Mengkritik Jangan Sembarangan, Begini Adabnya dalam Islam

Ulama-ulama terdahulu telah memberi nasihat tentang rambu dalam menyampaikan kritik.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Ilustrasi.
Rep: Umar Mukhtar Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama-ulama terdahulu telah memberi nasihat tentang rambu-rambu dalam menyampaikan kritik. Mereka menggunakan bobot yang adil dalam mengeluarkan penilaian, dan mereka mempunyai aturan umum untuk mengkritik orang lain dan suatu pernyataan.

Misalnya, ulama hadits terdahulu, juga ketat dalam memberi penilaian terhadap sebuah riwayat hadits. Namun, dalam kondisi tertentu, tidak diwajibkan untuk menyikapi kondisi lawan atau lawan bicaranya. Beberapa hal penting untuk diperhatikan saat menyampaikan kritik.

Baca Juga


Adab Menyampaikan Kritik dalam Islam

1. Tinggalkan Jika tidak Paham

Tinggalkan bidang yang tidak dipahami atau tidak menjadi fokusnya, sebab lebih baik menyerahkan urusan tersebut kepada orang yang memang ahlinya.

2. Tidak Berpura-pura Paham

Tidak menjadi orang yang memalsukan diri menjadi sosok yang paham pada apa yang dibicarakan. Juga tidak menyampaikan kritik palsu karena ketidaktahuannya atas kebenaran atau karena ketidakmampuannya membela kebenaran.

Sadar diri...

3. Sadari Ketidaktahuan Diri

Perlu ada kesadaran bahwa tidak semua orang memenuhi syarat untuk melakukan dialog yang sehat dan tepat, yang menghasilkan sesuatu yang baik dan matang. Orang yang tidak tahu itu tidak sama dengan orang yang mengetahuinya. Maka, orang yang tidak tahu sebaiknya tidak mengkritik orang yang tahu.

Kisah Nabi Ibrahim dan ayahnya dapat menjadi contoh, yang diabadikan dalam Surat Maryam ayat 43:

يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ قَدْ جَاۤءَنِيْ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِيْٓ اَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا

"Wahai ayahku! Sungguh, telah sampai kepadaku sebagian ilmu yang tidak diberikan kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus."

4. Tidak Mencela

Seseorang yang tidak tahu apa-apa atau tidak mengerti, sejatinya tidak boleh mencela orang yang tahu. Orang yang tidak tahu justru wajib bertanya dan memahami suatu perkara terlebih dulu. Bukan malah menolak dan mengkritik.

Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir bisa menjadi contoh untuk selalu belajar jika tidak tahu. Nabi Musa menyampaikan keinginannya untuk belajar kepada Nabi Khidir tentang hal yang tidak diketahuinya. Ini diabadikan dalam Alquran surat Al Kahfi ayat 66.

قَالَ لَهٗ مُوْسٰى هَلْ اَتَّبِعُكَ عَلٰٓى اَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا

"Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?"

sumber : Alukah
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler