Tentara Israel Tewas karena Jamur Mematikan, Ini Kata Pakar
Profesor di Ben Gurion menyebut infeksi jamur mematikan tidak menjadi epidemi di Gaza
A PHP Error was encountered
Severity: Notice
Message: Undefined variable: part
Filename: amp/berita_amp.php
Line Number: 67
A PHP Error was encountered
Severity: Notice
Message: Undefined variable: search
Filename: helpers/all_helper.php
Line Number: 2070
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang tentara Israel pada Selasa, (26/12/2023) tewas setelah menderita infeksi jamur langka yang ia alami setelah terluka di Gaza lebih dari dua pekan lalu. Kematian tentara tersebut serta infeksi jamur lainnya di antara tentara yang dirawat di rumah sakit, telah memicu kepanikan.
Namun, para ahli mengatakan bahwa kasus-kasus tersebut tidak berarti bahwa Israel akan menghadapi epidemi infeksi jamur. “Tidak perlu panik,” ungkap Direktur Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Ben-Gurion, Profesor Nadav Davidovitch, melansir The Media Line.
Dia mengatakan, sistem kesehatan Israel sedang memantau situasi untuk melihat apakah ada pola di antara tentara yang menderita infeksi jamur setelah terluka di Gaza. Davidovitch menekankan bahwa infeksi semacam ini sering berkembang setelah luka terbuka terkena lingkungan zona perang dalam jangka waktu lama.
“Kami memiliki kasus tentara yang terluka parah seperti perang sebelumnya, yang juga berada dalam situasi lingkungan di mana luka tersebut dapat terinfeksi dan mungkin memerlukan waktu untuk dievakuasi ke fasilitas medis,” ujar dia lagi.
Davidovitch mencatat bahwa tentara yang baru saja meninggal itu terluka parah. “Situasi ini dapat meningkatkan risiko penularan, terutama jika Anda berada di medan perang,” ujar dia. Kementerian Kesehatan Israel menyatakan pada Selasa bahwa cedera multisistem jenis itu juga merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi.
“Ini adalah fenomena yang diketahui dunia medis dan juga terjadi pada kasus-kasus yang bukan cedera militer. Pada luka yang parah dan kompleks di lapangan, mungkin terdapat infeksi yang berasal dari tanah, namun ini bukanlah fenomena baru yang menjadi ciri khas Jalur Gaza,” tulis Kementerian Kesehatan Israel dalam pernyataannya.
Kementerian juga menulis bahwa sistem layanan kesehatan dikhususkan untuk merawat sejumlah besar tentara yang terluka dalam perang, beberapa di antaranya menghadapi cedera yang sangat kompleks.
Tentara diimbau perlu waspada, tapi menurut Davidovitch, ada sedikit kepanikan dan kebingungan antara kejadian seperti ini dan situasi sanitasi di Gaza. Ia mencatat bahwa sekitar 10 tentara mengalami infeksi yang tidak biasa, termasuk tentara yang meninggal.
Lanjut ke halaman berikutnya....
Dia menegaskan kembali bahwa situasinya tidak luar biasa. “Kita perlu waspada, tapi menurut saya ada sedikit kepanikan dan kebingungan antara kejadian seperti ini dan situasi sanitasi di Gaza,” kata dia.
The Media Line menghubungi Koordinator Kegiatan Pemerintah Wilayah Gaza atau COGAT, badan pemerintah Israel yang bertanggung jawab atas urusan sipil Palestina. COGAT yang memiliki tim yang bertugas menilai situasi kesehatan di Gaza, mencatat bahwa meskipun kondisi sanitasi di Jalur Gaza saat ini tidak optimal, tidak ada tanda-tanda epidemi.
Davidovitch mengatakan kondisi tidak sehat di Gaza dapat menyebabkan wabah penyakit, yang berpotensi melibatkan penyakit pernapasan atau pencernaan. “Tidak ada epidemi jamur,” katanya. Ia menjelaskan, infeksi jamur menular melalui kontak langsung, biasanya dengan kotoran. Orang-orang yang terluka parah atau mengalami gangguan sistem imun adalah yang paling mungkin terkena dampaknya.
Dia menekankan pentingnya membawa tentara yang terluka ke fasilitas medis secepat mungkin untuk menghindari infeksi semacam ini, dan mencatat bahwa militer dan korps medis Israel melakukan pekerjaan dengan baik dibandingkan dengan perang sebelumnya.
Otoritas kesehatan Israel menaruh perhatian terhadap infeksi tersebut, dan akan mengadakan pertemuan pekan depan untuk membandingkan kasus-kasus yang ada, serta menentukan jenis jamur dan apakah jamur tersebut hanya ada di Gaza.