Kota dan Danau di Mesir Ini Diduga Kuat Jadi Lokasi Binasanya Qarun dan Kekayaannya
Qarun dan kekayaannya ditenggelamkan Allah SWT
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kisah Qarun yang dianugerahi kekayaan lalu durhaka terhadap Allah SWT termasuk salah satu kisah agung yang Diabadikan Alquran.
Qarun dikenal sebagai orang yang sangat kaya. Kekayaannya membuat iri orang-orang Bani Israil. Karena kekayaannya itu pula, Qarun senantiasa memamerkan dirinya kepada khalayak ramai.
Bahkan, begitu banyak kekayaan yang dimilikinya, sampai-sampai anak kunci untuk menyimpan harta kekayaannya harus dipikul oleh sejumlah orang-orang yang kuat. (Al-Qashash [28]: 76).
إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ ۖ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ
“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri."
Sejumlah ulama mengatakan, yang dimaksud dengan lelaki yang kuat itu adalah diperkirakan tenaganya antara 10 sampai 40 lelaki di masa kini. Hal ini dikarenakan, kunci-kuncinya sangat berat dan tempat untuk menyimpan harta kekayaan Qarun sangat besar.
Sejumlah penelitian terkini, mencoba mengungkapkan tentang sisa-sisa peninggalan yang diduga kuat milik Qarun. Sekitar 150 kilometer (km) di Barat Daya Kairo, Mesir, tepatnya di Al-Fayyum, terdapat reruntuhan bangunan yang dipercaya sebagai tempat tinggal Qarun.
Tempat ini berdekatan dengan Danau Qarun (Qarun lake), atau kurang lebih berjarak sekitar 2 km. Menurut beberapa sumber, bangunan yang masih berdiri kokoh adalah benteng yang dibangun oleh Qarun. Namun, ada pula yang mengatakan, bangunan itu adalah istana milik Qarun (qasharu Qarun).
Menurut DR Rusydi al-Badrawy, dalam bukunya Qashash al-Anbiya' wa al-Tarikh (Kisah Para Nabi dan Sejarahnya), Bahirah Qarun ini dulu pernah dilakukan penelitian oleh ahli Geologi dari Eropa Barat.
Penelitian difokuskan...
Penelitian difokuskan untuk membuktikan, apakah di lokasi tersebut pernah terjadi sebuah bencana berupa gempa hingga menenggelamkan Qarun beserta rumahnya, seperti diungkapkan dalam Alquran.
Hasilnya? Setelah melalui pengkajian yang komprehensif, tulis Rusydi al-Badrawy, para peneliti dari Eropa itu berkesimpulan bahwa di zaman dahulu kala, benar di lokasi itu pernah terjadi bencana berupa gempa bumi yang sangat besar, terutama di bagian sebelah selatan danau Qarun.
''Ini membuktikan bahwa kisah Qarun pernah terjadi di sekitar danau tersebut,'' tulis Rusydi. Dan, menurut penduduk Mesir, di Al-Fayyum ini dulunya Qarun tinggal.
Kini, danau Qarun tampak tenang. Meski di baliknya menyimpan sebuah pelajaran yang sangat berarti bagi umat manusia. Yakni, kesombongan dapat membinasakan dirinya, sebagaimana yang terjadi pada Qarun.
Rusydi menjelaskan, danau ini sudah ada sejak dahulu sebelum Qarun ada. Danau tersebut dulunya merupakan sebuah danau kecil yang disebut dengan Munkhafazh al-Laahun.
Tentu saja masih diperlukan penelitian yang lebih mendalam di lokasi ini mengenai ditenggelamkannya Qarun. Sebab, bila di situ benar tempat Qarun ditenggelamkan bersama hartanya, tentunya akan ditemukan sejumlah harta kekayaan Qarun yang banyak itu.
Bangunan yang tersisa di kampung Abaza atau Al-Fayyum ini, hanya berupa puing-puingnya. Namun demikian, orang yang berkunjung ke lokasi ini dapat menikmati sisa-sisa kekayaan Qarun dengan bangunannya yang sangat megah.
Dua buah tiang yang menandakan kemegahan bangunan yang didirikan di zaman Qarun, masih tampak kokoh berdiri di dekat pintu masuk.
Masuk ke dalam bangunan, pengunjung juga dapat menyaksikan kemegahan istana Qarun. Menurut Aep Saepulloh Darusmanwiati, salah seorang pemandu wisata salah satu biro perjalanan wisata, istana Qarun ini belum selesai digali.
Masih banyak bangunan dan kamar-kamar atau ruangan di bahwa tanah yang belum sempat digali, barangkali karena pemerintah Mesir tidak menganggarkan untuk menggalinya.
''Para pengunjung juga dapat naik ke atas istana sekaligus dapat menyaksikan bagian-bagian kamar yang dibuatnya. Seni arsitekturnya sangat luar biasa. Hal ini tampak dari jendela yang dibuat dari batu besar yang dipahat sangat indah dan cantik untuk memasukkan sinar matahari.''
Sementara itu, pada bagian paling atas, para pengunjung dapat melihat ada dua gambar menempel di tembok. Gambar pertama adalah seorang manusia berkepala buaya yang merupakan jelmaan dari Dewa Sobek, penguasa Al-Fayyum, dan kedua manusia biasa, hanya sayang yang tampak tinggal bagian perut ke bawah saja, kepalanya sudah tidak ada. Manusia ini boleh jadi adalah Qarun. Dua gambar dimaksud bermakna: ''Dewa Sobek akan selalu melindungi dan menaungi Qarun.''
Al-Fayyum, tempat yang diyakini sebagai tempat tinggal Qarun pada zaman Nabi Musa dahulu, menurut riwayat sudah ada sejak zaman Nabi Yusuf Alaihissalam.
Seperti dikutip Aep Saepullah dalam artikelnya yang berjudul Menjelajahi Kota Al-Fayyum, berdasarkan keterangan para ulama Islam yang dimuat dalam sejumlah karya klasik disebutkan, Nabi Yusuf yang pertama kali membangun Kota Al-Fayyum. Konon, sewaktu membangun kota ini, Nabi Yusuf memerlukan waktu sekitar 70 hari.
Aep Saepullah menambahkan, Al-Fayyum berasal dari bahasa Arab, yakni Alfu Yawmin yang berarti 1000 hari. Ada dua versi mengenai nama Al-Fayyum.
Pertama, sebagaimana ditulis oleh Imam al-Humairy dalam bukunya ar-Raudh al-Mu'thar fi Khabar al-Aqthar, disebut Alf Yaum karena perharinya pajaknya m Selain encapai 1000 (alf) dinar.
Baca juga: Ingin Segala Urusan Dipermudah Allah SWT? Baca Doa dari Alquran Berikut Ini
Ini artinya, pajak satu hari di Al-Fayyum sama dengan seribu hari (alf yaum) di kota-kota Mesir lainnya. Hanya, riwayat ini tidak masyhur di kalangan para ahli sejarah.
Riwayat kedua, dan riwayat ini merupakan riwayat yang paling masyhur, bahwa penamaan Al-Fayyum ini erat kaitannya dengan Nabi Yusuf AS. Saat itu, setelah Nabi Yusuf mendekam di penjara selama 7 tahun, setahun kemudian Nabi Yusuf diangkat menjadi menteri perbendaharaan Mesir.
Tugas pertama adalah menangani musim paceklik yang akan menimpa Mesir, selama tujuh tahun. Lalu, Nabi Yusuf menggali tiga buah selat di sekitar Sungai Nil untuk mengalirkan airnya ke Al-Fayyum, yaitu selat bagian barat, timur, dan bagian atas, hulu (upper, sha'id).
Dengan digalinya tiga selat tersebut, daerah Al-Fayyum menjadi subur dan hijau, karena air sudah masuk, baik dari Sungai Nil maupun air yang keluar dari dalam tanah.