Ternyata Sistem Sinyal di Stasiun Cicalengka Masih Pakai Blok Mekanik, Ini Penjelasan MTI

Hal ini menyebabkan perjalanan kereta api dua arah harus berjalan bergantian.

Republika/Edwin Dwi Putranto
Foto udara proses evakuasi kereta api lokal Bandung Raya yang bertabrakan dengan kereta api Turangga di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (5/1/2024).
Rep: Muhammad Nursyamsi Red: Ahmad Fikri Noor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno mengatakan, KM 181+700 petak jalan antara Stasiun Haurpugur–Stasiun Cicalengka, Jawa Barat, yang menjadi lokasi tabrakan KA Turangga dan Commuter Line Bandung Raya merupakan jalur kereta api tunggal (single track). Hal ini menyebabkan perjalanan kereta api dua arah harus berjalan bergantian.

Baca Juga


Djoko mengatakan, pembangunan jalur ganda (double track) tengah dikerjakan Balai Perkeretaapian Jawa Barat Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. "Pembangunan jalur ganda ini ditargetkan rampung 2024, sehingga sekarang pengerjaan jalur ganda belum rampung," ujar Djoko dalam keterangan tertulis di Jakarta, Ahad (7/1/2023).

Djoko menyampaikan, lintasan ini tergolong ramai. Dalam keseharian, dilintasi 60 commuter line dan 22 KA jarak jauh. Di masa Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 ada penambahan empat perjalanan KA jarak jauh, sehingga total 26 KA jarak jauh melintas setiap hari. 

"Di tengah tingginya perjalanan KA di lokasi ini, sistem persinyalan di Stasiun Cicalengka dan Stasiun Haurpugur rupanya berbeda," ucap Djoko.

Djoko mengatakan sinyal di Stasiun Cicalengka masih menggunaan sinyal blok mekanik, sedangkan sinyal di Stasiun Haurpugur berupa sinyal elektrik. Perbedaan model persinyalan ini akan membedakan cara pengoperasiannya. 

"Makanya, petugas pengatur perjalanan KA (PPKA) akan mengatur perjalanan KA di dua stasiun ini harus memiliki keterampilan mengoperasikan persinyalan yang berbeda ini," ucap akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata tersebut. 

Di jalur rel tunggal, sambung Djoko, sinyal menandakan kereta boleh atau tidak boleh melintas setelah dipastikan petak jalan yang akan dilintasi kereta itu dirasa aman. Karena jalur tunggal akan digunakan bergantian perjalanan kereta api dengan dua arah yang berbeda. Oleh sebab itu, lanjut Djoko, PPKA harus memastikan bahwa tidak ada KA lain di petak jalan itu sebelum memberikan sinyal aman bagi KA yang akan melintas.

KAI merencanakan jalur ganda...

Jalur Ganda dalam Rencana

Data dari Balai Teknik Perkeretapian (BTP) Jawa Barat Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, terkait dengan jalur tunggal pada lokasi kecelakaan itu, sejatinya tengah merencanakan pengerjaan jalur ganda pada pelintasan tersebut. Djoko menyampaikan proyek ini bagian dari upaya peningkatan jumlah jalur kereta api di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. 

Djoko menjelaskan proyek rel ganda itu membentang sejauh 23 kilometer dan terbagi ke dalam dua tahap. Tahap I terbentang mulai dari Gedebage-Cimekar-Rancaekek-Haurpugur sejauh 14 kilometer dan tahap II sepanjang 9 kilometer yang terbagi dua rute, yakni dari Kiaracondong-Gedebage dan Haurpugur-Cicalengka. 

"Pengerjaan proyek ini dilakukan tahun jamak. Sayangnya, belum usai proyek ini terwujud, rute Haurpugur-Cicalengka telah menelan jatuhnya korban akibat tabrakan antar KA," lanjut Djoko.

Djoko mengatakan pengerjaan berupa penataan emplasemen, pengembangan stasiun, sky bridge, pembangunan sistem persinyalan dan telekomunikasi di 13 stasiun, yaitu Stasiun Padalarang, Stasiun Gadobangkong, Stasiun Cimahi, Stasiun Cimindi, Stasiun Andir, Stasiun Ciroyom, Stasiun Bandung, Stasiun Kiaracondong, Stasiun Gedebage, Stasiun Cimekar, Stasiun Rancaekek, Stasiun Haurpugur, dan Stasiun Cicalengka.

Selain itu, dilakukan penanganan perlintasan sebidang Padalarang – Bandung di tiga lokasi, yakni JPL 150A Jl. Baru Munajan, Pusdikpom, JPL 154 Jl. Raya Cimindi, Cimindi dan JPL 157B Jl. Arjuna, Ciroyom.  

Djoko menyebut pengerjaan rel ganda Padalarang – Bandung – Cicalengka upaya peningkatan kapasitas lintas sebagai persiapan pendukung rencana elektrifikasi jalur KA antara Padalarang – Cicalengka dengan menata emplasemen stasiun dan pembangunan stasiun dan pembangunan sistem persinyalan dan telekomunikasi, serta penanganan perlintasan sebidang sebanyak 12 lokasi.

Lebar jalan rel yang digunakan 1.067 mm, jenis rel R-54, gradien maksimum 10 permil, radius minimum 800 meter, jembatan bentang lebih 10 meter sebanyak 12 unit dan menggunakan metode konstruksi timbunan dan galian.

"Nantinya waktu tempuh commuter line Bandung Raya sekitar 35 menit dengan headway 35 menit yang melintas Padalarang–Gadobangkong–Cimahi–Cimindi–Andir–Ciroyom–Bandung PP," ujar Djoko. 

Di samping itu, sambung Djoko, ada kereta feeder kereta cepat Whoosh Padalarang–Cimahi–Bandung melaju 90 km per jam dengan waktu tempuh 22 menit, headway 20 menit dan waktu integrasi kereta cepat Whoosh-KA Feeder kisaran 6-7 menit. Djoko menilai keselamatan dan kenyamanan menjadi dambaan penumpang angkutan umum, seperti moda kereta api. 

"Percepatan elektrifikasi commuter line Bandung Raya sangat dinanti untuk disegerakan. Peristiwa tabrakan KA di jalur ini menjadi pengingat semua pihak  untuk meningkatkan manajemen keselamatan perkeretaapian di Indonesia," kata Djoko.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler