Belanja Konsumen Dorong Ekonomi AS Tumbuh Lebih Cepat

Ukuran inflasi dalam perekonomian meningkat pada laju 1,9 persen.

AP Photo/Eric Gay
Seseorang memancing dilatarbelakangi Pelabuhan Aransas, Texas, Amerika Serikat. Pada 2021 ekonomi AS mengalami pertumbuhan dengan laju tercepat sejak kepresidenan Ronald Reagan.
Rep: Muhammad Nursyamsi Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh pada kuartal IV 2023 sebesar 3,3 persen secara tahunan.  Angka tersebut melebihi ekspektasi para ekonom yang memperkirakan pertumbuhan kuartal IV 2023 hanya berada di angka dua persen.

Kepala Ekonom di PNC Financial di Pittsburgh, Pennsylvania, AS, Gus Faucher, menyampaikan sejumlah faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV 2023. Salah satunya ialah pertumbuhan belanja konsumen sebesar 2,8 persen yang menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi AS.

"Orang Amerika makan malam dan menginap di hotel selama musim liburan serta meningkatkan pengeluaran untuk layanan kesehatan. Mereka juga membeli barang-barang rekreasi dan kendaraan," ujar Faucher, seperti dilansir dari Reuters pada Jumat (26/1/2024).

Faucher menyebut peningkatan konsumsi disebabkan adanya kenaikan upah, kenaikan bunga dan pendapatan dividen yang lebih dari cukup untuk mengimbangi penurunan tunjangan sosial pemerintah, termasuk kupon makanan serta layanan negara bagian dan pemerintah federal, Medicaid.

"Pengeluaran juga didukung oleh penghematan rumah tangga dan penurunan inflasi," ucap Faucher.

Namun, dia memperkirakan belanja pemerintah kemungkinan akan melambat pada beberapa kuartal mendatang. dana pemerintah yang diberikan kepada rumah tangga juga diperkirakan akan semakin menurun.

Meskipun demikian, lanjut dia, sebagian besar ekonom tidak yakin hal ini akan menggagalkan ekspansi, terutama jika The Fed melonggarkan kebijakan moneternya dan pasar saham mempertahankan tren kenaikannya.

"Pertumbuhan diperkirakan akan melambat tahun ini, namun perekonomian AS kemungkinan akan terhindar dari resesi pada 2024 karena fundamental perekonomiannya kuat," kata Faucher.

Faucher menambahkan, pendapatan rumah tangga setelah memperhitungkan pajak dan inflasi meningkat sebesar 2,5 persen atau lebih cepat dari laju sebesar 0,3 persen pada kuartal III 2023. Pertumbuhan yang kuat ini secara mengejutkan dibarengi dengan menurunnya inflasi.

"Ukuran inflasi dalam perekonomian meningkat pada laju 1,9 persen setelah meningkat pada laju 2,9 persen pada kuartal sebelumnya," sambung Faucher.

Para ekonom saat ini tidak terlalu khawatir serangan terhadap jalur pelayaran oleh pejuang Houthi yang bekerja sama dengan Iran di Laut Merah untuk mendukung Palestina dan kekeringan di Terusan Panama dapat meningkatkan inflasi.

"Kita masih berada dalam mode disinflasi. Satu-satunya masalah yang tersisa dalam hal inflasi adalah tempat tinggal," kata profesor ekonomi di Boston College, Brian Bethune.

Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler