Opsi Impor Sapi dari Prabowo Butuhkan Dana Hingga Rp 20 Triliun

Ia memperkirakan akan mengimpor 1,5 juta ekor sapi.

ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto (kedua kanan) menyampaikan visi dan misinya.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Ahmad Fikri Noor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Calon presiden nomor urut dua Prabowo Subianto membuka opsi impor ratusan ekor sapi perah demi memenuhi kebutuhan program pemberian susu gratis untuk anak-anak. Ia memperkirakan akan mengimpor 1,5 juta ekor sapi untuk memenuhi kebutuhan susu gratis bagi 82 juta anak Indonesia. 

Baca Juga


“Jadi, kita mungkin harus impor 1 juta atau 1,5 juta sapi. Dalam dua tahun dia akan melahirkan, kita akan punya 3 juta. Kira-kira begitu strategi kita,” kata Prabowo dalam diskusi PWI di Gedung Dewan Pers Jakarta yang juga disiarkan melalui channel Youtube PWIOfficial dikutip Jumat (5/1/2024).

Dikutip dari Kantor Berita ABC pada Oktober 2023 lalu, harga ekspor sapi steer yang dikirim dari Darwin, Australia yakni sekitar 2,60 dolar AS per kilogram. Artinya, seekor sapi jantan seberat 350 kilogram pada akhir tahun lalu dihargai lebih dari 900 dolar AS atau sekitar Rp 13,5 juta. Sehingga, dibutuhkan sekiranya dana sekitar Rp 20 triliun bila Indonesia melakukan impor lebih dari 1,5 juta sapi seperti yang ditawarkan capres nomor urut dua tersebut.

Dalam diskusi yang digelar Kamis (4/1/2024) kemarin, Prabowo menyebutkan bahwa setiap anak membutuhkan asupan susu sapi sebanyak 50 mililiter. Sehingga, dibutuhkan 40 juta liter susu sapi agar 82 juta anak Indonesia dapat minum susu gratis seperti opsi yang ditawarkan oleh Ketua Umum Partai Gerindra tersebut. Sehingga, kata Prabowo, untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibutuhkan 1,5 juta ekor sapi impor  yang diharapkan dapat berkembang biak dengan cepat dalam dua tahun sehingga jumlah sapi tentunya akan bertambah dua kali lipat. 

“Berarti kita minimal perlu sapi perah ya minimal mungkin 2,5 juta,” ujar Prabowo. 

Rencananya, ada dua negara yang akan menjadi sasaran impor sapi tersebut, yakni Brasil dan India. Kemungkinan besar, sapi dari Brasil akan jauh lebih mahal dibandingkan dari India, pengiriman sapi dari Brasil pun diduga akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan pengiriman dari India. 

Sebelumnya pada Agustus tahun lalu, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian (Kementan) Bambang mengatakan, Indonesia membuka opsi untuk mengimpor sapi hidup dari negara lain selain Australia. Menurutnya, Indonesia tidak ingin terlalu berharap dengan Australia. Adapun negara yang menjadi opsi bagi Indonesia antara lain India, Brasil, hingga Afrika Selatan.

Namun, keputusan mengimpor sapi dari negara-negara tersebut tetap memerlukan kajian. Jika hasilnya tidak memungkinkan maka opsi impor tidak akan diambil. Pemerintah, kata Bambang, sangat berhati-hati dan mengikuti regulasi dalam memutuskan hal tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler