Skandal Baru Kandidat Terkuat Pemilihan Presiden Taiwan
Lai Ching-te diisukan telah memiliki anak gelap.
REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Wakil Presiden Taiwan Lai Ching-te menjadi kandidat terkuat pemilihan presiden pada Sabtu (10/1/2024) mendatang. Ia kandidat paling banyak dikutip media Barat. Lai yang berasal dari partai berkuasa DPP mengatakan, ia akan terbuka untuk terlibat dengan Cina.
DPP ingin memperkuat identitas Taiwan dan berpendapat agresi Cina dapat dicapai melalui peningkatan kemitraan dengan negara-negara satu visi. Ia memilih Hsiao Bi-khim, mantan duta besar Taiwan untuk Amerika Serikat (AS), sebagai pasangannya.
Menurut pengamat, dipilihnya Hsiao menunjukkan, Lai memandang pentingnya hubungan diplomatik dengan negara-negara demokrasi lainnya. Sebelumnya ia mengatakan ia mampu memberikan "visi global" yang diperlukan untuk mengatasi ketegangan dengan Cina.
"Meskipun bercita-cita untuk perdamaian, kami tidak memiliki ilusi. Kami akan membangun pertahanan Taiwan, memperkuat kemampuan Taiwan di bidang keamanan ekonomi, meningkatkan kemitraan dengan negara-negara demokrasi di seluruh dunia, dan mempertahankan kepemimpinan yang stabil dan berprinsip dalam hubungan lintas Selat Taiwan," kata pria 64 tahun itu seperti dikutip dari the Independent, Selasa (8/1/2024) lalu.
Meski menjadi kandidat terkuat, Lai dan DPP pernah diterpa masalah yang sempat memukul angka dukungan ke partai berkuasa itu. Pada Juni tahun lalu, jajak pendapat yang dilakukan Taiwan Public Opinion Foundation (TPOF) menunjukkan 35 persen penduduk Taiwan menyatakan puas dengan cara Ketua Partai Progresif Demokratik (DPP) Lai Ching-te menangani tuduhan pelecehan seksual di partainya, sementara 31 persen lainnya merasa tidak puas.
Pada Mei 2023, DPP menghadapi serangkaian tuduhan pelecehan dan penyerangan seksual yang melibatkan anggota dan pejabat partai. Dalam laporannya, TPOF mengatakan menunjukkan angka-angka jajak pendapat menunjukkan partai tersebut mungkin telah melewati badai, tetapi krisis belum terselesaikan.
Lai telah meminta maaf kepada para korban dan masyarakat Taiwan dalam dua kesempatan dan menekankan komitmen DPP untuk "tidak mentolerir" pelanggaran seksual. Dia juga berjanji untuk mengubah peraturan internal, memperkuat mekanisme pelecehan seksual, dan mempromosikan pendidikan kesetaraan gender di dalam partai.
Ketua TPOF, You Ying-lung, mengatakan penanganan krisis yang dilakukan Lai terlihat lebih efektif dibandingkan dengan tanggapan Presiden Tsai Ing-wen terhadap skandal plagiarisme yang melibatkan para kandidat DPP tahun lalu, yang berdampak buruk pada performa partai dalam pemilu jeda. Tsai kemudian mengundurkan diri sebagai ketua partai.
Implikasi dari skandal ini terhadap pemilihan presiden 2024 mendatang, masih belum pasti. Jajak pendapat Yahoo mengindikasikan bahwa lebih dari 60 persen responden percaya bahwa skandal ini akan memiliki "dampak yang signifikan" pada pemilihan.
Dalam jajak pendapat TPOF, responden ditanya, "Baru-baru ini, telah terjadi kasus pelecehan seksual di dalam DPP. Secara umum, apakah Anda puas atau tidak puas dengan penanganan Ketua Lai Ching-te terhadap kasus-kasus pelecehan seksual ini?"
Hasilnya menunjukkan, sekitar 35 persen menyatakan tingkat kepuasan yang bervariasi, sementara 31 persen menyatakan tidak puas. Sebanyak 21,1 persen tidak memiliki pendapat, dan 13,7 persen mengatakan tidak tahu atau menolak untuk menjawab.
Tingkat kepuasan berbeda di antara kelompok usia yang berbeda, dengan mayoritas responden berusia 55 tahun ke atas menyatakan puas, sementara 48 persen responden berusia 25-34 tahun memilih untuk tidak mengungkapkan pendapat mereka.
Afiliasi partai juga berperan dalam bagaimana responden mengevaluasi kinerja Lai. Sebanyak 78 persen pendukung Partai Pembangunan Nasional Taiwan dan 57 persen pendukung DPP menunjukkan kepuasan, sementara 62 persen pendukung Kuomintang dan 48 persen pendukung Partai Rakyat Taiwan menunjukkan ketidakpuasan.
Beberapa hari jelang pemungutan suara Lai juga diterpa isu yang hampir serupa. Salah situs Cina, inf.news melaporkan skandal yang menerpa Lai kali ini sudah berusia 15 tahun. Lai dituduh memiliki anak di luar nikah.
Seorang staf yang sudah lama bekerja dengannya mengatakan anak di luar nikah Lai sudah kuliah dan diberi nama Lai Ting. Ia disebut anak Lai dari Zhuang atau Chen, seorang pelukis yang membuat lukisan foto mantan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe. Anak itu dilaporkan lahir di Jepang yang artinya tidak ada cara untuk mendapatkan surat keterangan kesehatan atau surat keterangan ibunya.