Survei Ungkap Migrasi Pendukung Jokowi dari PDIP ke Gerindra Beserta Sebab-sebabnya

Menurut survei LSI Denny JA, untuk kali pertama elektabilitas Gerindra menyalip PDIP.

Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengecek sejumlah harga kebutuhan pokok di Pasar Danga, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (5/12/2023).
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ronggo Astungkoro

Baca Juga


Survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA memotret publik yang menyatakan puas terhadap kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara konsisten meninggalkan pilihannya pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Serangan-serangan PDIP ke Jokowi dan penolakan Piala Dunia U-20 menjadi penyebabnya. 

“Kalau kita lihat tracking surveinya, mulai bulan Juni, Agustus, hingga November 2023, mereka yang  menyatakan puas kepada kinerja Jokowi, itu secara konsisten menurun dari PDIP,” ucap Direktur Citra Publik LSI Denny JA Hanggoro Doso Pamungkas dalam konferensi pers bertajuk ‘Akhir Dominasi PDIP di 2024’ di Jakarta, Selasa (19/12/2023).

Hanggoro menerangkan, mereka mulai meninggalkan pilihannya pada PDIP karena beberapa hal. Pertama, disebabkan serangan-serangan partai berlambang banteng itu kepada sosok Jokowi. Tercatat pada Juni yang lalu masih di angka 34,6 persen. Pada Agustus turun jadi 28,8 persen. Pada November, hanya 21,4 persen dari mereka yang memilih PDIP.

“Serangan-serangan seperti menyampaikan bahwa Neo-Orba, kemudian isu penegakan hukum yang bernilai lima oleh Ganjar, kemudian isu dinasti, dan lain-lain ini justru malah mengakibatkan turunnya pemilih yang puas kepada kinerja Jokowi, berpindah dari PDIP beralih ke yang lainnya,” jelas Hanggoro.

Alasan berikutnya merupakan kejadian yang sudah cukup lama berlalu, yakni sikap PDIP beserta sejumlah kadernya yang menolak pelaksanaan Piala Dunia U-20. Sosok Ganjar Pranowo, I Wayan Koster, Megawati Soekarnoputri, bahkan PDIP dianggap sebagai pihak yang turut serta menolak piala dunia yang hendak digelar di Indonesia itu.  

“Ini memang alasan yang lama, tetapi bisa kita temui bahwa pada survei-survei yang lalu ternyata menolak Piala Dunia itu bukan hanya Ganjar, I Wayan Koster maupun Megawati, tapi juga PDIP dianggap pihak yang turun serta menolak Piala Dunia kala itu. Ini salah satu alasan kenapa PDIP menurun,” terang dia.

Elektabilitas Parpol Berdasarkan Survei Desember 2023 - (infografis Republika)

 

Kemudian, alasan lainnya karena sikap PDIP yang menjadikan seorang presiden sebagai petugas partai. Hanggoro menerangkan, sikap tersebut tidak sesuai dengan mayoritas kehendak masyarakat.

Dalam data survei LSI Denny JA, mayoritas masyarakat tidak setuju dengan itu, yakni sebesar 69,9 persen menyatakan kurang setuju atau tidak setuju sama sekali dengan sebutan presiden adalah petugas partai. 

“Sebanyak 69,9 persen menyatakan kurang setuju atau tidak setuju sama sekali dengan sebutan presiden Republik Indonesia itu sebagai petugas partai. Yang cukup setuju atau sangat setuju hanya 17,5 persen,” jelas dia. 

Hanggoro juga mengungkapkan, dari survei yang dilakukan pada akhir November hingga awal Desember itu diketahui, mereka yang puas terhadap kinerja Jokowi berpindah ke Partai Gerindra. Jumlahnya menigkat dari bulan ke bulan. Di mana, di antara mereka yang memilih Gerindra pada Juni hanya 9,4 persen, pada Agustus meningkat menjadi 14,7 persen, dan November semakin tinggi menjadi 21,7 persen. 

“Jadi pemilih yang puas pada kinerja Presiden ini semakin besar pilihannya ke Gerindra dibandingkan dengan dua survei sebelumnya. Kemudian tak kalah pentingnya faktor personal Prabowo juga mempengaruhi Gerindra yang meningkat dibandingkan dengan PDIP yang menurun,” jelas dia.

LSI Denny JA juga mengungkap hasilhasil survei yang menunjukkan elektabilitas PDIP untuk pertama kalinya tersalip oleh Partai Gerindra sejak 2014. Di mana, elektabilitas PDIP kini ada di angka 19,3 persen, sementara Partai Gerindra ada di angka 19,5 persen.

“Pada akhir November hingga awal bulan Desember ini data kita dapati Gerindra telah mencapai 19,5 persen, disusul PDIP 19,3 persen,” kata Hanggoro.

Hanggoro mengatakan, survei kali ini menunjukkan adanya tren kenaikan elektabilitas Partai Gerindra yang sudah melampaui PDIP sejak 2014 lalu. Dia menjelaskan, data kali ini tidak muncul secara tiba-tiba. Ada fluktuasi elektabilitas yang terpotret sejak Januari hingga November 2023 hingga akhirnya pada survei terakhir kali ini tercatat temuan baru tersebut.

Dia mengungkapkan, berdasarkan penelusuran hasil pemilihan legislatif (Pileg) sejak 2014, perolehan elektabilitas Partai Gerindra kali ini sudah melampaui perolehan suara PDIP pada Pileg 2019 dengan angka 19,3 persen. Pada Pileg 2014, Partai Gerindra terpaut 7,14 persen dari PDIP dengan perolehan suara 11,81 persen berbanding 18,95 persen. Pada Pileg 2019, perolehan suara Partai Gerindra ada di angka 12,57 persen, dan PDIP ada di angka 19,33 persen.

“Kemudian pada survei kali ini ternyata suaranya (PDIP) masih sama dengan perolehan Pileg 2019 lalu, yakni 19,3 persen. Namun demikian berdasarkan survei kali ini, perolehan suara (PDIP) tahun 2019 telah dilampaui oleh Gerindra sebesar 19,5 persen,” kata dia.

Survei ini dilakukan menggunakan metodologi multistage random sampling dengan 1.200 responden. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan wawancara tatap muka dengan menggunakan kuisioner. Waktu pengumpulan data dilakukan pada 20 November 2023-3 Desember 2023 dengan margin of error kurang lebih 2,9 persen.

 

Nomor Urut Parpol tak Dikocok Ulang - (Infografis Republika)

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler