Lihat Peluang dari Limbah, Perusahaan di Kediri Ekspor Bonggol Jagung ke Jepang
Terbaru, diekspor 66 ton hasil olahan bonggol jagung ke Jepang.
REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI — Bonggol jagung biasanya dibuang begitu saja. Namun, bagi CV Berdikari, limbah jagung itu justru bisa menjadi peluang ekonomi. Bahkan, perusahaan di Kediri, Jawa Timur, bisa mengekspor hasil olahan bonggol jagung itu ke Jepang.
“Limbah bonggol jagung dimanfaatkan oleh masyarakat Jepang untuk media tanam jamur,” kata Manajer CV Berdikari, Wawan.
Wawan mengatakan, perusahaannya melihat peluang bisnis itu karena Jawa Timur merupakan salah satu sentra penghasil jagung terbesar di Indonesia. Menurut dia, masih jarang petani yang memanfaatkan bonggol jagung.
Wawan menjelaskan, perusahaannya mengolah bonggol jagung itu. Bonggol jagung awalnya dikeringkan, kemudian digiling. Hasilnya dimasukkan dalam kemasan press. “Permintaan bonggol jagung sangat tinggi. Kita bisa ekspor delapan kali (dalam setahun), dengan rata-rata ekspor 60 hingga 70 ton,” ujar Wawan.
Terbaru, CV Berdikari mengekspor 66 ton olahan bonggol jagung ke Jepang, dengan nilai ekonomi sekitar Rp 250 juta. Sebelum diekspor, produk bonggol jagung itu melalui pemeriksaan karantina terlebih dahulu.
Pejabat Karantina Tumbuhan Kediri, Eka Noviasari, mengatakan, pihaknya sudah memeriksa produk bonggol jagung yang diekspor ke Jepang itu.
“Komoditas ekspor harus dipastikan sesuai dengan dokumen, jenis, dan jumlahnya. Yang lebih penting lagi dipastikan bebas dari organisme pengganggu tumbuhan. Setelah itu bisa kita terbitkan sertifikat kesehatan atau phytosanitary certificate,” kata Eka, Kamis (25/1/2024).
Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BKHIT) Jawa Timur Muhlis Natsir mengatakan, pihaknya mendorong peningkatan ekspor produk-produk pertanian. Ia menilai, ekspor komoditas bonggol jagung tersebut menjadi salah satu tanda potensi bidang pertanian di Jawa Timur.
“Tidak hanya produk unggulan saja yang bisa diekpors, bonggol jagung yang kita kira itu limbah juga ternyata bisa bernilai ekonomi tinggi. Ini terbukti dari besarnya permintaan dari Jepang,” kata Muhlis.