Sambut 2024, Ini 5 Alasan Tetap Optimistis Iklim Bisa Membaik
China pencemar iklim terbesar di dunia, membuat kemajuan dalam energi terbarukan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepanjang tahun 2023, kita disuguhkan dengan berbagai berita tentang perubahan iklim yang suram termasuk suhu panas yang mencatatkan rekor dan peristiwa cuaca ekstrem yang mematikan. Para ilmuwan mengeluarkan peringatan yang mengerikan bahwa tahun depan mungkin akan lebih buruk lagi, dan polusi karbon dunia terus meningkat.
Namun, di tengah kesuraman tersebut, ada juga tanda-tanda kemajuan. Rekor energi terbarukan telah tercipta, dunia merayakan salah satu kemenangan lingkungan terbesarnya dan berbagai negara mengambil langkah hati-hati namun bersejarah menuju masa depan yang bebas bahan bakar fosil. Dilansir CNN, Ahad (24/12/2023), berikut adalah lima alasan untuk merasa positif menghadapi tahun 2024.
1. Lonjakan energi terbarukan
Seiring dengan semakin mendesaknya kebutuhan untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil yang memanaskan bumi, ada beberapa titik terang energi bersih di seluruh dunia. Misalnya, Portugal yang memulai pemecahan rekor pada hari Halloween. Selama lebih dari enam hari berturut-turut, antara 31 Oktober hingga 6 November, negara berpenduduk lebih dari 10 juta jiwa ini hanya mengandalkan sumber energi terbarukan-memberikan contoh yang menarik bagi seluruh dunia.
Selain itu, China sebagai pencemar iklim terbesar di dunia, kini telah membuat kemajuan pesat dalam energi terbarukan. Sebuah laporan yang diterbitkan pada bulan Juni menemukan bahwa kapasitas tenaga surya China sekarang lebih besar daripada gabungan seluruh negara di dunia. Penulis laporan tersebut, Global Energy Monitor, menggambarkan lonjakan tersebut sebagai suatu yang mencengangkan.
2. Kesepakatan iklim untuk beralih dari bahan bakar fosil
Setelah lebih dari dua pekan negosiasi, konferensi iklim COP28 di Dubai berakhir pada bulan Desember dengan hampir 200 negara membuat komitmen yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk beralih dari bahan bakar fosil.
Meskipun kesepakatan tersebut tidak mewajibkan dunia untuk menghentikan penggunaan batu bara, minyak, dan gas, negara-negara diimbau berkontribusi pada transisi dari bahan bakar fosil dalam sistem energi. Hal ini menandai pertama kalinya semua bahan bakar fosil, pendorong utama krisis iklim, menjadi target dalam kesepakatan COP.
“Kesepakatan ini bersejarah dan menjadi perubahan paradigma yang berpotensi untuk mendefinisikan kembali ekonomi kita,” kata Presiden COP28, Sultan Al Jaber, yang memimpin negosiasi di Dubai.
3. Penurunan deforestasi di Brazil
Setelah deforestasi yang melonjak selama bertahun-tahun di Amazon, Brasil, ada kemajuan yang baik tahun ini dalam mengurangi kerusakan hutan. Amazon adalah hutan hujan terbesar di dunia dan perlindungannya dipandang penting untuk mengekang perubahan iklim.
Hutan Amazon berfungsi sebagai penyerap karbon yang menyedot polusi yang memanaskan planet dari atmosfer. Ketika hutan atau pepohonan dirusak, mereka mengeluarkan gas rumah kaca. Deforestasi dan degradasi lahan bertanggung jawab atas setidaknya sepersepuluh dari polusi karbon di dunia.
Deforestasi di Brazil turun 22,3 persen dalam 12 bulan hingga Juli, menurut data dari pemerintah nasional. Capaian ini terjadi setelah Presiden Luiz Ignacio Lula da Silva mulai membuat kemajuan dalam janjinya untuk mengendalikan kerusakan hutan yang merajalela yang terjadi di bawah pendahulunya, Jair Bolsonaro.
Marcio Astrini, kepala kelompok advokasi Climate Observatory, menggambarkannya sebagai hasil yang mengesankan untuk memastikan kembalinya Brazil ke dalam agenda iklim.
Namun, tingkat deforestasi Brazil masih hampir dua kali lipat dari titik terendahnya pada tahun 2012. Sekitar 9 ribu kilometer persegi hutan hujan hancur pada periode tersebut. Masih ada jalan panjang yang harus ditempuh untuk memenuhi janji Lula untuk mencapai nol deforestasi pada tahun 2030.
4. Lapisan ozon pulih dengan baik
Lapisan ozon Bumi berada di jalur yang tepat untuk pulih sepenuhnya dalam beberapa dekade, sebuah panel ahli yang didukung oleh PBB mengumumkan pada bulan Januari, karena bahan kimia perusak ozon dihapuskan secara bertahap di seluruh dunia.
Lapisan ozon melindungi planet ini dari sinar ultraviolet yang berbahaya, tetapi sejak tahun 1980-an, para ilmuwan telah memperingatkan adanya lubang pada perisai ini akibat zat-zat perusak ozon, termasuk klorofluorokarbon (CFC), yang digunakan secara luas di lemari es, aerosol, dan pelarut.
Kerja sama internasional telah membantu membendung kerusakan tersebut. Kesepakatan yang dikenal sebagai Protokol Montreal, yang mulai berlaku pada tahun 1989, memulai penghapusan CFC secara bertahap. Pemulihan lapisan ozon selanjutnya dipuji sebagai salah satu pencapaian lingkungan terbesar di dunia.
5. Lonjakan penjualan kendaraan listrik
Popularitas kendaraan listrik telah melonjak tahun ini, dengan penjualan di Amerika yang mencapai titik tertinggi sepanjang masa. Orang-orang di Cina dan Eropa juga membeli mobil listrik dalam jumlah besar.
Kendaraan listrik-yang lebih baik untuk planet ini daripada mobil bertenaga gas dan diesel karena menggunakan sumber energi terbarukan, adalah kunci untuk mengurangi karbonisasi transportasi jalan raya, yang bertanggung jawab atas sekitar seperenam polusi yang memanaskan bumi secara global, menurut Badan Energi Internasional (International Energy Agency).
Kendaraan listrik menyumbang sekitar 8 persen dari semua penjualan kendaraan baru di AS selama paruh pertama tahun 2023, menurut laporan Bloomberg. Di China, mobil Listrik menyumbang 19 persen dari semua penjualan kendaraan, dan di seluruh dunia, kendaraan listrik menyumbang 15 persen dari penjualan kendaraan penumpang baru.
Sementara itu, penjualan kendaraan listrik di Eropa naik 47 persen dalam sembilan bulan pertama tahun 2023, menurut data dari European Automobile Manufacturers Association (EAMA). Namun, dealer mobil telah memperingatkan bahwa penjualan menurun karena konsumen menunggu model yang lebih murah, yang diperkirakan akan hadir dalam waktu dua hingga tiga tahun mendatang.