WHO Anggap Tuduhan ke UNRWA Hanya Pengalih Perhatian dari Agresi Israel ke Gaza

Setidaknya 12 negara hentikan bantuan ke UNRWA, lembaga kemanusiaan utama di Gaza.

EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Warga Palestina yang mengungsi memegang panci dan ember kosong saat menunggu menerima bantuan makanan yang diberikan oleh kelompok pemuda Palestina di kamp pengungsi Rafah, Jalur Gaza Selatan, (25/1/2024).
Rep: Kamran Dikarma Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak negara-negara donatur mempertahankan dukungan pendanaan kepada Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). WHO menyebut, tudingan Israel terkait adanya sejumlah staf UNRWA yang terlibat dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 adalah pengalih perhatian dari gencarnya agresi Israel ke Jalur Gaza.

"Diskusi saat ini hanya mengalihkan perhatian dari apa yang terjadi setiap hari, setiap jam di Gaza," kata Juru Bicara WHO Christian Lindmeier pada konferensi pers di Jenewa, Swiss, Selasa (30/1/2024), dikutip laman Anadolu Agency.

Lindmeier mengungkapkan, dugaan keterlibatan sejumlah staf UNRWA dalam serangan Hamas ke Israel pada Oktober tahun lalu memang perlu diselidiki. Kendati demikian, dia mengatakan, tudingan itu berfungsi sebagai pengalih perhatian dari tindakan Israel menghalau masuknya bantuan ke Gaza.

"(Tudingan ke UNRWA) juga mengalihkan perhatian dari penembakan terus-menerus terhadap warga Palestina di Gaza, bahkan di wilayah yang ditetapkan aman, serta dari serangan terhadap tempat penampungan, sekolah, rumah sakit," ucap Lindmeier.

Setidaknya 12 negara, yakni Jerman, Swiss, Italia, Kanada, Finlandia, Australia, Inggris, Belanda, Amerika Serikat (AS), Prancis, Austria, dan Jepang telah menangguhkan pendanaan mereka untuk UNRWA. Langkah itu diambil sebagai respons atas dugaan adanya 12 staf UNRWA yang terlibat dalam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.

Baca Juga


UNRWA telah mengumumkan bahwa mereka sudah memutuskan kontrak dengan para staf terkait. UNRWA berisiko tidak bisa melanjutkan pemberian bantuan kepada para pengungsi Palestina, termasuk mereka yang berada di Jalur Gaza, setelah akhir Februari, jika pendanaan terhadap badan tersebut dihentikan.

"Jika pendanaan tidak dilanjutkan, UNRWA tidak akan dapat melanjutkan layanan dan operasinya di seluruh wilayah, termasuk di Gaza, setelah akhir Februari," kata seorang juru bicara UNRWA, Senin (29/1/2024).

Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengaku terkejut bahwa beberapa negara, termasuk AS, Australia, Inggris, Prancis, dan Kanada, memilih membekukan pendanaan untuk lembaganya sebagai tanggapan atas dugaan keterlibatan staf UNRWA dalam serangan Hamas ke Israel pada Oktober tahun lalu.

"Akan sangat tidak bertanggung jawab jika memberikan sanksi kepada sebuah badan dan seluruh komunitas yang dilayaninya karena tuduhan tindakan kriminal terhadap beberapa individu, terutama pada saat perang, pengungsian dan krisis politik di wilayah tersebut," kata Lazzarini, Ahad (28/1/2024) lalu, dikutip laman Anadolu Agency.

Lazzarini mengingatkan, UNRWA adalah lembaga kemanusiaan utama di Gaza. Dia menyebut lebih dari dua juta orang di Gaza bergantung pada UNRWA untuk kelangsungan hidup mereka.

"Banyak yang kelaparan karena waktu terus berjalan menuju bencana kelaparan yang akan terjadi. Badan ini mengelola tempat penampungan bagi lebih dari satu juta orang dan menyediakan makanan serta layanan kesehatan dasar, bahkan pada puncak pertikaian," ungkapnya.

"Saya mendesak negara-negara yang telah menangguhkan pendanaan mereka untuk mempertimbangkan kembali keputusan mereka sebelum UNRWA terpaksa menghentikan respons kemanusiaannya. Kehidupan masyarakat di Gaza bergantung pada dukungan ini dan begitu pula stabilitas regional," kata Lazzarini.

Israel bukan sekali ini saja menuduh staf-staf UNRWA bekerja atau terlibat dalam operasi Hamas. Hal itu menjadi dalih bagi Israel untuk menyerang fasilitas-fasilitas UNRWA di Gaza.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler