Pernah Bareng di Surga, Apakah Nabi Adam dan Iblis Pernah Bersahabat?
Nabi Adam maupun Iblis, keduanya pernah menjadi penghuni surga.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Baik Nabi Adam maupun Iblis, keduanya pernah menjadi penghuni surga sebelum akhirnya terusir. Keduanya juga bersahabat baik sampai suatu ketika perpisahan antara kedua sahabat ini tidak terelakan lagi.
Dalam kitab Syajarah Al Kawn karya Ibnu Arabi yang ditahkik Zainul Maarif dijelaskan, sebelum kehidupan di bumi, Nabi Adam dikabarkan menjadi sahabat iblis di surga. Mereka pernah bersahabat dan berkumpul bersama sehingga menghasilkan persahabatan yang membekas.
Namun, keduanya sama-sama melakukan kesalahan kepada Allah sehingga keduanya diusir dari surga. Saat Nabi Adam dan iblis melakukan pelanggaran, Allah memutuskan agar iblis tidak melanggarnya. Allah mengikat ketidakbahagiaan sebagai kemah iblis dan menjadikan hamparan luas sebagai tempat tinggalnya.
Adapun Nabi Adam merindukan tempat menetap (darul maqamah/salah satu nama surga yang disebutkan dalam Surat father ayat 35). Ia mengingat malam dan siang tempat itu. Nabi Adam bermuhasabah dengan mencela diri. Di antara orang-orang yang menyesal, Nabi Adam berdoa, ‘Ya Allah, kami telah menzhalimi diri kami. Jika Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami, niscaya kami akan menjadi orang-orang yang merugi.’
Kabar gembira bagi pendekatan diri Nabi Adam kepada Allah berjumpa dengan penguraian kesulitannya. Adapun kesialan iblis adalah berupa pelepasan kuda-kuda laknat ke arahnya tanpa terkendali, sambil mengabarinya tentang pengusiran dan pengasingannya. Allah mengeluarkan iblis dari tempat pertemuan tersebut sambil mengucapkan perintah, “Turunlah dari sana!” (Al Baqarah ayat 28). Yakni yang diperintahkan turun adalah iblis, Nabi Adam beserta pasangangannya.
Nabi Adam gelisah dan nyaris terobek-robek dan terbakar. Nabi Adam berkata, “Tuhanku, pahitnya gunung-gunung telah terteguk membumbung tinggi. Lindungilah aku dari panasnya keputusasaan keterjatuhan.” Nabi Adam kemudian diberi tahu, “Tidak ada masalah denganmu sampai engkau tiba ke pemisahan dua golongan; satu golongan ke surga, satu golongan lain ke neraka.”
Kemudian, Nabi Adam mengambil jalur kanan. Sementara iblis mengambil jalur kiri karena pada padasarnya iblis memang golongan kiri. Namun karena iblis dengan Nabi Adam pernah bersahabat, persahabatan mereka membekas. Sehingga tempat perjalanan iblis senantiasa di samping kiri Nabi Adam.
Hal itu berpengaruh pada manusia yang asalnya dari sisi kiri. Manusia-manusia itu berjalan dalam naungan kegelapan penentangan iblis. Mereka pun kafir karena dekat dengan iblis dan bergaul dengannya.
Adapun orang-orang yang berada di sisi kanan tetap di dalam cahaya pengetahuan Nabi Adam dan selamat dari kegelapan iblis karena jauh darinya. Cahaya pengetahuan Nabi Adam mempengaruhi orang-orang di sisi kanan meski di samping orang kafir dan orang-orang yang berteduh pada naungan iblis yang berada di sisi kiri.