Meski ada Resolusi Kemanusiaan, Israel Tetap Serang Gaza Utara

Pasukan Israel bersiap memperluas serangan darat dengan fokus ke selatan.

AP Photo/Hatem Moussa
Pemandangan puing-puing bangunan yang terkena serangan udara Israel, di Jabalia, Jalur Gaza, pada 11 Oktober 2023. Setelah 11 minggu perang di Gaza, serangan militer Israel melawan Hamas kini menjadi salah satu operasi paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah. Korban gugur warga Palestina mendekati angka 20.000 dan data satelit menunjukkan sepertiga bangunan di wilayah kecil tersebut telah hancur.
Rep: Lintar Satria Red: Setyanavidita livicansera

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel menggelar serangan ke Hamas untuk mencapai tujuannya menguasai seluruh Gaza utara. Serangan ini digelar setelah Dewan Keamanan PBB mendorong peningkatan bantuan kemanusiaan ke pemukiman warga Palestina, tapi tidak menuntut gencatan senjata.

Baca Juga


Terlihat asap hitam membumbung tinggi di utara Kota Jabalia yang juga menampung kamp pengungsi Gaza. Warga setempat melaporkan serangan udara dan tembakan tank Israel yang menurut mereka bergerak ke arah kota.

Sayap bersenjata Hamas, Al Qassam Brigades mengatakan mereka menghancurkan lima tank Israel di daerah itu, menewaskan dan melukai awak tank. Kelompok itu menggunakan ulang dua rudal Israel yang meledak. Laporan ini belum dapat diverifikasi secara mandiri.

Pada Jumat (22/12/2023) juru bicara militer Israel mengatakan pasukannya hampir menyelesaikan operasi untuk menguasai Gaza utara dan bersiap memperluas serangan darat ke daerah lain di Jalur Gaza dengan fokus ke selatan. Angkatan Bersenjata Israel (IDF) melaporkan mereka melepas tembakan pengecoh daerah Issa di Kota Gaza untuk menarik lusinan pejuang Hamas dari gedung yang mereka klaim markas kelompok perjuangan pembebasan Palestina itu di utara Gaza.

"Selama aktivitas operasi gabungan, pasukan darat dan intelijen IDF mengarahkan pesawat tempur IAF untuk menyerang gedung itu, menyingkirkan para teroris," kata IDF dalam pernyataannya, Sabtu (23/12/2023).

Angkatan Darat Israel juga merilis video yang diklaim menunjukan terowongan Hamas di daerah Issa. Lokasi dan tanggal yang diungkapkan dalam pernyataan ini juga belum dapat diverifikasi dengan mandiri.

Israel menuduh Hamas menggunakan terowongan dan infrastruktur militer lainnya di antara warga sipil untuk menjadikan mereka sebagai perisai manusia. Tuduhan yang dibantah keras Hamas.

Warga dan media Palestina pun melaporkan tank-tank Israel menyerang Kota Juhr ad-Deek di Gaza tengah. Belum ada pernyataan tentang korban jiwa dan terluka. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan dalam 24 jam terakhir sudah 201 warga Palestina tewas dalam serangan Israel.

Hingga Sabtu kemarin total korban jiwa perang yang berlangsung selama 11 pekan ini menjadi 20.258 orang. Jenazah ribuan orang masih diyakini terperangkap di bawah reruntuhan bangunan yang hancur.

Sementara Israel mengatakan 140 tentaranya tewas sejak mereka melancarkan serangan darat ke Gaza pada 20 Oktober lalu. Hamas mengatakan karena pengeboman Israel mereka kehilangan kontak dengan kelompok yang diduga bertanggung jawab terhadap lima sandera Israel.

Lebih dari 100 sandera yang diculik dalam serangan mendadak Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu diyakini masih berada di Gaza. Pejabat kesehatan dan media Hamas mengatakan serangan udara Israel menghancurkan sebuah rumah di kamp pengungsian Nusseirat di Gaza tengah.

Serangan itu menewaskan tiga orang, seorang jurnalis stasiun televisi Hamas, Aqsa TV dan dua kerabatnya. Bila terverifikasi maka jumlah wartawan yang tewas sejak perang di mulai menjadi 69 orang. Militer Israel mengaku mereka menyesal dengan kematian warga sipil dan menyalahkan Hamas yang beroperasi di daerah padat penduduk, namun tetap bersikeras Israel tidak akan aman sampai Hamas berhasil ditumpas habis. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler