26 Organisasi Internasional Kritik Serangan Militer AS ke Yaman
Yaman sedang alami krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Sebanyak 26 organisasi internasional telah menyampaikan keprihatinan besar atas serangan militer Amerika Serikat (AS) dan Inggris ke Yaman belum lama ini. Mereka mengingatkan bahwa Yaman sedang mengalami krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Ke-26 organisasi yang menyampaikan keprihatinan tersebut antara lain, Action contre la Faim (ACF), Action for Humanity International, CARE, the Danish Refugee Council, dan Muslim Hands. Selain itu, the Norwegian Refugee Council dan Save the Children juga termasuk di dalamnya.
"Krisis kemanusiaan di Yaman masih merupakan salah satu yang terbesar di dunia dan eskalasinya hanya akan memperburuk situasi bagi warga sipil yang rentan dan menghambat kemampuan organisasi bantuan untuk memberikan layanan penting," kata mereka dalam sebuah pernyataan bersama, Selasa (16/1/2024), dikutip laman Middle East Monitor.
"Kami mendesak semua pihak untuk memprioritaskan saluran diplomatik dibandingkan opsi militer untuk meredakan krisis dan menjaga kemajuan upaya perdamaian di Yaman. Warga sipil dan infrastruktur sipil harus dilindungi, dan pengiriman bantuan kemanusiaan yang aman dan tanpa hambatan harus dijamin," ujar mereka.
Pada Selasa lalu, Amerika Serikat (AS) kembali meluncurkan serangan udara ke Yaman. AS menghancurkan empat rudal balistik anti-kapal milik kelompok Houthi yang siap diluncurkan.
Sejak pekan lalu, AS sudah melancarkan serangan militer ke Yaman. Serangan pertama diluncurkan pada 11 Januari 2024.
Serangan kedua dilakukan pada 13 Januari 2024. Kedua serangan itu membidik fasilitas-fasilitas milik Houthi. Serangan tersebut merupakan tanggapan AS karena Houthi mengancam akan terus menyerang kapal-kapal dagang di Laut Merah dan Teluk Aden.
Pada Senin (15/1/2024) lalu, kapal kargo jenis bulker bernama Gibraltar Eagle yang dimiliki dan dioperasikan AS diserang menggunakan rudal oleh Houthi. Saat itu, kapal saat sedang berlayar di Teluk Aden.
Operator kapal Gibraltar Eagle, Eagle Bulk Shipping, mengungkapkan, Gibraltar Eagle terhantam proyektil tak dikenal. Kapalnya sedang berlayar 100 mil dari Teluk Aden kala itu.
"Akibat hantaman tersebut, kapal itu mengalami kerusakan ringan pada ruang kargo, tapi stabil dan sedang menuju keluar dari area tersebut," kata Eagle Bulk seraya menambahkan bahwa Gibraltar Eagle membawa muatan produk baja.
Serangan rudal ke Gibraltar Eagle merupakan balasan Houthi atas serangan militer AS dan Inggris ke Yaman. Houthi telah bertekad memperluas sasarannya di wilayah Laut Merah dengan mencakup kapal-kapal AS.
Mereka pun telah menyatakan siap terlibat pertempuran terbuka dengan Negeri Paman Sam. Sejak pertengahan 19 November 2023, kelompok Houthi telah meluncurkan puluhan serangan rudal dan drone ke kapal-kapal komersial yang melintasi Laut Merah.
Houthi mengeklaim mereka hanya membidik kapal-kapal milik atau menuju pelabuhan Israel. Serangan terhadap kapal-kapal tersebut merupakan bentuk dukungan Houthi terhadap perjuangan dan perlawanan Palestina.
Sejak Houthi aktif menyerang kapal-kapal di Laut Merah, sejumlah perusahaan kargo memutuskan untuk menghindari wilayah perairan tersebut. Perubahan jalur laut dengan menghindari pelayaran melintasi Laut Merah dapat menyebabkan penundaan pengiriman kargo dan memicu kenaikan ongkos pengiriman.
Hal itu karena Laut Merah merupakan jalur terpendek antara Asia dan Eropa melalui Terusan Suez. Laut Merah adalah salah satu jalur laut yang paling sering digunakan di dunia untuk pengiriman minyak dan bahan bakar.