Kembali Serang Yaman, AS-Inggris: Bentuk Bela Diri

Sekitar 25 hingga 30 amunisi ditembakkan dalam serangan terbaru ke Yaman.

EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Pejuang Houthi bersenjata tengah mengukur berat badannya pada timbangan berbendera AS dan Israel, di Sanaa, Yaman, (17/1/2024).
Rep: Kamran Dikarma Red: Setyanavidita livicansera

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) dan Inggris kembali meluncurkan serangan militer ke Yaman, Senin (22/1/2024). Mereka menargetkan situs penyimpanan bawah tanah milik kelompok Houthi. Serangan itu dilancarkan setelah Houthi mengumumkan bahwa mereka menyerang kapal kargo militer berbendera Amerika di Teluk Aden.

Baca Juga


Seorang pejabat senior militer AS, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan sekitar 25 hingga 30 amunisi ditembakkan dalam serangan terbaru ke Yaman. Serangan turut mengerahkan pesawat tempur yang bertolak dari kapal induk AS.

Sementara itu Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps mengungkapkan, serangan terbaru ke Yaman adalah sebuah tindakan pembelaan diri. Hal itu karena Houthi terus menyerang kapal-kapal dagang dan kargo di Laut Merah. “Tindakan ini akan memberikan pukulan lain terhadap terbatasnya stok mereka dan kemampuannya mengancam perdagangan global,” ujar Shapps.

Sejak 11 Januari 2024, AS sudah delapan kali meluncurkan serangan yang menargetkan fasilitas-fasilitas Houthi di Yaman. Para pejabat AS mengklaim serangkaian serangan tersebut telah menurunkan kemampuan Houthi untuk melakukan serangan yang kompleks. Namun mereka menolak memberikan angka spesifik mengenai jumlah rudal, radar, drone, atau kemampuan militer Houthi lainnya yang dihancurkan sejauh ini. “Kami mendapatkan dampak yang diharapkan,” kata pejabat militer AS kepada wartawan Pentagon.

Agresi AS dan sekutunya ke Yaman tak menciutkan nyali Houthi dan menghentikan mereka menyerang kapal-kapal di Laut Merah. Pada Senin lalu, Houthi mengatakan telah menyerang kapal kargo militer berbendera AS, Ocean Jazz, di Teluk Aden.

Houthi mengatakan, serangan tersebut merupakan balasan atas agresi Negeri Paman Sam ke Yaman. “Angkatan bersenjata Yaman terus membalas setiap agresi Amerika atau Inggris terhadap negara kami dengan menargetkan semua sumber ancaman di Laut Merah dan Arab,” kata juru bicara militer Houthi, Yahya Sarea, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari laman Al Arabiya.

Belum ada keterangan dari otoritas AS atau operator kapal Ocean Jazz tentang apa dampak dari serangan Houthi. Pada 15 Januari 2024 lalu, kapal kargo jenis bulker bernama Gibraltar Eagle yang dimiliki dan dioperasikan AS diserang menggunakan rudal oleh Houthi saat sedang berlayar di Teluk Aden. Operator kapal Gibraltar Eagle, Eagle Bulk Shipping, mengungkapkan, Gibraltar Eagle terhantam proyektil tak dikenal saat berlayar 100 mil dari Teluk Aden.

“Akibat hantaman tersebut, kapal itu mengalami kerusakan ringan pada ruang kargo, tapi stabil dan sedang menuju keluar dari area tersebut,” kata Eagle Bulk, seraya menambahkan bahwa Gibraltar Eagle membawa muatan produk baja. Houthi sudah menyatakan bahwa mereka siap terlibat dalam perang terbuka dengan AS.

Sejak pertengahan 19 November 2023, kelompok Houthi telah meluncurkan puluhan serangan rudal dan drone ke kapal-kapal komersial yang melintasi Laut Merah. Houthi mengklaim mereka hanya membidik kapal-kapal milik Israel atau menuju pelabuhan Israel.

Serangan terhadap kapal-kapal tersebut merupakan bentuk dukungan Houthi terhadap perjuangan dan perlawanan Palestina. Sejak Houthi aktif menyerang kapal-kapal di Laut Merah, sejumlah perusahaan kargo memutuskan untuk menghindari wilayah perairan tersebut.

Perubahan jalur laut dengan menghindari pelayaran melintasi Laut Merah dapat menyebabkan penundaan pengiriman kargo dan memicu kenaikan ongkos pengiriman. Hal itu karena Laut Merah merupakan jalur terpendek antara Asia dan Eropa melalui Terusan Suez. Laut Merah adalah salah satu jalur laut yang paling sering digunakan di dunia untuk pengiriman minyak dan bahan bakar.

sumber : reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler