Geopolitik Makin Panas, Rupiah Anjlok
Rupiah menurun sebesar 38 poin atau 0,24 persen menjadi Rp15.593 per dolar AS.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah di akhir perdagangan Selasa (16/1/2024) anjlok menjadi Rp 15.593 per dolar AS, disebabkan oleh kekhawatiran terhadap risiko geopolitik.
"Kekhawatiran terhadap resiko geopolitik saat ini mendominasi sentimen pelaku pasar," kata analis ICDX Taufan Dimas Hareva di Jakarta.
Dari Pusat Komando Amerika Serikat (AS), sebuah kapal kontainer yang dimiliki dan dioperasikan AS pada Senin dihantam oleh rudal balistik antikapal dari wilayah Yaman yang dikuasai Houthi.
Hal tersebut terjadi setelah beberapa hari usai Amerika Serikat dan Inggris melancarkan serangan gabungan terhadap sasaran Houthi di Yaman.
Selain itu, pergerakan mata uang rupiah hari ini juga tertekan oleh penguatan kinerja mata uang dolar AS pascakomentar dari pejabat The Fed.
Taufan menuturkan, Presiden Federal Reserve (Fed) Atlanta Raphael Bostic yakin suku bunga harus dipertahankan setidaknya hingga musim panas untuk mencegah harga naik lagi. Di sisi optimisme, rilis neraca perdagangan Indonesia yang surplus akan memberi angin segar pada kinerja mata uang rupiah.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia untuk Desember 2023 menyentuh 3,31 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada November 2023 sebesar 2,41 miliar dolar AS.
Dengan perkembangan data tersebut, kondisi neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Desember 2023 mencatat surplus 36,93 miliar dolar AS, melanjutkan capaian surplus pada periode yang sama pada 2022 sebesar 54,46 miliar dolar AS.
Pada penutupan perdagangan Selasa, rupiah menurun sebesar 38 poin atau 0,24 persen menjadi Rp15.593 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.555 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa juga melemah ke posisi Rp15.592 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp15.555 per dolar AS.