Manusia Konsumsi Makanan Kucing, Amankah Bagi Kesehatan?
Makanan kucing atau hewan lain bisa berbahaya bagi manusia jika terkontaminasi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Video pengguna TikTok yang mencicipi makanan kucing menjadi viral di media sosial. Dalam unggahannya, pengguna @riskarizkia_ yang berdomisili di Palembang, Sumatra Selatan, mencicipi makanan kucing wet food dalam sachet dari salah satu jenama.
Perempuan berhijab itu menyebut rasanya enak, dan menantang pengguna media sosial lain untuk mencobanya juga. Sejak diunggah pada 7 Desember 2023, video sudah dilihat 12,5 juta kali di TikTok, disukai lebih dari 302 ribu pengguna lain, dan dibagikan lebih dari 37 ribu kali.
Banyak juga warganet yang mengkritik Riska, dengan mengatakan pakan hewan tidak dimaksudkan untuk dimakan manusia. Sebenarnya, dari sudut pandang medis, apakah aman jika manusia mengonsumsi makanan hewan, khususnya pakan untuk kucing?
Jawaban singkatnya, makanan hewan bisa berbahaya bagi manusia hanya jika terkontaminasi. Hal itu disampaikan oleh Dana Hunnes, asisten profesor di Fielding School of Public Health di University of California, Los Angeles (UCLA) Amerika Serikat.
"Patogen bawaan makanan seperti Salmonella dan E coli bisa berdampak pada makanan hewan, sama seperti makanan manusia," kata Hunnes yang juga merupakan ahli diet senior di Pusat Medis Ronald Reagan UCLA, dikutip dari laman Live Science, Ahad (17/12/2023).
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) merekomendasikan penyimpanan makanan hewan kering dan kalengan di tempat sejuk dan kering dengan suhu tidak lebih dari 26,6 derajat Celsius. Nyatanya, banyak orang kurang berhati-hati dalam menyimpan pakan hewan.
FDA pun kerap mengeluarkan perintah penarikan produk pakan hewan di AS. Termasuk, akibat adanya potensi kontaminasi Salmonella dari aktivitas hewan pengerat di pusat distribusi pada tahun 2022, atau akibat kontaminasi racun yang dihasilkan jamur pada tahun 2021.
Namun, jika pakan hewan tidak terkontaminasi, sebenarnya konsumsi oleh manusia tidak akan menyebabkan keracunan. Hunnes menjelaskan, sebagian besar makanan hewan terbuat dari sisa makanan dan produk sampingan rumah potong hewan.
Kombinasi tepung tulang, sisa daging, dan jeroan (seperti lambung, usus besar, atau lidah) dari rumah potong hewan, atau produk samping kedelai dan biji-bijian dari pabrik pengolahan, merupakan komponen utama makanan hewan. Jika dilihat langsung, bahan-bahan itu mungkin tidak terlalu menggugah selera.
Akan tetapi, pakan hewan berasal dari sumber yang sama dengan makanan manusia, jadi pada dasarnya tidak beracun, juga memiliki sumber kalori dan protein. Namun, berbeda halnya dengan makanan hewan mentah, yang benar-benar harus dihindari.
Tetap saja, jika bukan dalam kondisi darurat atau hanya mencoba sekali karena penasaran dengan rasanya, Hunnes lebih menyarankan tidak main-main mengonsumsi pakan hewan. Apalagi, menyantapnya dalam jangka panjang. Dia mengatakan, pakan hewan dibuat dengan menyesuaikan kebutuhan unik hewan peliharaan, bukan manusia.
Misalnya, makanan anjing mengandung vitamin K, yang bisa menjadi racun bagi manusia jika jumlahnya tinggi. Baik tubuh anjing maupun kucing memproduksi vitamin C sendiri, sementara manusia harus memperoleh nutrisi itu dari makanan.
Dengan kata lain, konsumsi makanan hewan dalam jangka panjang pada manusia membawa risiko kekurangan nutrisi. Penting juga untuk mengetahui bahwa sebagian besar makanan hewan sudah diberi label "tidak untuk dikonsumsi manusia".
Jadi, jika seseorang jatuh sakit setelah mengonsumsi pakan hewan, baik karena kekurangan nutrisi atau karena zat kontaminan, pasien tak bisa meminta pertanggungjawaban apa-apa pada produsen pakan hewan. Meski umumnya pakan hewan tidak beracun bagi manusia, tapi kurang ideal dikonsumsi dari sudut pandang nutrisi atau keamanan pangan.
Sumber: Live Science