Laut Indonesia Mendunia
Omzetnya pun kini mencapai Rp 15 juta sampai Rp 20 juta per bulan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melihat potensi kekayaan laut Indonesia yang belum dimanfaatkan secara maksimal, Yuwono tergerak membangun usahanya sendiri. Maka lahirlah produk Tau Iki Ora yang berbahan dasar tumbuhan laut.
Berpengalaman di industri konsumen atau fast consumer moving goods di bagian pemasaran selama 25 tahun membuatnya lebih mudah memahami kemauan pasar. Ia menjelaskan, selama ini produk olahan hasil laut di Tanah Air kebanyakan diimpor ke luar negeri.
Itu membuat hasil olahan tersebut tidak memberikan nilai tambahan terhadap perekonomian nasional serta masyarakat di dalam negeri. Padahal, kata dia, sebesar 62 persen wilayah di Indonesia merupakan perairan.
Yuwono kemudian berinisiatif menciptakan produk makanan dari ganggang hijau atau Ulva lactuca yang banyak ditemukan di beragam pantai di domestik. Menurutnya, produk tersebut berpotensi besar, sebab selama ini orang hanya tau olahan rumput laut dari luar negeri.
Berbeda dari produk rumput laut impor yang dikeringkan dan dijadikan lembaran, Yuwono mengolah ganggang hijau itu menjadi keripik. Awalnya dia hanya menitipkan Tau Iki Ora di berbagai restoran dan toko oleh-oleh di Yogyakarta, namun kini mulai merambah ke cabang ritel modern di kota termasuk.
Yuwono mengaku tidak mudah menembus pasar itu, tapi dirinya terus berusaha. Ia pun percaya diri produknya bisa diterima masyarakat.
Demi mendukung usahanya, pria asal Yogyakarta ini mengambil pembiayaan berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). Pembiayaan yang didapat sebesar Rp 50 juta dengan tenor selama dua tahun.
Lewat pembiayaan itu, Yuwono mengaku dapat membeli beragam jenis alat produksi. Omzetnya pun kini mencapai Rp 15 juta sampai Rp 20 juta per bulan.
“Saya jadi bisa melayani toko swalayan di kota. Tadinya cuma pusat oleh-oleh dan resto,” ujar Yuwono saat ditemui Republika.
Ia pun berencana mengajukan KUR lagi demi mengembangkan produksinya supaya lebih besar. Apalagi, sambung dia, masih banyak tanaman laut yang bisa diolah menjadi beraneka produk.
Setelah berkesempatan mengikuti BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2023, Yuwono juga mulai berminat merambah ke pasar ekspor. Dirinya berharap BRI dapat membantunya.
Seperti diketahui, penyaluran pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu cara BRI meningkatkan daya saing kelompok usaha penopang perekonomian nasional. Tercatat, perseroan telah menyalurkan kredit ke UMKM sebesar Rp 1.038,9 triliun sampai kuartal III 2023.