Warga Gaza Darurat Bantuan Air Bersih
UNRWA memperingatkan, lebih banyak warga Gaza akan mati karena kekurangan air bersih
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Warga Gaza City di bagian barat yang sedang mengungsi di Kamp Pengungsian Al-Zaytun mendapatkan bantuan air bersih dari masyarakat Indonesia yang disalurkan lewat Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). Berdasarkan video yang dikirimkan mitra BSMI di Gaza, para pengungsi mengisi air bersih dari toren dengan menggunakan jerigen.
Bendahara Umum BSMI dr Prita Kusumaningsih SpOG mengatakan, bantuan air bersih tersebut bisa direalisasikan setelah disalurkannya bantuan langsung tunai kepada mitra BSMI. Sebagian kecil dari bantuan tersebut dimanfaatkan untuk pengadaan kebutuhan air bersih sementara bagi warga Gaza yang mayoritas sedang menjalani hidup sebagai pengungsi. “Air bersih itu dibagikan untuk warga Gaza yang tinggal di kamp pengungsi Al-Zaytun di kawasan Kota Tua Gaza City,”ujar Prita lewat keterangan tertulis kepada wartawan, Selasa (6/2/2024).
Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan bahwa lebih banyak warga Palestina di Jalur Gaza akan mati karena kekurangan air bersih dan penyebaran penyakit.“Tim kami telah mengirimkan hampir 20.000.000 liter air kepada masyarakat di Gaza,” kata UNRWA melalui X, Ahad (4/2).
Namun, jumlah air bersih yang didistribusikan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan warga Gaza. Badan PBB tersebut menyoroti terbatasnya akses yang dimiliki warga Gaza untuk mendapat air bersih, karena serangan mematikan yang terus-menerus dilancarkan pasukan Israel.“Air adalah kehidupan dan Gaza kehabisan air. Akses terhadap air bersih dan sanitasi sangat terbatas di tengah pemboman yang tiada henti," ujar UNRWA.
UNRWA memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan di Gaza, yang semakin diperburuk dengan terbatasnya pengiriman bantuan dan rusaknya infrastruktur, “menempatkan ribuan orang yang rentan pada risiko tertular penyakit.”
“Tanpa air bersih, lebih banyak orang akan meninggal karena kekurangan (cairan) dan penyakit. Kondisinya tidak manusiawi. Orang-orang berjuang untuk bertahan hidup tanpa barang kebutuhan dasar apa pun,” ujar UNRWA.