Jadi Korban Perdagangan Sejak Bayi, Saudara Kembar Ini Akhirnya Bertemu karena TikTok

Saudara kembar identik ini jadi korban perdagangan bayi ilegal oleh oknum dokter.

Freepik
Ilustrasi saudara kembar. Saudara kembar identik, Amy Khvitia dan Ano Sartania, secara tragis terpisahkan sejak lahir karena menjadi korban skema perdagangan anak.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saudara kembar identik, Amy Khvitia dan Ano Sartania, secara tragis terpisahkan sejak lahir karena menjadi korban skema perdagangan anak. Namun setelah belasan tahun berlalu, keduanya kembali dipersatukan oleh takdir yang tak terduga melalui ajang pencarian bakat dan TikTok.

Baca Juga


Pertemuan ini bermula ketika Amy Khvitia yang kala itu masih berusia 12 tahun menonton Ano Sartania di sebuah episode "Georgia's Got Talent". Khvitia merasa takjub karena menyadari betapa mirip Sartania dengan dirinya.

Tak hanya Khvitia, banyak orang di sekitarnya  yang juga merasa terkejut saat melihat Sartania di dalam episode "Georgia's Got Talent". Banyak dari mereka yang menelepon ibu Khvitia karena mengira gadis tersebut berkompetisi dalam "Georgia's Got Talent" dengan nama lain.

"Semua orang punya kembaran," ungkap ibu Khvitia kala itu, seperti dilansir Business Insider pada Ahad (28/1/2024).

Beberapa tahun kemudian saat Khvitia dan Sartania berusia 19 tahun, Sartania mendapatkan kiriman sebuah video TikTok dari temannya. Video tersebut memperlihatkan sosok Khvitia yang sangat mirip dengan Sartania.

Dalam waktu singkat, keduanya saling terhubung melalui Facebook. Dari percakapan yang terjalin, Khvitia langsung menyadari bahwa Sartania merupakan sosok yang pernah dia tonton dalam sebuah episode "Georgia's Got Talent" sekitar tujuh tahun lalu.

Semakin lama berkomunikasi, keduanya menyadari bahwa mereka memiliki banyak kesamaan. Bahkan, Khvitia dan Sartania memiliki penyakit tulang genetik yang sama bernama dysplasia.

Lalu ketika bertemu secara langsung, keduanya merasa seperti sedang bercermin ketika melihat satu sama lain. Beragam "kebetulan" ini mendorong Khvitia dan Sartania untuk berbicara dengan keluarga masing-masing.

Dari percakapan ini, Khvitia dan Sartania baru mengetahui bahwa orang tua yang selama ini membesarkan mereka ternyata "membeli" mereka dari oknum dokter. Orang tua mereka mengaku membayar sejumlah dokter untuk membeli bayi yang "tak diinginkan".

Mengetahui hal ini, Khvitia dan Sartania memutuskan untuk bergabung dalam grup Facebook bernama Vedzeb. Grup ini didedikasikan untuk mempertemukan keluarga yang terpisah akibat praktik adopsi ilegal.

Dari grup inilah, Khvitia dan Sartania berhasil bertemu dengan ibu kandung mereka yang tinggal di Jerman, Aza. Sang ibu juga merasa terkejut karena tak mengetahui bahwa anak kembar yang dia lahirkan masih hidup. Aza mengungkapkan bahwa kala itu dia diberitahu oleh dokter bahwa kedua anak kembarnya meninggal dunia sesaat setelah dilahirkan.

Khvitia dan Sartania ternyata merupakan korban dari skema perdagangan anak yang terjadi di Georgia, yang dulu masih bernama Republik Sosialis Soviet Georgia. Menurut jurnalis Tamuna Museridze yang juga pendiri grup Vedzeb, ada sekitar 100.000 bayi yang dicuri dari orang tua mereka sendiri pada periode 1950-2005. Anak-anak yang dicuri ini kemudian diperdagangkan secara ilegal melalui pasar gelap untuk diadopsi.

Pemerintah Georgia mulai menginvestigasi praktik perdagangan anak ini pada 2022 lalu. Sayangnya, pihak pemerintah Georgia mengungkapkan bahwa ada banyak data terkait praktik perdagangan anak tersebut yang hilang karena sudah terlalu lama waktu berlalu sejak kejadian tersebut.

"Adopsi ilegal menyalahi banyak norma dan prinsip hak asasi anak," terang Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler