Dituduh Jadi Penyebab Pelemahan Rupiah, Sri Mulyani Sebut Rupiah Masih Kuat

Ekonomi domestik sampai kuartal III 2023 tercatat tumbuh 5,05 persen (ytd).

Pusat Data Republika
Tampilan halaman dalam koran Republika pada Kamis, 6 Mei 2010 yang menampilkan kabar dampak mundurnya Sri Mulyani dari kabinet.
Rep: Iit Septyaningsih Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, nilai tukar rupiah menunjukkan kinerja lebih baik pada akhir Desember tahun lalu. Bahkan mengungguli kinerja mata uang baht Thailand dan peso Filipina.

Ia menyebutkan, kurs rupiah pada akhir Desember 2023 secara point to point (ptp) menguat 1,11 persen year on year (yoy) dibandingkan akhir tahun sebelumnya. Angka tersebut dinilai lebih baik dibandingkan baht Thailand dan peso Filipina yang hanya menguat masing-masing sebesar 0,76 persen dan 0,62 persen yoy.

Menkeu menuturkan, penguatan tersebut didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia (BI) dan kembali masuknya aliran portofolio asing. Sejalan pula dengan tetap menariknya imbal hasil atau yield aset keuangan domestik, ditambah positifnya pertumbuhan ekonomi nasional.

"Positifnya perkembangan nilai tukar rupiah ke depan didukung oleh kebijakan stabilisasi BI. Lalu penguatan strategi operasi moneter pro-market BI dalam rangka menarik aliran masuk portofolio asing dan pendalaman pasar uang,” tuturnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (30/1/2024).

Sri Mulyani optimistis nilai tukar rupiah bakal tetap stabil ke depannya. Bahkan cenderung menguat, karena ketidakpastian global dinilai mulai menunjukkan perbaikan. Imbal hasil obligasi negara maju pun, kata dia, memperlihatkan kecenderungan yang menurun bersamaan dengan menurunnya tekanan penguatan dolar AS.

Ia mengatakan, perekonomian Indonesia terus menunjukkan kinerja resilien di tengah ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global. Itu berkat masih kuatnya permintaan domestik.

Disebutkan, ekonomi domestik sampai kuartal III 2023 tercatat tumbuh 5,05 persen year to date (ytd). Terutama ditopang konsumsi dan investasi.

Menkeu menjelaskan aktivitas konsumsi yang masih kuat didukung oleh inflasi yang terkendali, menurunnya tingkat pengangguran, serta peran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai shock absorber dalam menjaga daya beli masyarakat. Investasi juga tercatat menunjukkan tren menguat sejak kuartal I 2023.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler