Ahli Politik Australia: Prabowo tak Terbendung Jadi Presiden

Prabowo - Gibran semakin meraih dukungan.

Republika/Thoudy Badai
Capres dan cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menyampaikan gagasannya saat menghadiri acara Penguatan Antikorupsi untuk Penyelenggara Negara Berintegritas (PAKU Integritas) di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (17/1/2024). Kegiatan yang diselenggarakan KPK tersebut dihadiri oleh ketiga pasangan capres dan cawapres nomor urut 1, 2 dan 3 dengan tujuan untuk menyampaikan terkait persoalan dan hambatan KPK dalam pemberantasan korupsi sehingga para pasangan capres dan cawapres tersebut dapat terlibat dalam penyelesaian persoalan yang dihadapi KPK.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Ilmu Politik Australian National University (ANU), Marcus Mietzner, menilai pasangan calon (paslon) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka akan memenangi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Berbekal hasil survei Indikator Politik Indonesia periode 30 Desember 2023-6 Januari 2024, setidaknya hipotesis tersebut berdasarkan beberapa hal.

Baca Juga


Pertama, ungkapnya, selisih elektabilitas Prabowo-Gibran dengan kedua pesaingnya, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, terpaut sekitar 20%. Angka tersebut tergolong besar, apalagi jika merujuk dengan pilpres di negara lain, termasuk yang sebelumnya terjadi di Indonesia.

Dalam riset Indikator disebutkan, elektabilitas Prabowo-Gibran sebesar 45,79%. Sementara itu, Anies-Muhaimin 25,47% dan Ganjar-Mahfud 22,96%.

"Saya rasa, itu harus dibaca dalam konteks komparatif. Kalau kita lihat pemilu-pemilu di seluruh dunia, kalau ada konstelasi angka seperti itu, rata-rata komentator akan bilang, 'Oh, ini sudah selesai'," ucapnya dalam paparannya atas hasil survei Indikator secara daring, Kamis (18/1).

Kedua, sambung Marcus, selisih tingkat dukungan antara Prabowo-Gibran dengan pesaingnya dalam skenario dua paslon meningkat menjadi 28%. "Masih sekali dan sulit (dikalahkan)," jelasnya.

Kemudian, ungkapnya, hasil survei beberapa lembaga lain juga memiliki temuan serupa dengan riset Indikator tersebut. Ini berbeda dengan Pilpres 2014 dan 2019.

"Tidak ada seperti (Pilpres) 2014 (dan) 2019, (di mana) lembaga survei yang bilang angka-angka kami sangat berbeda. Jadi, trennya sudah jelas, selisihnya jelas, dan itu disepakati oleh hampir semua lembaga survei yang mengluarkan hasil," katanya.

"Jadi, kalau semua data itu dikumpulkan, sulit untuk dikatakan bahwa masih ada kemungkinan untuk orang lain (dilantik) jadi presiden selain Prabowo pada 20 Oktober tahun ini," imbuh dia.

Kendati demikian, Marcus tidak bisa memperkirakan apakah Pilpres 2024 akan berlangsung satu atau dua putaran. "Tidak ada saat ini yang bisa memastikan atau berspekulasi apakah 1 putaran atau 2 putaran," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler