Mencari Akar Ketegangan Iran-Pakistan 

Sudah lama daerah di perbatasan Iran dan Pakistan dianggap wilayah yang bergejolak.

EPA-EFE/ABEDIN ATEHRKENAREH
Seorang pria Iran menonton berita melalui ponselnya di kiosnya di Teheran, Iran, (18/1/2024). Menurut kantor Berita Irna, sembilan orang tewas setelah Pakistan melakukan serangan rudal di kota Saravan
Rep: Lintar Satria Red: Setyanavidita livicansera

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Aksi saling serang lintas batas Iran dan Pakistan pekan ini, memicu kekhawatiran meningkatnya ketegangan di kawasan yang sudah dilanda instabilitas akibat serangan Israel ke Gaza. Namun, menurut pejabat Iran, serangan Iran didorong keamanan internal dibandingkan ambisi di Timur Tengah.

Baca Juga


Sudah lama daerah di perbatasan Iran dan Pakistan dianggap wilayah yang bergejolak. Dua pengamat dan dua pejabat Iran mengatakan kedua belah pihak tampaknya ingin menahan ketegangan paling panas selama beberapa tahun terakhir.

Iran mengguncang kawasan dengan menembakan rudal ke milisi sunni di barat daya Pakistan. Dua hari kemudian Islamabad membalasnya dengan menyerang apa yang mereka sebut milisi separatis di Iran.

Serangan pertama Pakistan ke Iran sejak Perang Iran-Irak di 1980-1988. Serangan pada Selasa (16/1/2024) lalu, merupakan serangan lintas batas terbesar Iran ke milisi Jaish al-Adl (JAA) yang Teheran duga memiliki koneksi dengan ISIS. Banyak anggota JAA mantan anggota Jundallah yang kini sudah bubar. Jundallah berbaiat pada ISIS.

Langkah ini memperdalam kekhawatiran instabilitas akan menyebar ke seluruh Timur Tengah. Terutama karena milisi-milisi yang didukung Iran di Yaman, Suriah dan Lebanon meluncurkan serangan ke target-target Amerika Serikat (AS) dan Israel.

Termasuk jalur pelayaran Laut Merah sebagai bentuk simpati pada rakyat Palestina di Gaza. Serangan ke Pakistan juga digelar satu hari setelah Iran meluncurkan serangan ke apa yang mereka sebut markas spionase Israel dan operasi ISIS di Irak dan Suriah. Namun, sejauh ini ketegangan antara Iran dan Pakistan terjadi jauh dari medan perang, di sebuah daerah terpencil, tempat kelompok-kelompok separatis dan teroris menggelar serangan ke target-target pemerintah.

Pengamat dari lembaga konsultasi risiko internasional, Eurasia Group Gregory Brew mengatakan serangan Teheran lebih termotivasi pada ancaman milisi domestik usai ledakan bom 3 Januari 2024. ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan hampir 100 orang itu. "Terdapat banyak tekanan 'untuk melakukan sesuatu' di dalam negeri dan pemimpin merespons tekanan itu," kata Brew, Kamis (18/1/2024).

Juru bicara kementerian luar negeri Iran dan Pakistan belum menanggapi permintaan komentar. Pakistan menarik duta besarnya dari Iran sebagai protes serangan Selasa (16/1/2024) lalu. Teheran juga mengecam keras serangan Pakistan pada Kamis kemarin dan memanggil diplomat paling senior Pakistan di negara itu.

Namun, dalam pernyataannya, kedua pemerintah tidak mengkaitkan serangan mereka dengan perang Gaza atau dukungan pada Palestina yang dilakukan jaringan milisi yang didukung Iran. "Iran menganggap keamanan rakyat dan integritas teritorial sebagai garis merah dan berharap negara sahabat dan saudara Pakistan mencegah pangkalan milisi bersenjata di tanahnya," kata kementerian luar negeri Iran pada Kamis kemarin.  

Bagi Iran, gejolak kali ini dipicu serangan bom dalam peringatan hari kematian Jenderal Qassem Soleimani pada 3 Januari 2024. Komandan unit luar negeri Garda Revolusi, al-Quds itu tewas dalam serangan drone AS pada 2020.

Soleimani merupakan arsitek upaya Iran dalam membangun pengaruhnya di Timur Tengah. Teheran berjanji akan membalas dendam pada ISIS yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Sumber yang didekat dengan ulama penguasa Iran mengatakan pengeboman di Kerman tersebut "membuat malu pemimpin" Iran karena menunjukkan kerentanan negara itu.

Sumber Pemerintah Iran mengatakan tujuan dari serangan ke perbatasan sisi Pakistan bertujuan untuk menunjukkan kemampuan organisasi keamanan untuk mengatasi kekhawatiran warga Iran tentang keamanan di negara itu. "Serangan-serangan teroris akan mendapat respon menghancurkan dari Iran," katanya. 

sumber : reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler