Aksi Solidaritas Fans K-Pop untuk Palestina: 'Mogok' Dengar Lagu BTS Hingga Seventeen?
4 agensi hiburan Korea jadi target karena diduga mendukung produk terafiliasi Israel.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tagar #StrikeAgainstThe4 menjadi tren di media sosial X. Akun media sosial @tyunphd mengajak penggemar K-pop bergabung dalam kampanye #StrikeAgainstThe4 sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina.
Dalam unggahannya, akun tersebut mendeklarasikan pemogokan terhadap empat agensi besar industri K-pop yang mereka sebut sebagai The Big 4 yakni Hybe, Jype, SM Entertainment, dan YG Entertainment. “Sebagai solidaritas dengan warga Palestina, kami telah mendeklarasikan pemogokan terhadap perusahaan-perusahaan Empat Besar. Merch dan musik tidak akan dibeli atau didengarkan,” tulis akun @tyunphd.
Dalam keterangannya, @tyunphd menyatakan selama periode pemogokan dari 23 hingga 28 Januari 2024, para penggemar diharapkan tidak mendengarkan musik atau membeli merchandise dari perusahaan-perusahaan tersebut. Penggemar juga diajak untuk tidak menggunakan layanan streaming dari perusahaan tersebut.
Keputusan untuk menyerang The Big 4 didasarkan pada dukungan perusahaan-perusahaan ini terhadap merek besar seperti McDonald's dan Starbucks yang disebut telah menyumbangkan jutaan dolar AS kepada Israel. Mereka menekankan bahwa ini bukan hanya untuk HYBE, tetapi semua fandom K-pop diharapkan berpartisipasi.
Sebagai bagian dari kampanye ini, para penggemar diminta tidak hanya menolak mendukung musik dan merchandise, tetapi juga untuk tidak membagikan atau menyimpan musik dari perusahaan The Big 4. Pemogokan ini juga mencakup larangan suka, simpan, atau berbagi musik dari grup yang bernaung di bawah perusahaan-perusahaan tersebut.
Dalam daftar panjang grup yang diminta untuk dihindari termasuk BTS, TXT, Enhypen, 2PM, NCT, iKON, Seventeen, WayV, 2NE1, Aespa, dan banyak lainnya. Akun @tyunphd menegaskan bahwa tindakan ini bukan usulan, persetujuan, atau saran dari orang Palestina.
Dia mengajak semua penggemar/fandom K-pop untuk ikut serta dalam kampanye ini sebagai bentuk protes. Pihak terkait belum memberikan tanggapan resmi terkait kampanye ini, tapi, hal ini memicu diskusi di media sosial tentang keterlibatan selebritas dan agensi hiburan dalam isu-isu politik internasional.